19. Pertengkaran

12.1K 675 31
                                    

Malam harinya, Viola telah siap dengan pakaian lumayan tertutup, karena dirumah saat ini ada Karin. Teman-temannya tadi mengajaknya untuk berkumpul kembali, setelah beberapa hari kelulusan mereka.

"Vio? Mau kemana?" Tanya Karin saat melihat anaknya yang sudah berpakaian rapi

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

"Vio? Mau kemana?" Tanya Karin saat melihat anaknya yang sudah berpakaian rapi.

"Mau nginep dirumah Khansa, boleh kan?" Tanya Viola kepada Karin.

"Boleh dong sayang," jawab Karin sambil tersenyum lembut ke arah Viola.

Gadis itu mengangguk, lalu berpamitan pada Karin dan langsung menuju club malam. Setelah sampai, Viola dengan santai melepas pakaian tertutupnya yang menutupi baju haramnya.

Setelah merapikan sedikit penampilannya, Viola masuk ke dalam club, dan langsung disuguhi oleh orang-orang yang sedang bercumbu ria

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Setelah merapikan sedikit penampilannya, Viola masuk ke dalam club, dan langsung disuguhi oleh orang-orang yang sedang bercumbu ria. Tidak lupa musik yang berdentum keras, dan lampu yang membuatnya pusing.

"Viola?"

"Gila lo makin cantik aja nih," seru Galang salah satu temannya.

"Masi perawan lo?" Tanya Gita yang saat ini duduk dipangkuan seorang pria yang masih belum ia lihat wajahnya, karena terhalangi tubuh Gita, dan pria itu sedang memberi cumbuan di leher Gita.

"Udah jebol," sahut Khansa yang baru saja menduduki tempat di samping Viola.

"Anjing! Beneran lo? Boleh kali gue main sama lo," ucap Haris sambil memainkan kedua alisnya.

"Gak minat, punya lo kecil kata Gita," ujar Viola yang langsung dibalas gelak tawa oleh teman-temannya.

"Bahas jorok ih," dengus Khansa.

"Tinggal lo yang belum jebol," ujar Gita.

"Buat suami gue ini," balas Khansa sambil menutupi asetnya.

"Mau nyoba minum gak?" Tawar Viola pada Khansa yang dibalas gelengan oleh gadis itu.

"Lo jadi suka minum ya," ujar Galang yang sedari tadi melihat Viola meneguk beberapa minuman keras dengan santai.

"Lagi ada masalah?" Tanya Gita, dan dibalas anggukan oleh Khansa.

"Putus cinta," jawab Khansa.

"Sama gue?" Tanya Fadil yang sedang memangku Gita, pria itu Fadil.

"Dih, udah lewat kalau lo," Viola berdecih sambil meneguk sekali minumannya.

"Sial," kesal Fadil.

"Gue turun ya Vi," ucap Khansa.

"Gue mau ikut juga," balas Viola dan menyusul Khansa yang sudah menari mengikuti irama musik.

Selama beberapa menit mereka menari, tiba-tiba saja Viola merasakan cengkraman kuat di pinggangnya. Karena ia sedikit mabuk, jadi ia tidak menghiraukan orang yang mencengkram pinggangnya.

"Shhhh," desis Viola saat tangan itu semakin naik dan meremas salah satu payudaranya.

Dengan paksa Viola melepaskan cengkraman di pinggangnya, saat ia akan kembali untuk duduk. Tangannya ditarik kuat, hingga menabrak dada bidang seseorang yang telah menariknya.

"Arkan?" Tanya Viola ragu, ia tentu sudah hafal dengan bau tubuh pria itu.

"Hm," jawab Arkan sebagai jawaban.

"Lo ngapain kesini?" Tanya Viola setelah membuat jarak antara dirinya dan pria itu.

Arkan menghela nafas, sebenarnya ia datang ke club untuk menenangkan diri dengan minum. Tapi saat ingin meneguk minumannya, ia melihat Viola dengan seorang lelaki dengan tubuh keduanya yang sangat dekat.

"Aku gak boleh kesini?" Tanya Arkan semakin maju, mengikis jarak keduanya.

"Jangan mendekat," teriak Viola semakin mundur.

Tiba-tiba saja gadis itu menangis, dan berjongkok membuat Arkan mendekat. Dipeluknya Viola dengan erat, sambil bergumam maaf berulang kali di telinga gadis itu, namun Viola terus menggelengkan kepalanya kuat.

"Yo're cheating," lirih Viola yang tentu saja di dengar Arkan.

"Maaf," ucap Arkan sambil mencium dahi Viola.

Pria itu mengajak Viola untuk keluar dari club, menyelesaikan masalah di tengah keramaian itu sangat tidak nyaman. Ia membawa Viola ke dalam mobil, di dalam mobil hanya terdapat keheningan di antara keduanya.

"Kita batalin semuanya, soal anak gue bisa gugurin kalau jadi anak," ujar Viola memecahkannya keheningan.

Deg

Apa katanya?

Mengugurkan kandungan?

"Saya tidak akan membatalkan semuanya," ucap Arkan menahan emosi.

"Masalah uang, bisa gue ganti semua yang lo keluarin buat gue. Ogah banget nikah sama cowok tukang selingkuh," kata Viola memalingkan wajahnya ke jendela.

"Saya bilang, tidak membatalkan semuanya!" Bentak Arkan marah, wajahnya memerah menahan emosi yang semakin meledak-ledak di dalam dirinya.

"Gue gak mau nanti kalau udah nikah bakal ada drama pelakor dari masa lalu lo yang belum selesai," ucap Viola, ia menatap Arkan dengan mata yang memerah menahan tangis.

Arkan menarik tengkuk Viola untuk mendekat, dan mencium brutal bibir Viola. Kasar, tidak ada kelembutan, bahkan sesekali pria itu mengigit bibir Viola keras membuat bibir itu mengeluarkan darah.

Setelah puas, Arkan menyatukan keningnya dengan kening Viola, nafasnya masih memburu. Ditatapnya mata Viola yang semakin memerah, dan jangan lupakan lelehan air mata gadis itu yang mengaliri pipinya.

"Maaf," ucap Arkan tulus sambil mengelap air mata Viola.

"Gue gak butuh maaf lo," ujar Viola sambil menepis tangan Arkan yang berada di pipinya. Gadis itu juga menjauhkan wajahnya keduanya, diusap bibirnya dengan kasar.

Tanpa bisa menahan, Arkan melihat kepergian Viola yang berjalan menuju mobilnya. Pria itu menghela nafas, bukan ini yang dia mau. Arkan benar-benar mencintai Viola, ia ingin Viola hamil anaknya.

"Sial, semua ini gara-gara wanita iblis itu!"


TBC

ARKANDär berättelser lever. Upptäck nu