1. Pertemuan

68.6K 1.8K 12
                                    

Seorang lelaki baru saja keluar dari ruangan berpintu coklat sambil menggulung kemejanya yang sudah terlihat sedikit berantakan. Dia, Arkana atau lelaki yang biasa dipanggil Arkan.

Pria itu baru saja menidurkan anaknya yang bernama, Raka Lexander, bayi tampan yang ia dan istrinya dapat dari hasil kerja keras mereka selama 3 tahun. Namun, disaat hari dimana seharusnya hari bahagia mereka, penantian mereka selama 3 tahun harus berujung duka.

Flashback On

Di depan ruang operasi, Arkan berdiri dengan gelisah menunggu dokter yang sedang membantu istrinya dalam proses persalinan. Kedua orang tuanya juga sedang duduk gelisah menantikan suara tangis bayi yang tak kunjung terdengar.

Seorang dokter keluar dari dalam ruangan, segera Arkan menghampiri dokter tersebut, dan menyuruh pria itu untuk masuk ke dalam ruang persalinan untuk menemani istrinya.

"Mas," panggil Hani istrinya dengan lirih.

Dengan sayang, Arkan mencium dahi sang istri memberi kekuatan pada istrinya. Arkan menatap istrinya dalam, memberinya kekuatan.

"Baik, ibu ikuti instruksi saya ya," ucap dokter.

Hani mengangguk sambil mencengkram lengan Arkan untuk melampiaskan rasa sakit yang semakin terasa. Beberapa kali percobaan akhirnya bayi yang mereka tunggu telah lahir, dengan haru Arkan menggendong anaknya menuju sang istri.

"Sayang, anak kita laki-laki," ujar Arkan sambil memperlihatkan wajah bayinya kepada istrinya.

Hani tersenyum haru dan bangga, akhirnya ia bisa menjadi ibu seutuhnya. Momen haru tersebut berganti panik saat seorang suster memberi tahu bahwa pendarahannya tidak berhenti.

Para suster lalu menyuruh Arkan untuk keluar, dan membawa bayi yang baru lahir itu untuk dimandikan terlebih dahulu. Setelah memberi tahu kondisi Hani, kedua keluarga itu semakin panik.

Setelah beberapa menit kemudian, dokter keluar langsung saja diserang beberapa pertanyaan oleh mereka.

"Maaf sebelumnya, saya harus memberi kabar duka kepada kalian semua, saya dan tim sudah melakukan yang terbaik. Tapi Tuhan berkata lain, " jelas dokter tersebut.

Flashback Off

Arkan menghela nafas saat kembali mengingat bagaimana perjuangan sang istri, dengan pakaian yang sedikit berantakan, Arkan memutuskan untuk menghabiskan malamnya di club.

Seorang perempuan dengan pakaian minimnya itu turun dengan tergesa-gesa menuruni tangga rumahnya. Sedari tadi ponselnya terus menyala menampilkan kontak sang sahabat yang sudah menunggunya di depan.

Perempuan itu bernama Viola, ia berjalan tergesa menuju mobil yang terparkir tepat di depan gerbang rumahnya. Mobil milik sahabatnya, Khansa Maurena.

"Lama banget si," omel Khansa saat Viola sudah duduk di dalam mobil.

"Gue lupa kalau punya janji sama kalian," jawab Viola dan hanya dibalas dengusan malas oleh Khansa.

Setelah menempuh jalanan beberapa menit, mereka sampai di sebuah club yang terkenal di kota ini. Saat memasuki club tersebut, mereka langsung disambut dengan musik yang berdentum keras dan lampu kelap-kelip.

"Mana anak-anak?" Tanya Viola sambil mengedarkan pandangannya mencari teman-temannya.

"Itu," tunjuk Khansa kearah teman-temannya yang sedang menikmati minuman.

"Widih, cakep banget nih," goda Galang pada Viola yang sudah duduk di samping Fadil.

"Cewe gue," sahut Fadil sambil merangkul Viola posesif.

"Posesif amat," dengus Galang.

"Ayo ke tengah," ajak Fadil pada Viola yang disetujui oleh gadis itu.

"Minum 2 atau 3 teguk bisa kali," ujar Haris pada Viola.

"Heh! Macem-macem lo," kesal Khansa sambil memukul lengan lelaki itu.

"Eh iya juga, mau ya?" Tanya Fadil yang saat ini menuangkan alkohol ke sebuah gelas kecil.

"Enak?" Tanya Viola ragu dan dibalas anggukan semangat oleh semuanya kecuali Khansa.

Dengan ragu, Viola mengambil gelas yang disodorkan Fadil, secara perlahan gadis itu meneguk minuman itu. Langsung saja sensasi panas memenuhi tenggorokannya.

Khansa yang melihat itu meringis, pasti rasanya sangat tidak enak.

"Udah satu aja," ujar Khansa yang melihat Fadil menuangkan minuman lagi ke dalam gelas.

"Gue ke kamar mandi dulu," ucap Viola sedikit pusing.

Saat ingin berdiri, gadis itu sedikit terhuyung untuk saja ada Fadil yang memeganginya.

"Gue temenin ya," tawar Fadil dan dibalas gelengan cepat oleh Viola.

"Kalau gitu sama gue aja," tawar Khansa dan langsung berdiri dari duduknya.

"Gue bisa sendiri," ujar Viola sambil berjalan menuju toilet.

Di tengah jalan, Viola menabrak seseorang sampai membuatnya terjatuh duduk di lantai. Gadis itu mendongak, menatap pria dengan janggut di depannya ini, wajahnya terlihat samar.

"Mau ngapain om?" Tanya Viola setengah sadar saat pria di depannya ini memegang tangannya.

"Saya lagi gak open bo," lanjut Viola.

"Tangan kamu kena injak orang, gak sakit?" Tanya pria itu sambil mengelus tangan Viola.

"Shhh, sakit," ringis Viola.

"Ayo saya antar ke rumah sakit," ucap pria itu sambil membopong Viola keluar club.

"Gak usah, antar ke rumah aja," jawab Viola sambil membenamkan wajahnya di dada bidang milik pria itu.

Di tengah perjalanan, pria itu lupa menanyakan alamat Viola. Ia menoleh kesamping, dilihatnya Viola tertidur pulas, pria itu menghela nafas.

Terpaksa ia membawa gadis itu ke rumahnya.

TBC


ARKANWhere stories live. Discover now