38. Kefi serem

4.5K 287 8
                                    

Setelah pernyataan Gibran tadi, Viola langsung berlari begitu saja menuju dapur. Meninggalkan Gibran yang tersenyum manis di depan kamar mandi, senyumannya benar-benar membuat khilaf.

Saat sampai dapur, matanya tidak menangkap keberadaan Kefi. Entah kemana lelaki itu, sebungkus Taro besar diatas meja sudah lenyap, menyisakan beberapa bungkus kosong.

"Sial, tuh anak bawa kabur semua makanan apa gimana si?!" Kesal Viola sambil menuangkan air bening kedalam gelas.

Setelah meneguk minumannya hingga tandas, Viola berjalan menuju lantai atas. Mengabaikan semua orang yang berada di ruang tamu, Viola berjalan santai tanpa melihat ke belakang.

Cklek

Membuka pintu kamar Arkan, dan diperlihatkan oleh Raka yang sedang tertidur tenang dengan ibu jari yang berada di dalam mulutnya. Dengan gemas Viola mengecup seluruh wajah bayi itu, hingga membuat Raka menggeliat tanpa melepaskan hisapannya pada ibu jari.

"Gemes banget si," gumam Viola sambil melepaskan ibu jari Raka yang sedang di hisap oleh sang pemilik. Sebelum tangisan Raka terdengar, buru-buru Viola menggantikannya dengan empeng yang berada di atas nakas.

"Nah kalau kaya gini kan gak jorok," ucap Viola sambil tersenyum.

Dirasa mata mulai memberat, Viola menidurkan diri di samping Raka, dan memejamkan matanya. Tak menunggu lama, Viola sudah masuk ke alam mimpi.

***

Dengan memegang makanan dikedua tangannya, Kefi berjalan menuju ruang kerja Arkan. Niatnya sih ingin menyusul Viola yang tak kunjung balik, ia kan bosan menunggu di dapur sendirian.

Belum tangannya mengetuk pintu ruang kerja Arkan, ia dikagetkan dengan suara teriakan seorang perempuan dan isak tangisnya. Jika di dengar baik-baik, tentu itu bukan suara Viola, sahabatnya itu bersuara lembut seperti suara ibu-ibu yang menyuruh anaknya untuk mandi sore.

"Jika anda ingin mempertahankannya, yasudah pertahankan. Tapi saya tidak akan menikahi anda."

Kali ini, suara Arkan terdengar membuat Kefi membulatkan mulutnya. Penasaran dengan kelanjutan perdebatan di dalam, Kefi mendudukkan dirinya tepat di depan pintu dan bersandar pada pintu, tangannya kembali mengambil makanan dan menyuapkan kedalam mulut.

Selama menguping, sesekali Kefi berdecak kesal, kepalanya kadang mengangguk dan menggeleng berkali-kali. Tangannya tak henti memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Saat terdengar langkah kaki yang semakin mendekat, buru-buru Kefi bangun dari duduknya, dan berlalu pergi sambil menenteng makanan di tangannya. Tak ada tujuan lain, selain dapur Arkan.

"Pio lama banget, gue tinggal ngegame dah," ujar Kefi setelah menaruh seluruh makanan di atas meja.

Posisi enak saat bermain game di ruang makan, kedua kaki naik ke atas kursi, dan makanan di depan.

Triple Kill

"Woi! Lesley gak bisa main ya?!"

Kefi berdecak kesal saat salah satu teman satu timnya berkomentar melalu voice.

"Ah! Aduh! Maaf bang, ini istri saya tiba-tiba telanjang!"

Kefi tersedak dengan mata melotot, menggelengkan kepalanya heran. Istri telanjang aja udah langsung main coblos aja, meninggalkan game yang sedang berlangsung, cih. Jadi pengen punya istri.

Karena kesal, Kefi mengamuk di gold lane, kebetulan semua musuh berkumpul disana. Dengan kekuatan hero loncat-loncat seperti monyet (Ling), Kefi berhasil mengalahkan semua musuhnya.

Maniac!

Wipe Out

"Ez kaya gini mah," sombong Kefi sambil mengusap hidungnya yang gatal.

"Bang, mau savage gak?" Salah satu teman tim Kefi bertanya, dengan diselingi tawa.

"Kaga usah," jawab Kefi dengan suara rendahnya.

Ia melanjutkan permainannya hingga suara Victory terdengar. Tak lama kemudian, Arkan berjalan cepat menuju Kefi yang sedang duduk di kursi. Dengan tangan memegang satu biji Taro yang siap dilahap, Kefi menatap Arkan yang berhenti tepat di depannya.

Bug

Waduh, Arkan datang tiba-tiba menonjok tulang pipi Kefi hingga membuat laki-laki itu menolah ke samping. Ingin berlaku adil, Arkan menonjok sebelahnya lagi.

Bug

Taro yang dipegang Kefi jatuh setelah pukulan terakhir Arkan. Dengan mulut yang masih menganga, Kefi menatap Arkan yang saat ini menyengir tanpa dosa menatapnya.

"Maaf, saya lagi kesal," ujar Arkan sambil menepuk bahu Kefi 2 kali.

"Terimakasih sudah ingin menjadi samsak," lanjut Arkan sambil berlalu meninggalkan Kefi yang masih tak bergeming.

Setelah sadar apa yang terjadi, Kefi menunduk menatap Taro yang terjatuh tadi, sambil mengusap kedua pipinya yang terasa panas dan berdenyut.

"Sialan! Gak main-main tuh duda kalau nonjok, mana nanti gue ada date bareng cewe. Muka gue masi ganteng gak ya?" Kefi membuka kamera dalam ponselnya, dan bercermin.

"Untung aja gue makin keliatan keren," ujarnya sambil mengelus rahangnya dan bergaya sok tampan.

"Untung aja gue makin keliatan keren," ujarnya sambil mengelus rahangnya dan bergaya sok tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat asik mengambil foto, tiba-tiba saja Jovanka datang dengan mata sembabnya. Kefi mengalihkan perhatiannya pada Jovanka, seringai muncul di bibir laki-laki itu. Dengan sok keren, Kefi berjalan menghadang Jovanka, tatapannya sangat seksi.

Jovanka yang ditatap sedemikian rupa oleh lawan jenis, salah tingkah. Wajahnya perlahan memerah, tangannya dengan genit menyelipkan rambut pada telinga.

"Anak siapa nih," ucap Kefi dengan suara rendahnya sambil mengelus perut Jovanka dengan gerakan pelan namun sangat intim.

"Anak?" Tanya Jovanka pura-pura bingung dengan yang dimaksud Kefi.

"Oh, gak ada anak ya, aku titip anak aku boleh?" Tanya Kefi sambil mendekatkan wajahnya pada Jovanka.

Perempuan itu mengulum bibirnya, wajahnya semakin memerah karena malu dan panas yang tiba-tiba menjalar ke tubuhnya setelah merasakan hembusan nafas Kefi.

Cih, wanita kurang belaian.

Tangan Kefi yang awalnya mengelus dan mengusap tiba-tiba berubah menjadi meremat. Matanya menajam menatap Jovanka seperti mangsa. Terkejut, Jovanka berusaha menyingkirkan tangan Kefi yang semakin erat mencengkram perutnya.

"Gue tau ini bukan anak Arkan," ucap Kefi sinis.

"Awss," desis Jovanka saat cengkraman Kefi semakin kuat.

"Kalau sampai lu macem-macem sama Viola, liat apa yang bakal gue perbuat," gumam Kefi tajam sambil mendorong Jovanka dan melepaskan tangannya dari perut perempuan itu.

Tanpa rasa bersalah, Kefi berjalan menuju wastafel sambil bernyanyi ria. Membasuh tangannya kasar, berusaha menghilangkan kuman jalang yang menempel pada telapak tangannya.

"Ck! Sial banget hari ini!" Desis Jovanka marah sambil mengusap perutnya yang nyeri, untung saja sudah mendingan.

***

Tbc

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang