9. Kehangatan keluarga

17.6K 997 6
                                    

Setelah menghabiskan waktu dengan Raka, Viola kembali lagi ke rumahnya. Di pekarangan rumah, terdapat mobil kedua orangtuanya yang terparkir cantik.

"Udah pulang? Yuk makan bareng," suara itu menyambut kedatangan Viola saat pertama kali menginjakkan kakinya di rumah ini.

Gadis itu tersenyum, merasa senang atas perhatian orangtuanya yang semakin hari meningkat. Beberapa kali Karin atau Geral mengerjakan pekerjaan kantornya dari rumah, dan terkadang Karin memasakkan sarapan.

"Ayo, Papa masih di kantor?" Sambil berjalan menuju meja makan, Viola menanyakan keberadaan Geral.

"Papa udah ada di meja makan, nungguin kamu," jawab Karin.

Saat sampai di meja makan, ia bisa melihat Geral yang tengah tersenyum kearahnya. Di depannya terdapat tab yang menyala, tanpa harus menebak ia tau Papa nya sedang mengerjakan pekerjaan kantornya dari rumah.

"Selamat makan," ujar Geral.

Ketiganya sibuk menghabiskan santapan yang terhidang, sesekali Geral bertanya tentang kegiatan Viola akhir-akhir ini. Viola curiga dengan maksud Geral bertanya-tanya tentang aktivitasnya akhir-akhir ini, tentu Viola tidak bodoh jika Papanya ini mengirim beberapa bodyguard untuk menjaganya dari jauh.

Jadi ia tentu sudah tahu kegiatannya sehari-hari kan? Tidak mungkin para bodyguard suruhannya itu tidak memberikan laporan setiap saat.

Untuk sering pergi ke club, mungkin Geral sudah mengetahuinya tetapi kenapa ia tidak marah? Mungkin karena Viola bisa menjaga dirinya, oleh karena itu Geral tidak memarahinya atau mungkin Geral tidak perduli terhadapnya.

Yah, jadi overthinking...

"Habis ini mau nonton?" Tanya Geral setelah mereka menghabiskan makan malam.

"Mau," jawab Viola dengan semangat.

Jika diingat lagi, entah sudah berapa lama ia tidak menonton dengan kedua orangtuanya, lagi-lagi tentu karena kesibukan kedua orangtuanya. Menonton adalah suatu kebiasaan keluarganya setelah makan malam, dulu.

"Ayo kita ke depan dulu," ajak Geral kepada putrinya.

Dengan lembut ia merangkul Viola sambil berjalan menuju ruang keluarga. Karin yang melihat interaksi antara ayah dan anak itu tersenyum, jika diingat-ingat lagi sudah lama dirinya dan sang suami tidak menghabiskan waktu untuk anak mereka.

Jika boleh meminta, ia ingin ikut merawat Viola kecil menjadi Viola remaja seperti sekarang. Karena obsesinya dengan kerja membuat ia menelantarkan sang anak. Membanjiri anak mereka dengan uang, tetapi tidak dengan kasih sayang.

"Mama harap, setelah ini kita bisa begini seterusnya."

"Kita nonton apa ya?" Tanya Geral sambil memilih film yang akan ditonton mereka malam ini.

"Horor mau gak?" Geral menoleh menatap Viola yang saat ini sedang tersenyum menghadap televisi.

"Vio?" Panggilan dari Geral membuyarkan lamunan Viola, gadis itu tersentak. Ia menoleh kearah Geral yang menatapnya dengan dahi yang berkerut.

"Kenapa, Pa?" Tanya Viola, yang dibalas helaan nafas dari Geral.

"Kita nonton horor, mau gak?" Tanya Geral sekali lagi pada sang anak.

"Jangan, Vio takut," cicit Viola sambil menunduk.

Geral yang melihat tingkah gemas anaknya dibuat terkekeh, dengan lembut ia mengusap surai putrinya. Geral masih tidak bisa membayangkan bagaimana nanti anaknya dipinang dan dibawa pergi oleh lelaki yang menjadi pujaan sang anak.

Ia masih belum puas menghabiskan waktu dengan putrinya. Selama ini ia hanya sibuk bekerja, dan melimpahi putrinya dengan banyak uang. Ternyata ia salah, ia mendengar dari salah satu tangan kanannya bawah Viola sudah mulai mencoba alkohol.

Geral takut Viola akan semakin rusak, itu alasan mengapa ia mengajak keluarganya untuk pindah. Ditambah lagi, Viola saat ini sedang dekat dengan duda beranak satu. Geral tidak melarang, bahkan ia sudah merestui keduanya setelah mengetahui kedekatan putrinya dengan pria tersebut.

Tetapi ia masih tidak rela melepaskan putri satu-satunya, ia ingin merawat Viola lebih lama lagi. Ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Viola dan tentunya juga sang istri juga, Karin.

"Kita jadi nonton apa?" Karin datang sambil membawa nampan yang berisi minuman dan cemilan teman untuk menonton malam ini.

"Gak tau, Papa ngajak nonton horor," ujar Viola sambil menyandarkan kepalanya di bahu Karin.

"Papa kamu itu penakut," ucap Karin sambil menatap sebal Geral yang saat ini melotot kearahnya.

"Kita nonton action aja," lanjut Karin sambil merebut remote yang berada ditangan Geral.

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk menonton The Terminator (1984) dengan tenang. Sambil memakan cemilan yang tadi dibawa oleh Karin, mereka larut dalam film.

"Pah, Ma, Vio mau bicara boleh?" Viola bertanya dengan ragu dan takut-takut.

"Mau bicara apa, sayang?" Tanya Karin dengan rasa penasarannya, membuat Viola meneguk ludahnya kasar.

"Boleh gak, kita tinggal disini aja?" Viola berujar pelan tetapi masih bisa di dengar oleh Geral dan Karin yang memang duduk dekat dengan gadis itu.

"Boleh, memangnya kenapa kamu tiba-tiba mau tinggal disini aja?" Tanya Geral penasaran, sebenarnya dia sudah tau alasan kenapa Viola mengutarakan keinginannya untuk tetap tinggal disini.

"Emm,"

"Kamu punya pacar disini?" Tanya Karin penasaran, sontak saja Viola menggeleng kuat.

"Vio udah putus," ucap Viola pelan.

"Pasti ada alasannya kamu ingin tetap tinggal disini kan?" Tanya Geral menatap Viola dengan satu alis yang terangkat.

"Emm, Vio lagi deket sama cowok, Vio gak mau ninggalin dia," ujar Viola pelan dengan wajah yang memerah.

Sontak saja Karin dan Geral menyemburkan tawanya, merasa gemas dengan putrinya. Karin memeluk gemas Viola disusul Geral, mereka pun berpelukan dengan erat.

"Boleh sayang, kita akan tetap disini, kita akan turutin semua perintah putri kecil kesayangan Papa ini," ucap Geral di sela-sela pelukan mereka.

"Putri kesayangan Mama juga," timpal Karin.


TBC

ARKANWhere stories live. Discover now