6. Interogasi

20.2K 1.1K 12
                                    

Di meja makan sekarang, suasana sangat canggung setelah tadi pagi Tari memergoki Arkan, dan Viola yang tidur satu ranjang. Ditambah lagi, ternyata Reno juga ikut berkunjung ke rumahnya, pria tua itu menyibukkan diri dengan membaca koran, Arkan tau pasti Reno menutupi wajahnya yang sedang menahan tawa.

"Ekhem," dehem Tari memecahkan kecanggungan.

Mereka semua menatap Tari, sedangkan wanita itu tersenyum tulus sambil menatap tajam kearah Arkan dan Viola. Arkan yang tau dirinya akan di interogasi oleh kedua orangtuanya hanya menghela nafas pasrah, berbeda dengan Viola yang sudah berkeringat dingin.

"Jadi, ada yang ingin kalian berdua jelaskan?" Tanya Tari membuat Viola yang sedang minum tersedak.

Uhuk!

Arkan yang berada disebelah gadis itu mengelus punggung Viola. Tari dan Reno yang melihat interaksi anaknya dengan perempuan, tersenyum senang. Mereka kira, Arkan gay karena setelah kematian istrinya, Arkan tidak pernah dikabarkan dekat dengan seorang perempuan.

"Ma," peringat Arkan setelah Viola sudah kembali seperti semula.

Beberapa menit kemudian, setelah sarapan.

"Di ruang tengah aja, sambil nemenin Raka main," ucap Reno.

Mereka pun beranjak menuju ruang tengah, disana sudah terdapat Raka dan dua orang babysister yang menemaninya. Tari menyusul cucunya duduk di karpet berbulu, sedangkan Arkan, Viola, dan Reno duduk di sofa.

"Jadi, silahkan jelaskan Tuan Arkan," ucap Reno menatap anaknya dengan tatapan serius.

"Semalam, kita cuman tidur aja gak ngapa-ngapain," jelas singkat Arkan diakhiri dengan menghela nafas.

"Kenapa harus sekamar? Apalagi satu kasur sambil peluk-pelukan," sahut Tari yang masih bermain dengan Raka.

"Gak sengaja," jawab Arkan lagi.

Sedangkan Viola, gadis itu menunduk dalam menggigit bawah bibirnya dengan kuat. Tanpa sadar, darah mulai mengalir dari bibirnya, tapi gadis itu tetap tidak sadar.

"Astaga! Jangan di gigit bibirnya, nak! " Panik Reno, Arkan yang berada di sebelah Viola segera menangkup kedua pipi Viola, membuat wajah Viola terangkat.

"Jangan di gigit," ucap Arkan sambil mengusap darah yang mengalir dari bibir Viola. Wajah Arkan mendekat, Viola pun sudah memejamkan mata Namun, teguran dari Tari membuat Arkan dan Viola sama-sama menjauhkan wajahnya terkejut.

Gagal sudah.

"Mau ngapain kalian? Masih ada orang loh disini," tegur Tari dengan nada menyindir.

"Ah, si ibu baru juga mau nonton drama korea real life," ucap Surti babysister Raka.

"Kamu ini Surti, nonton drama di TV aja kamu teriak-teriak gak jelas, apalagi nonton yang real life kayak gini. Udah pingsan kamu," kata Tari sambil melirik malas Surti yang sedang menyengir.

"Jadi, kalian mau nikah kapan?" Tanya Reno membuat Arkan dan Viola membelalakkan matanya terkejut.

"Sial, saya masih mau kuliah om", batin Viola berteriak.

"Nikah?" Ulang Arkan, dan dibalas anggukan oleh Reno.

"Iya, kapan?"

"Bulan depan aja gimana? Malam ini kita lamaran dulu," sahut Tari memberi ide yang semakin membuat Viola ingin pergi dari rumah ini sekarang.

"Plis, gue masih muda, gak mau nikah muda," batin Viola sambil meruntuki Arkan yang masih terkejut.

"Ekhem,"

"Maaf sebelumnya, tapi sebaiknya gak usah sampai nikah. Kita juga gak sengaja tidur bareng, saya berani sumpah kalau kita gak ngelakuin apa-apa. Saya juga masih kelas 12, dari segi mental gak siap buat nikah muda," jelas Viola panjang.

Arkan yang mendengar perkataan Viola, menghela nafas, ia tak menampik rasa kecewa yang menyergap hatinya karena ditolak seorang perempuan. Sedangkan, Tari menghela nafas pasrah, mana tega ia merenggut masa depan anak muda seperti Viola?

Gagal menjadi menantu.

Berbeda dengan Arkan, dan Tari, Reno tersenyum bangga. Ia ingin menantu yang cerdas, agar cucunya juga cerdas nantinya. Reno tau, Viola masih cukup muda untuk menjalin rumah tangga, jangan sampai gadis itu kehilangan masa depan cerahnya karena ia menikah muda.

"Gak papa, saya paham," sahut Reno.

"Gue mau pulang," bisik Viola pada Arkan.

Pria itu paham, Viola merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus diajukan oleh Tari maupun Reno. Arkan pun, mengangguk berpamitan kepada kedua orang tuanya dan mengantarkan Viola ke kediaman gadis itu.

Selama perjalanan pulang pun mereka hanya terdiam, tidak ada yang berusaha untuk membuka percakapan. Keheningan terus menemani mereka sampai mereka tiba di kediaman Viola yang terlihat sepi.

"Thanks buat semuanya," ucap Viola sebelum membuka pintu mobil dan keluar dari mobil Arkan. Meninggalkan sang pemilik yang sedang menatap teduh Viola.

"Saya akan kembali lagi saat kamu sudah lulus nanti," ucap Arkan lalu pergi meninggalkan rumah Viola.

"Ya, Tuhan semoga dia jodoh hamba."

"Umatmu ini tampan dan baik hati, cocok sekali jika bersanding dengan perempuan seperti Viola."

"Kalau gak jodoh, tolong banget ini mah," Arkan menyatukan kedua tangannya di depan dada dan memejamkan matanya.

TBC

ARKANWhere stories live. Discover now