8. Kedatangan Viola

17.4K 991 19
                                    

Siang ini, Arkan sedang dalam perjalanan pulang untuk melakukan makan siang dengan anaknya. Raka, sudah bisa berbicara walau masih belum terlalu jelas, dan anak itu juga sudah bisa duduk.

"Dimana Raka?" Tanya Arkan saat memasuki rumahnya yang megah.

"Sedang menunggu Tuan di meja makan."

Saat sampai di meja makan, ia bisa melihat Raka sedang duduk dipangkuan Viola. Arkan tersenyum melihat pemandangan tersebut, ditambah rambut Viola yang diikat asal, menambah kesan sexy untuk perempuan itu.

Tunggu.

Viola?

Gadis itu...

Dengan cepat Arkan melunturkan senyumnya, berganti dengan wajah dingin andalannya. Ia berjalan kearah Viola dan Raka yang sedang asik makan sambil bermain.

"Sedang apa kamu disini?" Suara rendah Arkan menghentikan gerakan Viola yang akan menyuapi Raka.

"Papa!"

Bayi itu dengan semangat merentangkan tangan kearah Arkan, meminta Arkan untuk menggendong dirinya. Arkan pun segera menggendong Raka yang saat ini memeluknya erat.

"Main," jawab Viola santai lalu berdiri dari duduknya, mendekatkan dirinya kepada Arkan.

"Gue mau lanjut kuliah di luar, jadi mau habisin waktu sama Raka dulu, lusa gue udah harus berangkat," jelas Viola.

Arkan tertegun sejenak, sedikit kecewa dengan keputusan Viola untuk pindah ke luar negri. Untuknya sendiri tidak apa jika harus bolak-balik dari negara satu ke negera satunya lagi untuk menemui Viola. Tapi, sampai kapan?

"Semoga sukses," hanya kalimat itu yang mampu dilontarkan dari mulut Arkan.

"Gak ada aksi drama?" Tanya Viola bingung, "Padahal gue nungguin aksi nangis-nangis," lanjut Viola yang membuat Arkan menggelengkan kepalanya.

"Ngapain saya harus nangisin kamu?" Tanya Arkan sambil menaikkan satu alisnya.

"Kamu bukan siapa-siapa saya, jadi saya gak perlu nangisin kamu. Mau kamu pergi sejauh apapun, saya gak perduli," lanjut Arkan.

Viola yang mendengar penuturan Arkan menjadi terdiam sejenak, menikmati nyeri yang perlahan menyebar dari dada, menuju ke seluruh tubuh. Sial, ini sangat sakit! Viola berusaha tersenyum lalu mengangguk paham.

"Iya juga ya, kalau gitu gue pamit dulu," ujar Viola sambil menaruh piring makanan Raka dimeja.

Sekarang, Arkan terdiam ia sadar kata-katanya tadi menyakiti Viola. Dengan cepat, Arkan mencekal Viola yang baru berjalan beberapa langkah. Ia memberikan Raka kepada babysister, lalu kembali menarik Viola menuju kamarnya di lantai dua.

"Ck! Lepasin!" Viola berusaha melepaskan tangan Arkan, tapi semakin ia berusaha melepaskannya, semakin erat pula cekalan Arkan pada tangannya.

Setelah sampai di kamarnya, Arkan segera menutup pintu dan mengunci pintu kamarnya. Dengan gerakan cepat, ia menghimpit tubuh Viola ke pintu. Pria itu membenamkan wajahnya di bahu Viola, menghirup aroma tubuh gadis itu.

"Maaf atas perkataan saya tadi," bisik Arkan tepat di telinga Viola.

"Shhh," desis Viola saat merasakan lidah hangat Arkan menjilat telinganya.

"Kamu mau maafin saya kan?" Tanya Arkan setelah menyatukan kening mereka, Arkan menatap dalam mata Viola.

"I—ya udah dimaafin," jawab Viola terbata-bata ia bisa merasakan seluruh wajahnya sekarang memanas.

Perlahan wajah Arkan semakin mendekat, tak lama kemudian ia menempelkan bibirnya dengan bibir Viola. Mereka terdiam tanpa ada gerakan, menikmati penyatuan bibir keduanya.

Arkan mulai menggerakkan bibirnya, melumat bibir Viola bergantian atas dan bawah. Viola pun membalas ciuman Arkan, mereka berperang lidah. Sampai suara decapan dari bibir keduanya terdengar, sesekali Viola berdesis saat Arkan mengelus pinggang Viola pelan, namun sangat sensual.

Merasa pasokan udara menipis, Arkan menjauhkan wajahnya, mengambil nafas. Matanya tak lepas memandangi bibir Viola yang membekak akibat ulahnya. Sedetik kemudian Arkan menyatukan bibir kedua lagi, dan berciuman panas.

Bahkan saat ini Viola sudah mengalungkan tangannya dileher Arkan. Pria itu juga menekan tengkuk Viola untuk memperdalam ciuman. Dengan sekali angkat, Viola sekarang sudah berada di dalam gendongan Arkan tanpa melepaskan tautan bibir keduanya.

"Akh!" Pekik Viola saat tangan Arkan meremas pinggang Viola.

Mereka berjalan kearah kasur, Arkan merebahkan Viola perlahan, lalu menindih tubuh Viola. Ciuman Arkan turun ke leher Viola, memberikan ciuman-ciuman basah.

"Ah! Jangan kasih tanda," ujar Viola memejamkan mata menikmati kegiatan Arkan.

Setelah puas, Arkan mengangkat wajahnya menatap Viola dalam. Mengelus bibir Viola yang membengkak akibat ulahnya, ia juga membelai lembut pipi Viola yang memerah.

"Yo're so sweet," ujar Arkan membuat Viola menutup wajahnya malu.

Arkan terkekeh melihat tingkah lucu Viola, tadi saja gadis itu membelit lidahnya dengan ganas. Sial, Arkan sudah tidak tahan! Dengan cepat pria itu bangkit dari posisinya, lalu berjalan ke kamar mandi.

"Syukur deh gue masih segel," ucap Viola setelah menghela nafas lega.

Sambil menunggu Arkan keluar dari kamar mandi, ingatannya berkelana pada saat berciuman dengan Arkan. Viola merasakan panas kembali di wajahnya, saat mengingat dirinya yang dengan ganas membalas ciuman Arkan.

Cklek

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Arkan yang baru saja mandi. Rambut basah yang menetes, dada yang begitu bidang, serta perut yang dihiasi kotak-kotak.

Sungguh! Ini adalah pemandangan yang sangat Viola sukai!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sungguh! Ini adalah pemandangan yang sangat Viola sukai!


TBC

ARKANWhere stories live. Discover now