24. Sengaja atau Tidak Sengaja?

9.8K 445 40
                                    

Setelah melakukan adegan panas semalam, keesokannya Viola meminta Arkan untuk mengajaknya berjalan-jalan sekitar Villa. Ia tidak akan pergi jauh, karena miliknya sedikit sakit, semalam Arkan menggempurnya tidak henti sampai keduanya lelah.

"Gak capek?" Tanya Arkan pada Viola, keduanya saat ini sedang berjalan di pinggir jalan sambil melihat pemandangan yang sejuk.

"Masih belum," jawab Viola tanpa melihat Arkan.

"Di depan ada warung, mau mampir?" Tanya Arkan lagi dan hanya dibalas anggukan oleh Viola.

Keduanya pun kembali berjalan sambil sesekali berbincang, tak lama mereka sampai di warung yang dimaksud Arkan. Warung sederhana namun makanannya sungguh lezat, Viola sudah tidak sabar untuk mencicipinya.

"Kamu mau apa?" Tanya Arkan sambil mengedarkan pandangannya melihat para pelanggan.

Seketika pria itu terpaku, tak jauh dari dirinya berdiri seorang wanita cantik sedang menatapnya dengan tajam. Pakaiannya yang mewah membuatnya mencolok dan menarik perhatian para pelanggan.

 Pakaiannya yang mewah membuatnya mencolok dan menarik perhatian para pelanggan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau pesen-" Viola mengikuti arah pandang Arkan, wanita itu mengangguk paham.

"Kamu suka dia? Kenapa gak ajak foto?"

Pertanyaan Viola membuyarkan kegiatan Arkan, segera pria itu memutuskan kontak mata antara keduanya lalu menatap Viola. Pria itu tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya.

"Biar aku yang minta kalau gitu, tunggu ya," Viola pergi begitu saja tanpa sempat Arkan cegah. Tak lama, Viola kembali dengan Jovanka di belakangnya, wanita itu tersenyum sinis ke kepada Arkan.

Sial, pria itu dalam masalah sekarang.

"Ini calon saya Kak," ucap Viola sambil menunjuk Arkan dan pria itu tersenyum kikuk.

"Oh iya, hai?" Sapa Jovanka diiringi senyum andalannya, yang membuat semua orang terpesona tapi tidak untuk Arkan.

"Boleh minta foto bareng kan?" Tanya Viola ragu, dan langsung dibalas anggukan oleh Jovanka.

Lalu, Viola menyuruh Arkan untuk berfoto dengan Jovanka. Arkan begitu canggung, ia sedikit memberi jarak antara keduanya, tak disangka ternyata Jovanka menarik tangannya untuk mendekat lalu dipeluknya tubuh Arkan.

Viola yang melihat itu hanya tertawa pelan, sebenarnya ia cemburu tapi ya mau bagaimana lagi  Arkan sepertinya sangat menyukai Jovanka, ya Viola akui wanita itu begitu cantik dan multitalenta.

"Mau ikut makan bareng gak Kak?" Tawar Viola setelah gadis itu memotret Arkan dan Jovanka.

"Boleh kalau kalian tidak keberatan," jawab Jovanka tanpa pikir panjang dan diakhiri lirikan matanya menuju Arkan.

"Keberatan."

"Gak keberatan."

Viola dan Arkan berucap bersamaan, membuat Jovanka tertawa dengan sedikit sinis, lalu ketiganya mulai memesan makanan sambil berbincang. Sebenarnya, hanya Jovanka dan Viola sedangkan Arkan menatap wajah cantik Viola yang sesekali tertawa.

Makanan mereka pun tiba, sambil berbicara Jovanka menuangkan begitu banyak sambal di makanannya tanpa sadar karena asik berbicara dengan Viola

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Makanan mereka pun tiba, sambil berbicara Jovanka menuangkan begitu banyak sambal di makanannya tanpa sadar karena asik berbicara dengan Viola. Seperti teman akrab, mereka berbicara tentang banyak hal.

"Aku juga punya banyak cerita memalukan waktu sekolah dasar," ucap Jovanka sambil menyuapkan makanannya kedalam mulut.

Satu suap...

Dua suap...

Tiga suap...

Empat suap...

Dan...

"Shhhh," desis Jovanka sambil mengipasi mulutnya yang terasa panas.

Wanita itu meneguk kasar es teh miliknya, dengan inisiatif Viola juga memberikan air putih miliknya untuk Jovanka, karena tidak tega melihat wajah wanita itu yang memerah.

Arkan menatap Jovanka lamat, lalu beralih menatap makanan wanita itu dan selanjutnya pria itu membelalakkan matanya. Hey? Apa Jovanka ingin membunuh diri? Wanita itu seakan sedang memakan sambal bukan soto.

Dengan spontan Arkan menarik bahu Jovanka untuk mendekat dan langsung mencium bibir Jovanka dengan ganas. Seolah dengan ciuman ia bisa menghilangkan rasa pedas yang dirasakan oleh Jovanka.

Pria itu tidak mementingkan keadaan sekitar, acuh dengan tatapan orang-orang termasuk tatapan Viola yang saat ini menatap tak percaya pria itu. Spontan Viola menundukkan kepalanya, ia tidak bisa melihat ini semua.

Berusaha menahan air matanya, Viola tersenyum saat aksi ciuman itu terlepas.

"Udah gak pedes lagi?" Tanya Viola ramah pada Jovanka dan hanya dibalas senyuman oleh wanita itu.

Bisa Viola lihat, bibir Jovanka semakin memerah dan membengkak jelas Viola tahu itu ulah Arkan, tanpa menatap Arkan, Viola melanjutkan makannya yang tertunda.

"Aku masih lapar tapi kayaknya gak ada waktu lagi buat pesan, sebentar lagi aku ada rapat online sama kru," ucap Jovanka.

"Makan punyaku," ucap Arkan sambil menyodorkan mangkuknya yang masih tersisa banyak.

"Gak usah, aku makan punyaku aja," tolak Jovanka dengan lembut.

"Mau kepedasan lagi?" Tanya Arkan sambil menatap sinis Jovanka.

Pria itu lalu mulai menukarkan mangkuknya dengan mangkuk milik Jovanka, lalu melahapnya seolah tidak merasa pedas. Namun, jujur saja soto ini sangat pedas, ya mau bagaimana lagi ia sudah sangat lapar sekarang.

Sedangkan Viola, sedari tadi menunduk sambil memakan sotonya, ah iya jadi memikirkan bagaimana nanti jika ia dan Arkan kembali ke Villa. Pasti akan sangat canggung, oleh karena itu Viola berusaha menetralkan rasa sakit yang ada di hatinya.

Ia tidak ingin ada suasana canggung antara dirinya dan Arkan.

"Aku udah selesai, sini aku yang bayar," ujar Viola sambil menyodorkan tangannya di depan Arkan.

"Ini," Arkan menaruh uang berwarna merah di telapak tangan Viola.

Wanita itu pun, berjalan menuju sang penjual untuk membayar makanan mereka. Meninggalkan Jovanka dan Arkan di meja hanya berdua, Jovanka menatap Arkan yang saat ini menyantap makanannya.

Tangannya terulur untuk menyentuh tangan Arkan, tidak ada penolakan. Jovanka tersenyum, lalu menggenggam tangan Arkan erat, membuat pria itu menatap Jovanka dengan kerutan di dahinya.

"Gimana rasanya cium pacar di depan calon istri?" Tanya Jovanka sambil terus menatap Arkan sinis tidak lupa senyum licik wanita itu.

"Pacar?" Tanya Arkan sambil mengerutkan keningnya, lalu sedetik kemudian tertawa.

"Pacar-pacar lambemu," lanjut Arkan sambil menepis tangan Jovanka dan kembali menyantap makanannya sambil menyembunyikan tangan kirinya.


TBC

ARKANWhere stories live. Discover now