27. Ramen dan Timezone

7.6K 356 6
                                    

Selesai acara tadi, Kefi mengajak Viola pergi untuk berjalan-jalan. Entah akan dibawa kemana wanita itu, Viola hanya menurut saja, karena ia percaya pada sahabatnya ini.

"Gue kira lo mau ngajak gue kemana gitu," sebal Viola setelah Kefi memarkirkan mobilnya di basemen mall.

"Lo ngira bakal gue ajak kemana?" Tanya Kefi sambil menoleh kearah Viola yang saat ini menatap lurus ke depan.

"Ke restoran ramen yang baru," ujar Viola membuat Kefi tertawa.

"Emang lo masih lapar?"

"Masih," jawab Viola sambil mengelus perutnya.

"Habis ini ke sana ya," ucap Kefi lembut sambil mengusap rambut Viola penuh kasih sayang.

Setelah itu, keduanya turun dari mobil dan berjalan beriringan masuk ke dalam mall. Dengan sabar Kefi menemani kemanapun Viola akan pergi, lelaki itu juga sesekali memberikan pendapat tentang baju yg akan Viola pilih.

"Mau nonton atau main?" Tanya Kefi pada Viola yang saat ini sedang memakan es krim yang baru saja ia beli.

"Main aja, males nonton," jawab Viola.

Mereka berdua lanjut berjalan ke arah Timezone, setelah mengisi kartu Kefi dan Viola mulai mencoba beberapa mainan. Sesekali mereka tertawa bahagia, kadang juga jahil, bahkan orang-orang yang melihatnya pasti akan mengira mereka adalah sepasang kekasih.

Saat akan menukarkan tiket yg mereka dapat, tiba-tiba saja ada suara teriakan nyaring dari seorang bayi membuat semua orang menoleh kearah seorang bayi yang sedang menangis di gendongan seorang pria

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat akan menukarkan tiket yg mereka dapat, tiba-tiba saja ada suara teriakan nyaring dari seorang bayi membuat semua orang menoleh kearah seorang bayi yang sedang menangis di gendongan seorang pria.

"Viola," suara Arkan yang berat membuat Viola merinding sesaat.

"Halo Raka," sapa Viola pada bayi itu yang masih saja sesenggukan di gendongan Arkan.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Arkan sambil menepuk pelan punggung anaknya.

"Main," jawab Viola santai.

"Kenapa sama dia?" Tanya Arkan sedikit kesal, kerutan di dahinya tidak bisa membohongi bahwa dirinya sedang marah.

"Daripada sama mantan kan," ujar Viola sambil mendengus kesal.

Arkan menghela nafas, meredakan emosinya yang sedikit memuncak. Lalu, pria itu mengangguk mengerti, lebih baik bersama bocah di depannya ini daripada pria brengsek yang selalu ia liat di club.

"Kita mau makan, mau ikut?" Tawar Viola dan tentu saja tanpa pikir panjang Arkan mengangguk.

"Bentar mau tukar tiket dulu," pamit Viola berlalu dari sana, meninggalkan Kefi dan Arkan berdua.

"Jangan bikin sakit hati Vio ya om, nanti saya rebut," ucap Kefi sambil terus menatap Viola yang saat ini sedang memasukkan tiket ke dalam mesin penghitung tiket.

ARKANWhere stories live. Discover now