34. Tetangga Baru

7.3K 352 14
                                    

Di dalam kamar, Viola masih tertawa melihat wajah masam Arkan, padahal Kefi sudah pulang ke rumahnya. Di atas kasur terdapat Raka yang sedang tertidur dengan pulas.

"Kayaknya kita harus sering main biar punyaku juga makin panjang," ucap Arkan diakhiri dengan kedipan dari salah satu matanya, menggoda.

"Mau sepanjang apa lagi si, kaya tiang bendera?"

"Gak gitu," kesal Arkan.

"Terus gimana?" Tanya Viola sambil turun dari kasur dan berjalan menuju Arkan yang berada di sofa.

"Pokoknya bisa bikin kamu puas," ucap Arkan sambil menenggelamkan wajahnya di perut rata Viola.

"Yang sekarang aja udah bikin aku puas, bener itu bikin aku puas? Bukan perempuan lain gitu?" Viola mengusap rambut Arkan lembut.

"Emm, soal waktu itu aku minta maaf," Arkan mengangkat wajahnya, dan menatap Viola serius.

Viola menghela nafas, pembicaraan kali ini serius, membuatnya harus menyiapkan hati.

"Hm, udah yang ke berapa kali kamu minta maaf? dan aku selalu maafin kan," ucap Viola sambil tersenyum masam.

"Aku janji gak bakal ulang kesalahan yang sama," Arkan menggenggam kedua tangan Viola.

Viola menghela nafas lagi, "Aku gak bisa pegang janji kamu."

"Gak papa, cukup percaya aku," suara tegas Arkan membuat Viola sedikit terenyuh.

"Aku percaya kamu,"

"Aku udah gak bisa percaya kamu," mulut dan hati Viola tidak sejalan.

Dengan rasa bahagia, Arkan memeluk erat Viola dalam hati pria itu terus berucap syukur dipertemukan oleh wanita sabar seperti Viola. Dirinya sangat brengsek bila menduakan Viola.

Drttt...Drtttt...

"Ponsel kamu bunyi," ucap Viola sambil menepuk punggung Arkan pelan.

"Biarin, aku lagi gak mau diganggu," balas Arkan sambil mengencangkan pelukannya pada Viola.

"Tapi—"

Drttt...Drttt...

"Ck, siapa sih?! Berisik banget," kesal Arkan namun tak urung tangannya bergerak mengambil ponsel yang terletak tidak jauh dari posisinya sekarang.

Jovanka calling...

Decakan keluar lagi dari mulutnya saat melihat nama sang penelpon, Arkan melempar ponselnya sembarang dan tentu saja tindakannya membuat Viola melotot kaget.

"Kenapa dilempar si?" Tanya Viola sambil bangun dari posisinya, lalu memungut ponsel Arkan yang terjatuh tepat diatas karpet berbulu. Bayangkan saja jika ponsel itu terjatuh di lantai, jika Arkan adalah Viola maka ia akan menangis tersedu-sedu, karena ponselnya rusak.

"Kenapa gak kamu angkat aja? Bebeb kamu kan ini?" Viola berjalan kearah Arkan sambil mengecek ponsel milik pria itu, dan ya di layar terpampang notifikasi panggilan tak terjawab 3 kali dari Jovanka.

"Aku takut masuk perangkap dia lagi," ucap Arkan pelan.

"Kamu aja yang gak tahan godaan," ejek Viola.

Wanita itu kembali menelfon Jovanka dengan ponsel Arkan tentunya, tidak menunggu lama panggilan tersambung. Segera saja ia menyerahkan ponsel itu kepada sang pemilik.

"Gimana Arkan? Puas dengan permainanku?" Suara Jovanka mengisi keheningan kamar.

"Permainanmu sangat payah," sahut Viola.

ARKANWhere stories live. Discover now