NEW - 31

18.6K 1.1K 17
                                    

!!NEW VERSION!!

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bio-ku!!

.
.
.

Tatapan El terpaku memandangi pemandangan kota, namun pikirannya melayang ke sesuatu hal yang tak henti mengusiknya seharian ini..

Makan sama Nathan..

Kerja kelompok di rumah Nathan..

Nathan..

Nathan..

Dan Nathan..

Kopi digenggaman El hampir remuk sebelum Adit tiba menghampirinya.

"Mikirin apa?"

Adit ikut memandangi padatnya kota akan kendaraan dengan sebuah cup kopi panas digenggamannya juga.

El terdiam, belum mau menghiraukan pertanyaan Adit karena nama Nathan menghantui kepalanya.

Melirik arlojinya yang menunjukan pukul tiga sore, berarti Milly sedang ke rumah laki-laki bernama Nathan itu hari ini.

Milly bilang ia akan kerja kelompok, pasti Milly tidak akan sendirian ke rumah laki-laki itu bukan? El mengingat-ingat dimana ia masih bersekolah dan memiliki tugas kerja kelompok. Ia dan teman-temannya akan pergi ke rumah salah satu temannya dan mereka belajar bersama.

Seharusnya Milly tidak sendirian di sana.

Iya, seharusnya.

Begitulah gambaran di kepala El.

Tapi kenapa Milly harus ke rumah laki-laki itu? Kenapa tidak Ruby, atau nama lain, asalkan bukan Nathan!

Sial! Hanya karena memikirkan itu kepala El terasa pening. Ditambah dengan sikap Milly kemarin malam—yang menekankan nama Nathan disaat tatapan mereka bertemu—mengingat itu El sekuat tenaga untuk menahan kekesalannya.

Disisi lain, kekesalannya meredam begitu saja ketika ia ingat kembali akan malam itu. Malam dimana El berhasil mencium bibir Milly hingga bibir Milly memerah dan bengkak. Berbangga hati El mengakui perbuatannya.

El masih ingat dengan jelas bagaimana bibir mereka menyatu, bagaimana ciuman itu terasa panas di sekujur tubuhnya, bagaimana ia memagut bibir hangat Milly hingga tubuhnya semakin lemas dan tegang bersamaan jika ciuman mereka semakin dalam.

Tidak diragukan bahwa El tidak akan bisa mengatur dirinya jika berdekatan dengan gadis itu. Mencoba untuk menahannya, mencoba untuk menepisnya, El tidak bisa berkutik akan keinginannya yang ingin dominasi hanya setelah berhasil menyentuh Milly.

Jika bukan karena kesepakatan konyol yang bodohnya El setujui, kesepakatan itu tidak akan pernah ada di hidupnya, kesepakatan itu tidak akan mengukungnya.

Milly sudah berada di pelukannya.

Ini semua karena seorang pria brengsek yang masih betah berdiri di sampingnya. Dengan wajah tak bersalah itu ia menatap El dengan tatapan tanya.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?"

El mendengus. Jika kesepakatan itu tidak menghantuinya, El tidak perlu berpura-pura tidak menghiraukan Milly kembali.

Tunggu saat waktu itu akan tiba—saat Milly menginjak umur tujuh belas tahun—kesepakatan itu akan berakhir. El tidak akan lagi dikekang dengan tatapan sinis Adit, El tidak akan perlu menahan diri lagi karena janjinya waktu itu.

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Where stories live. Discover now