42. Penjelasan

4.9K 287 48
                                    

Beberapa hari sudah berlalu, Arkan sama sekali belum muncul ke hadapan Viola, meyakinkan perempuan itu untuk hidup bersamanya. Waktu satu bulan yang diberi Viola akan berakhir dalam 6 hari lagi.

Tidak ada yang dilakukan Arkan, perjuangan pria itu tak ada, atau mungkin ada? Kefi mengatakan selama beberapa hari yang lalu setelah dari rumah Jovanka, Arkan menghabiskan waktunya dengan bekerja hingga lupa waktu.

"Lo niat buat pertahanin Viola atau gak?" Tanya Kefi sambil menatap tajam Arkan yang duduk di sofa depannya.

"Saya udah dapat semua yang saya butuhkan setelah hari ke lima," jawab Arkan setelah menyeduh kopinya pelan.

"Kenapa gak lo temuin Viola?" Tanya Kefi lagi, kali ini ia menatap malas Arkan.

"Viola kasih saya waktu satu bulan, itu berarti saya tidak boleh menemuinya sebelum satu bulan setelah perjanjian kan?"

"Kadang, terlahir bego harus gue syukuri," Kefi menghela nafas sambil menyugar rambutnya.

"Kalau lo udah dapet semua buktinya, lo boleh ketemu Viola, jelasin ke dia tanpa harus nunggu satu bulan. Kelamaan, keburu Viola dapet pengganti, bulan depan dia udah masuk kuliah, siap-siap aja."

Tanpa menunggu balasan, Kefi berlalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan Arkan. Sambil menghela nafas, Arkan mengendurkan dasi yang sedang dipakainya, memikirkan perkataan Kefi yang terus berputar di kepalanya.

Sambil merekah kan senyumnya, Arkan memutuskan untuk mengunjungi Viola nanti, sepulangnya dari kantor. Tak sabar menemui perempuan cantik itu, memeluknya erat, Arkan jadi tidak sabar.

-

Sekarang sudah pukul 3 sore, pekerjaannya semua sudah selesai, ini memang bukan jam pulang kantor. Tetapi, ia akan pulang terlebih dahulu, sudah tidak sabar rasanya ingin bertemu Viola.

"Langsung pulang Pak?" Tanya salah satu karyawannya saat Arkan berjalan santai keluar dari gedung kantor.

"Iya," jawabnya singkat tanpa repot-repot harus berhenti.

Sebelum ke rumah Viola, lelaki itu mampir ke toko kue dan bunga, dalam perjalanan senyum terus merekah pada bibir Arkan. Hatinya benar-benar senang, sebentar lagi masalah selesai, ia dan Viola akan melaksanakan pernikahan.

"Gue masih wangi kan?"

"Rambut gue berantakan gak ya?"

"Ini kegantengan gue gak luntur kan?"

"Pake jas atau gak ya? Gak usah deh,"

"Makan permen dulu deh, siapa tau ntar dicium ayang Viola,"

"Oke, selesai."

Arkan keluar dari mobil sambil membawa sebuket bunga dan sekotak kue.

"Permisi," ucap Arkan sambil mengetuk pintu rumah Viola. Tak lama pintu terbuka, menampilkan wajah lelaki tampan dengan kaus hitamnya, Arkan memicingkan matanya.

"Cari siapa?" Suaranya yang berat menambahkan kesan cool pada lelaki itu.

"Siapa Yan?" Suara Viola terdengar samar-samar dari dalam rumah.

Arkan menahan nafasnya, apa tadi? Yang?

"Eh?" Kaget Viola saat melihat Arkan yang berada di depan rumahnya dengan sebuket bunga di tangan kiri, dan kotak kue di tangan kanan.

ARKANWhere stories live. Discover now