FALL WINDS | 08

2.4K 513 71
                                    

Jungwon terus memandangi sepatunya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Jungwon terus memandangi sepatunya. Sekarang, dia berada di halte dan sedang menunggu kedatangan bus. Karena hari ini nenek dan kakek Jung berkunjung ke rumah, jadi Jungwon tak bisa langsung pulang. Niatnya, dia akan pergi ke pemakaman untuk menemui sang ayah.

Selama Jungwon tinggal di rumah, dia tak pernah sekali pun menemui nenek dan kakek. Mungkin hanya sekadar melihat tanpa bertegur sapa. Setiap kali dua orang lansia itu berkunjung, Jungwon selalu diminta untuk diam di kamar.

Selain bundanya, Jungwon merasa bahwa kakek dan nenek juga tak menyukainya. Setiap kali berkontak mata, Jungwon tak pernah melihat ada keramahan dan kehangatan.

"Ibu, janji, ya, akan membelikan aku es krim."

Jungwon menoleh setelah mendengar suara anak kecil dari samping kanannya. Seorang bocah laki-laki tiba di halte bersama dengan ibunya. Jungwon tersenyum pada keduanya saat mereka berkontak mata.

"Iya, nanti ibu belikan. Asalkan kau tidak cerewet," kata ibu si bocah itu.

"Oke!"

"Aku ingin digendong. Lelah berjalan terus." Bocah laki-laki itu merentangkan kedua tangannya agar sang ibu mau menggendong.

"Ya ampun anak ibu manja sekali," ujar ibunya, tapi tetap mau menggendong bocah laki-laki itu. Jungwon hanya diam memperhatikan. Melihat kedekatan anak dan ibu itu membuat Jungwon sendu.

Saat kecil, Jungwon ingin manja pada bundanya juga. Tapi bundanya tak pernah memperhatikan dia. Bundanya lebih sering mengurusi Sunoo, sedangkan dia seperti di telantarkan. Setiap kali Sunoo bercengkerama dengan sang bunda, Jungwon hanya bisa mengintip dari kejauhan.

"Jungwon-i sedang apa?" — Heeseung.

"Melihat bunda dan Sunoo hyung." — Jungwon.

"Kenapa harus mengintip seperti ini?" — Heeseung.

"Takut bunda marah." — Jungwon.

• • •

Jungwon duduk di samping makam sang ayah. Meskipun sudah sangat sore, tapi Jungwon tetap memutuskan untuk datang.

"Ayah, uangku tak cukup untuk membeli bunga, jadi aku datang dengan tangan kosong. Maaf ..." ujar Jungwon sambil mengusap marmer makam.

"Hari ini kakek dan nenek datang ke rumah, jadi aku tak bisa langsung pulang."

"Makin lama, hidupku makin tidak menyenangkan. Bunda masih tak menyukaiku. Jika tahu akan seperti ini, aku tak ingin dilahirkan."

Jungwon menyentuh keningnya. Ada luka lebam di sana, tapi tak terlihat karena tertutup poni rambut.

"Di sekolah, aku mendapat kekerasan lagi. Rasanya sangat melelahkan. Setiap hari, selalu saja ada masalah yang menghampiri. Tak ada yang peduli padaku selain Heeseung hyung dan juga ... teman baruku, Riki."

[✓] FALL WINDSOnde histórias criam vida. Descubra agora