Kedua tangan Liana mulai berusaha menjauhkan Galen dari atas tubuhnya. Selain merasa berat, ini juga posisi berbahaya yang tidak seharusnya terjadi.

"Liana, kenapa kamu mau mengakhiri hubungan kita?"

Gerakan tangan Liana terhenti setelah mendengar suara lirih tidak bertenaga dari Galen, tepat di telinga kanannya. Perempuan itu terdiam sebentar.

"Aku gak mau, Liana. Aku terlalu mencintai kamu. Aku gak mau kehilangan kamu," suara lirih itu kembali terdengar.

Liana tersadar, ia kembali berusaha menjauhkan Galen dari atas tubuhnya. Ini sedikit susah, tubuh Galen terlalu berat.

"Jangan tinggalin aku."

"Kamu tau sendiri alasannya, Gal." Liana akhirnya bersuara. Meladeni segala ucapan pria yang sedang dalam pengaruh alkohol itu. "Aku udah terlalu capek, Gal. Aku gak bisa lagi berusaha mengimbangi perasaan kamu itu."

Liana dibuat terkejut karena Galen tiba-tiba mendongakan kepalanya. Pria itu menatap Liana yang ada dibawah kungkungannya dengan tatapan tajam. "Ini semua karna cowok brengsek itu, kan?" kali ini suara Galen mengeras. "Iya, kan?"

"Udah cukup, Gal!"

Brugh

Liana sampai berjingkrak kaget sekaligus kesakitan saat kepala Galen terjatuh tepat di pundaknya. "Gal!" Liana kembali berusaha menyingkirkan tubuh Galen dari atas tubuhnya.

"Jangan, Na!" suara pria itu kembali melirih. "Jangan!"

Liana bernapas lega karena akhirnya ia bisa mendorong tubuh Galen kesamping. Setelahnya, Liana bergerak merosot dari sofa dengan hati-hati. Perempuan itu terduduk diatas karpet yang menutupi lantai dingin apartemen Galen. Ia terdiam disana sambil mengamati wajah Galen yang sudah terlelap.

Pertemuannya dengan Galen malam ini tidak begitu buruk. Tapi Liana tidak bisa menjaminnya besok, saat Galen sudah sadar sepenuhnya. Liana harus menyiapkan mental dan fisiknya lagi. Hal-hal buruk bisa terjadi saat Galen tersadar.

Melihat raut wajah Galen yang tenang, membuat tangan Liana terulur untuk mengusapnya perlahan. Tatapan Liana kali ini sangat dalam, mengisyaratkan penyesalan, amarah, putus asa yang bercampur menjadi satu. "Galen, cara mencintai kamu ini bertolak belakang sama aku. Aku adalah orang yang gak bisa nerima perasaan yang terlalu meluap-luap seperti itu. Seberapa keras aku berusaha, aku tetep gak bisa." Liana bergumam, tidak peduli jika Galen mendengarnya atau tidak.

"Aku adalah orang yang suka sama kebebasan, tapi kamu sukanya mengekang. Aku sebenernya mandiri, tapi kamu maunya selalu aku butuhin. Kalo kaya gitu terus, apa yang harus dipertahanin lagi?" suara Liana melirih diakhir kalimatnya.

"Masalah perasaan aku ke kamu, aku udah berusaha tapi, kenyataannya tetep gak sedalam yang kamu harapin, Gal," ungkapnya lagi. "Gal, aku udah beri banyak waktu buat diri aku sendiri biar bisa terima kamu apa adanya. Aku juga udah beri kamu waktu buat sadar gimana seharusnya kamu memperlakukan aku. Tapi waktu-waktu itu ternyata terbuang percuma. Semuanya tetep sama aja." Liana tersenyum paksa.

"Sekarang gak lagi, Gal. Kita emang seharusnya udah berakhir."

_-_-_-_-_

Aldi duduk di kursi kerjanya dengan posisi kedua siku yang bertumpu pada mejanya. Dua tangannya yang sejak tadi saling mengait, sekarang mulai meremas satu sama lain.

Pria itu teringat dengan kejadian kemarin. Saat-saat dimana ia, Liana, dan Galen terlibat dalam perseteruan yang panjang. Perseteruan itu berakhir dengan perkelahian antara Aldi, dan Galen. Perkelahiannya tidak berangsur lama memang, karena Liana akhirnya membawa Galen pergi.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang