Walaupun waktu sudah berjalan cukup lama, tapi Aldi masih mengingat dengan jelas apa yang dulu pernah terjadi antara dirinya, dan Liana. Dan parahnya, setelah bertemu lagi dengan Liana seperti sekarang, Aldi malah tidak pernah mengutarakan kata maaf kepadanya. Tidak pernah sama sekali.

Aldi memang brengsek.

"Na!" Aldi melirik kearah Liana.

Liana balas menatap Aldi.

"Maaf."

Tidak mendengar jawaban apapun dari Liana, membuat Aldi mengira jika saat ini Liana pasti kebingungan dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

"Untuk apa?"

Aldi kembali melirik Liana. "Buat yang udah berlalu. Maaf karena waktu itu aku lari gitu aja. Aku terlalu pecundang buat hadepin kamu setelah apa yang terjadi. Sekali lagi maaf buat sikap aku yang gak dewasa." Aldi melihat tatapan kosong di mata Liana setelah ia mengatakan itu semua.

"Kenapa?"

"Kenapa tiba-tiba bicarain ini?"

Aldi menggeleng pelan. "Aku pengin minta maaf aja ke kamu. Dan maaf karna permintaan maafku ini terlalu terlambat."

Aldi bisa melihat Liana yang menundukan kepalanya, lalu meremas-remas tangan di pangkuannya. "Udah aku maafin. Lagipula itu udah terlalu lama juga, gak baik kalo mendam amarah terlalu lama."

Mendengar itu, Aldi cukup lega. "Makasih."

Liana kembali menatap Aldi. "Minta maafnya jangan ke aku aja. Yang pak Aldi sakitin waktu itu bukan cuma aku, tapi temen-temen juga."

Aldi mengangguk tanda mengerti. Ia tahu betul dengan hal itu. Walaupun ia tidak tahu kapan ia bisa meminta maaf, dan apa mereka juga mau memaafkannya, tapi Aldi juga sangat ingin meminta maaf kepada mereka yang pernah ia kecewakan.

"Aku tau," ujar Aldi lirih.

"Aku juga mau minta maaf."

Aldi langsung menatap Liana.

"Maaf karna dulu aku kurang sabar nunggu penjelasan pak Aldi. Maaf karna waktu itu aku gak bisa sepenuhnya percaya. Aku juga minta maaf karna gak bisa minta maaf sebelum pak Aldi benar-benar pergi dari hidup aku."

Aldi tidak pernah membayangkan ini sebelumnya. Selama ini yang ia anggap salah hanya dirinya saja, ia tidak pernah menyalahkan Liana atas semua yang terjadi, bahkan atas keputusan Liana untuk mengakhiri hubungan mereka dulu.

Pada akhirnya Aldi hanya bisa tersenyum tipis.

"Bukankah ini berarti, kita benar-benar udah berdamai sama masa lalu kita?"

Liana mengangguk dengan pasti.

_-_-_-_-_-_

Sesampainya di rumah, Liana memilih pergi ke dapur terlebih dahulu. Saat melewati meja makan, Liana melihat ada kertas berwarna biru yang tertempel di tudung saji yang tergeletak diatas meja makan.

Bibi tadi sekalian masak buat non Liana. Tapi sebelum di makan, angetin dulu ya, neng soalnya bibi masak pas sore.

Liana tersenyum kecil setelah membaca tulisan dari bibi yang beberapa tahun terakhir ini bekerja di rumahnya. Wanita paruh baya itu memang tinggal tidak jauh dari perumahan Liana, sehingga beliau memilih untuk bekerja saat pagi dan siang saja, kalau sudah sore beliau pulang ke rumahnya sendiri.

Melihat beberapa menu makanan kesukaannya ada diatas meja, membuat Liana merasa semakin lapar. Tapi ia ingin mandi terlebih dahulu apalagi keadaan tubuhnya cukup basah karena hujan.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now