Zara berjalan pelan menuju kamar mandi, memuntahkan sesuatu yang mengganjal di perut.

Zara menyusut sudut bibirnya, mengadah ke langit kamar yang terasa semakin memburam jika di perhatikan.

Telinganya berdengung, kepalanya terasa di putar-putar.

Sampai akhirnya Zara ambruk di tempat.

####

Raja menunggu di luar, Zara kembali pingsan dan hal itu benar-benar membuatnya sangat panik.

Ia menggigit kuku jarinya.

Getaran di ponsel membuat Raja bergerak mengobrak-abrik saku celana. Ia mendekatkan benda pipih tersebut ke telinga.

"gapapa mah, udah aku bawa ke rumah sakit. Mamah tenang aja." Ia menyahuti suara di sebrang.

"iya, nanti aku kabarin lagi." setelahnya panggilan terputus, Raja menoleh saat ketiga temannya berjalan mendekat.

"gimana?" Kenan yang baru sampai langsung melontarkan pertanyaan, Raja menggeleng tanda belum tahu.

"gak lo gebukin ampe pingsan kan tuh cewek?" Ibo mendudukan diri di samping Raja, menatap lelaki itu penuh tanya. Raja berdecak.

"aneh lo." Jawabny kemudian menoleh pada Aldi yang hanya diam saja, tumben. Biasanya lelaki itu akan rusuh.

"kenapa dia?"

Ibo menoleh pada Aldi.

"kucing nya mati." Jawabnya lalu menyandarkan diri pada tembok.

"lebay lo!" Raja berseru.

Aldi menghela nafas dan memilih duduk menyendiri, ia lebih ingin meratapi kesedihan di banding harus mendapat caci maki dari temannya.

"permisi, dengan keluarga Zara?"

Dorongan pintu dan suara dokter sukses mengalihkan atensi Raja, lelaki itu berdiri dan berjalan mendekat.

Dokter tersenyum ramah.

Raja memasang wajah khawatir. "gimana dok?" tanyanya langsung.

Dokter tampak berdehem, merapikan jas dan mendongak menatap Raja.

"pasien baik-baik saja, saya sarankan untuk lebih banyak istirahat dan memakan makanan yang sehat, usia kehamilannya sangat rentan. Jadi saya sarankan untuk lebih memperhatikan pola hidup pasien agar ibu dan anak yang di kandung baik-baik saja." Dokter menjelaskan secara sopan.

Raja bergeming, begitupun dengan ketiga temannya di belakang.

"maksud dokter?" Kenan mendekat. Dokter menoleh padanya.

"pasien Zara tengah mengadung, usia kehamilannya baru menginjak dua minggu kurang." Dokter tetap menjelaskan secara sopan.

"saya permisi dulu." setelahnya dokter itu pun pamit, meninggalkan ke empat remaja yang bergeming.

"enggak, ini mimpi kan?" Raja menoleh pada Kenan.

"Ja, gue gatau ini bener atau ngga, yang jelas gue yakin kalo itu bukan anak lo." Kenan balik menoleh.

"bangsat!!" Raja meninju tembok, nafasnya memburu.

"anjing!!!" ia kembali memukul membabi buta.

"Ja!" Kenan mencoba menenangkan.

Raja mendorong Kenan, berjalan tergesa memasuki ruangan Zara, amarahnya membuncak saat ini.

Raja mendudukan diri di samping ranjang, menatap Zara yang tengah melamun.

Raja menetralkan emosinya.

Ia menarik nafas.

"Ra?" panggilnya, Zara menoleh kemudian tersenyum.

Raja mengepalkan tangannya. Ia menatap perut Zara yang terlihat rata, tangannya bergerak menyentuh perut itu.

"hai, ini ayah." Ia bersuara pelan, menatap dalam perut Zara yang berada di depannya.




Tbc...

Mlm pngn up tpi gatau kalian pada mau lanjut kaga.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang