Senyum yang sempat Zara dambakan kini terlihat sangat menakutkan.

####

Raja mengedarkan pandangannya,  menatap tembok putih yang terpampang di depan.

Kepalanya terasa berat.

"sayang."

Sebuah suara membuat Raja memalingkan wajah menatapnya.

"Ahahahah!"

Raja mendengus menatap Aldi yang terkikik.

"mendingan,  bro?" Leo datang mendekat,  memencet tombol untuk memanggil dokter yang berada di dekat ranjang Raja.

Raja hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"sakit gak bos?" Aldi menunjuk wajah Raja,  membuat sang empunya menaikan alis.

Raja hendak Berbicara namun terurung. Sudut bibirnya perih.

  Leo yang peka pun menyodorkan cermin padanya.

"lo kemaren di temuin sama warga gak sadarin diri dengan kondisi babak belur." Leo menjelaskan,  lelaki itu duduk di samping sambil memotong buah apel.

"siapa yang mukul gue?" Raja berkata meski sudut bibir nya semakin perih.

Leo tampak menaikan bahu sebagai jawaban.

Raja terdiam.

Seingatnya ia mampir ke Club untuk melepas pikiran yang amburadul karena bajingan Devan.

Sepulang sekolah tadi Raja sukses mendapatkan data diri tentang lelaki itu.

Devan adalah anak sulung dari pengusaha kaya bernama Arnold,  Arnold seorang duda. Istrinya meninggal empat tahun yang lalu.

Sejak kepergian mamanya kondisi Devan sangat kacau,  bahkan, Arnold sudah tak sanggup meladeninya.

Devan sempat Home scooling.  Namun tak bertahan lama karena sang guru cidera seminggu kemudian olehnya.

Lelaki itu cukup berbahaya.

Raja menjadi yakin untuk memisahkan Zara dari Devan.

####


Zara mengerjapkan matanya, ia merasa seluruh badannya lemas dan terasa sakit.

Matanya terpaku mendapati Devan tengah terlelap sembari memeluknya.
Gadis itu tersadar ia bukan berada di rumahnya, melainkan di ruangan yang sepertinya di jadikan kamar, pencahayaan redup, dan dinding abu yang menjadi pelengkap betapa menyeramkannya kamar ini.

Tanpa di duga Zara menitikan air mata, tak menyangka ia akan berada di posisi sekarang.

Semalam Zara di buat pingsan saat kembali mencoba kabur, Devan memukul tengkuknya dengan balok kayu hingga tak sadarkan diri.

"sayang."

Suara serak itu membuat Zara kembali membeku, gadis itu beringsut dari pelukan Devan, mendudukan diri memasang wajah ketakutan.

"hey."

Devan ikut duduk,  tanganya terulur menggapai Zara. Namun gadis itu malah menjauh dan turun dari kasur,  berlari menuju pintu.

Sial.

Pintu terkunci, Zara menatap Devan yang tengah duduk di kasur memasang senyum manis andalannya.

Zara menggedor pintu dengan teriakan meminta tolong.

"hey, jangan teriak-teriak.  Masih pagi." Devan entah kapan sudah berdiri di belakang Zara, melingkarkan tangannya di perut gadis itu.

Kepalanya di sandarkan ke bahu,  matanya terpejam menikmati aroma Strawberry yang memanjakan hidung.
Devan sangat candu akan wangi itu.

"lepas!"

Zara memberontak, mendorong Devan agar menjauh,  yang ia pikirkan hanya pergi dan menjauh dari lelaki gila itu saat ini.

"Araa." Devan kembali bersuara, namun nadanya kini sedikit tegas dengan raut wajah yang datar.

Devan tak suka Zara membentaknya.

Devan tak suka Zara menjauh darinya.

Zara hanya miliknya,  Zara hanya boleh berbicara dengannya, bertatap mata dan hal lainnya.

Zara hanya miliknya.

Termasuk raganya.

Tbc.

Ahahah pendek, otak mumet mikirin alur yang tiba-tiba blank,  menurut kalian ini gak karuan gak si?  Soalnya ngerasa kurang sreg aja gtu.

Kalo gak nyambung mau di unfub aja haha.

ObsessionWhere stories live. Discover now