Devan menyengir, tawa Zara begitu manis, wajah natural tanpa polesan apapun sungguh sangat cantik.

"Kamu udah gede loh,  masa ginian aja gabisa?  Cemen huh!" Ledek Zara hingga Devan terkekeh di buatnya.

Pada akhirnya keduanya membereskan dapur dan memasak ulang untuk makan.

Selesai dengan acara dapurnya remaja itu kini sudah terduduk di kursi.

"Suka?" Zara begitu antusias menatap Devan yang lahap memakan mie nya.

Lelaki itu mengangguk semangat,  ia mendongak tanpa menyadari sepotong mie kecil menempel di sudut bibirnya. Devan langsung terdiam kala jemari Zara bergerak mengusap sudut bibirnya.

"Kamu kaya anak kecil tau ga?  Makan aja belepotan huh!" Lagi lagi gadis itu meledek, semburat merah tercetak jelas di wajah tampan seorang Devano.

Lelaki itu menunduk dengan senyum malu, debaran di jantungnya begitu meronta ronta.

####

Waktu sudah menunjukan pukul, 01:30. Namun kedua remaja itu masih belum juga menutup matanya.

"Gak sopan banget tuh cicak anuan depan gua." Leo memprotes saat menemukan sepasang hewan yang tengah menempel di langit langit kamar.

"Sirik aja lo." Sahut Raja ikut melihat sumber  perzinaan.

"Kapan ya gue  bisa gituan di langit langit kamar?"

Sebuah bantal lolos menimpa wajah Leo, lelaki itu langsung menoleh sinis pada Raja.

"Gila lo!" Maki nya membuat sang empu mendengus.

"Kan gue berhayal anj!"

"Brisik lo!"

Pada akhirnya keduanya kembali terdiam menyaksikan perkawinan hewan tadi.


Di sisi lain pikiran Raja tengah berkecamuk, lelaki itu tak hentinya memikirkan paras cantik yang di miliki sosok gadis di minimarket tadi.

Apakah ia jatuh cinta?  Ah yang benar saja.  Ayolah mereka hanya sekali bertemu dan anehnya perasaan itu begitu jelas tercetak di hati Raja.

Kalo gue  pacaran sama tuh cewek kayanya seru.

Batinnya tampa sadar membuat lengkungan manis di bibir nya.

"Jadi pengen." tanpa sadar Raja bergumam sampai sampai bantal yang tadi ia lemparkan kembali datang mengenai wajahnya.

"Nah lo juga dah gila!" Semprot Leo.

"Apaan si anj!"

Raja kembali melempar bantal tadi yang membuat keduanya berakhir perang bantal.

####

Jam enam pagi Zara sudah beres dengan cuciannya,  gadis itu kini tengah menjemur beberapa baju di depan rumahnya.  Tangannya terhenti kala memegang baju Devan yang lelaki itu gunakan semalam.

Entah gerangan Dari mana Zara tersenyum. Gadis itu lanjut terkekeh sebelum akhirnya menjemur baju Devan tepat di samping bajunya.

Semalam keduanya bercerita banyak. Ralat,  lebih tepatnya Zara yang bercerita dan lelaki itu yang mendengarkan.

Hingga menghabiskan waktu sampai tengah malam dengan di akhiri Devan yang berpamitan pulang.

Selesai dengan aktivitas beberesnya kini gadis itu sudah siap berdiri di depan teras dengan seragam yang sudah melekat rapi.

Tangannya bergerak memankan ponsel guna mengabari Abangnya.

Jeda waktu memperlihatkan Zara yang sudah sampai di kelas,  gadis ity bergerak membuka kotak sarapan yang ia buat sendiri.

"wih lo juga bawa bekal?" Kedatangan Dita mampu membuat Zara langsung tersenyum.

"Kamu juga bawa?"

"Wih gue mah tiap hari bawa terus." Ujar Dita yang juga mengeluarkan kotak bekal di dalam tas nya.

"PAGI EPRIBADEEEEE." Teriakan tersebut menggema di ruangan kelas,  tak banyak murid lain merecoki kedatangan tiga gadis yang kini berjalan menuju meja Zara.

"Payah makan gak ngajak ngajak." Seru salah satu dari mereka yang berambut pendek.

"Tinggal nimbrung ae lu segala banyak bacot." Balas Dita membuat sang empunya mencibir.

"Hai Zara,  gue boleh kan duduk di muka lo?" Gadis ber- cardigan rajut berwarna putih itu sontak membuat Zara menaikan alis.

"Canda anjir serius amat ahahahhaa." tawa nya heboh sampai menggebrak meja.

"Rusuh lu." protes gadis berambut pendek tadi.  Keduanya mendudukan diri di depan meja Zara dan Dita.  Berbeda dengan gadis yang terlihat pendiam itu menggeser bangku di dekatnya dan di rekatkan ke meja Zara.

Ketiga orang itu juga mengeluarkan bekal  bawaannya masing masing.

"oh iya, lo masih inget kan nama kita?" Pertanyaan si rambut pendek di gelengi Zara.

"Pikun lo," katanya.

"Gue Anita,  yang pake cardigan Kia, dan terakhir yang paling judes itu namanya maemunah." Tunjuk Anita pada salah satu temannya.

"Gue Key." ujar Key guna membenarkan Anita yang mencemarkan nama baiknya.

Zara mengangguk paham.

"Jangan canggung canggung ya?  Kita ga gigit kok." lanjut Kia tersenyum.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang