23. RUANG KEPALA SEKOLAH

Start from the beginning
                                    

"Bilang apa lo barusan hah?!" Altop mengernyit marah mendengar ungkapan tadi, jarinya menarik lebih kuat rambut kepala Anna.

"Dasar bego! Nih guru juga demen bener nyari perkara," gumam Rafa.

Muka Anna berubah menjadi takut, ia menelan saliva dengan susah payah kala tangan Altop mulai terangkat ke udara seperti hendak memberinya pukulan.

"ALTOP JANGAN!"

Bruuugggg.....

"GLOVA!" Markus yang sedari tadi hanya diam, kini tersentak kaget ketika Glova tiba-tiba terlempar ke lantai dan kepalanya membentur dinding.

Semua pandangan orang sekitar teralihkan, begitu juga Altop yang tak sengaja pukulannya malah mengenai Glova. "Glova..."

Netra Glova terpejam sebentar, tidak kuat menahan benturan keras di kepalanya. Hingga kemudian, ia merasakan pusing luar biasa serta darah segar yang menetes dari lubang hidung. Membuka sedikit matanya, semuanya begitu buram lalu lama-kelamaan pandangannya menjadi hilang.

"Lo tau nggak? Selain gue takut kehilangan lo--- gue juga takut kalau lihat lo lagi marah."

Altop langsung menoleh, menatap lekat Glova yang berada di samping seraya menggandeng tangannya erat. "Kenapa emangnya kalau gue marah? Takut lo gue putusin?"

"Ih! Nggak gitu maksud gue Altop. Emosi lo itu sering menguasai diri lo sendiri, sampai kadang lo nggak pernah sadar kalau lo lagi ngelukain orang lain."

"Terus?" Salah satu alis Altop terangkat, ia bertanya remeh pada Glova yang kini menghentikan langkahnya.

Glova membalas tatapan Altop. "Gue masih terima kalau gue yang lo sakitin. Tapi kalau lo nyakitin orang lain gimana? Lo bisa kena hukum yang berlaku Altop."

"Sikap kasar gue nggak akan bikin lo mati. Gue janji itu," kata Altop meyakinkan.

"Lo harus janji dulu, lo nggak boleh kasar sama orang lain yang lebih tua.. Apa lagi sama cewek, nggak boleh ya Altop? Nggak boleh! Nggak boleh! Pokoknya nggak boleh!" suara Glova berteriak, ia tampak tertawa kecil diujung perkataannya.

"Gue sayang sama lo, Glova.. Gue nggak tau, kenapa gue nggak bisa berhenti kasar sama lo.. Tapi gue janji sama diri gue sendiri, gue nggak bakal biarin lo disakitin sama orang lain."

"ALTOPAN LIONER!!!" Ingatan itu seketika buyar, Altop mendengar teriakan tegas seorang pria dari arah belakang pundaknya. "KAMU IKUT SAYA KERUANGAN KEPALA SEKOLAH SEKARANG!"

"Keterlaluan kamu, Altop. Awas saja! Setelah ini saya akan kasih kamu sanksi tegas."

"Glova bangun..." Pandangan Altop kosong, memandang Glova yang sudah dikerumuni oleh teman-temannya. Hingga Altop tak sadar, jika ia ditarik paksa oleh pria berseragam guru ini.

"Kita langsung bawa Glova ke Rumah Sakit aja, Mark!" suruh Raven, menepuk bahu Markus.

"Siapin mobil lo, Ven." Markus mengangguk cepat, kemudian membopong badan lemas Glova, dan menjauh dari kerumunan.

"Lo berdua mending ikut urus Glova, biar gue aja yang urus Altop." Eldrian mendorong Kenzo, menyuruhnya bersama Rafa agar mengikuti langkah Markus.

"Oke, jangan lupa kabarin kalau urusan Altop udeh kelar," saut Rafa dengan mimik khawatir.

"Lo juga jangan lupa kabarin, keadaan Glova sama dia dibawa ke Rumah sakit mana."

"Ya udah, gue cabut duluan." Kenzo menganggukkan kepala, membalas perkataan Eldrian. Dirinya dan Rafa lantas berlari kearah Markus yang sudah beranjak membawa Glova pergi.

ALTOPWhere stories live. Discover now