BAB 15

3 0 0
                                    

SEBULAN lebih semenjak kepergian mamanya Kalya selalu murung dan lebih suka mendekam di kamar dengan tumpukan kertas yang menggunung. Satu judul buku sudah hampir rampung hanya saja tinggal naik cetak, harapannya buku yang ia tulis dapat bermanfaat dan di sukai banyak orang hitung-hitung bisa booming hingga penjuru Indonesia.

Kalya membaca judul yang ia sudah rencanakan jauh sebelum tulisan tersebut kelar 'Anak ular yang menangis'. Ia menghembuskan nafas gusar, menscroll laptop asal kemudian menumpukan kepala diatas meja kerjanya sambil menggerakkan jari telunjuk yang ia ketuk berkali-kali.

Pikirannya bercabang memikirkan Fikoh yang entah sekarang seperti menghilang di telan bumi. Semakin hari semakin gila pikiran Kalya di buatnya lantaran ia begitu mengkhawatirkan keberadaan kakak satu-satunya itu. Tangannya meraih ponsel, kemudian mencoba menghubungi nomor kakaknya kembali namun hanya suara operator saja yang berbicara. Ia menggaruk kepala gelisah kemudian menyenderkan punggungnya di kursi seraya mengambil nafas dalam-dalam.

"Kalya tolong buka pintu sebentar" pintuk kamarnya diketuk oleh Hasna dan memerintah Kalya untuk keluar kemudian Kalya menurutinya.

Pintu kamarnya terbuka sudah ada Hasna berdiri dengan nampan berisi susu dan roti gandum.

"Oma bawain kamu ini, kamu belum makan kan?"

Kalya tersenyum lalu mengambil alih nampan yang Hasna bawa. Kadang Omanya itu terlalu berlebihan.  Kemarin-kemarin Hasna menyimpulkan bahwa Kalya sedang hamil. Tapi Kalya dengan lembut  mengatakan bahwa ia sedang tidak mengandung anak Banyu. Namun Hasna memperlakukan Kalya seolah-olah menantunya itu sedang mengandung cicitnya. Setiap pagi membawakan kurma dan susu padahal ia sudah sarapan, siangnya membawa susu dicampur sereal, dan yang lebih parah lagi sampai malam pun Hasna membawakan bubur kacang hijau tak luput dicampur susu. Bahkan Kalya sampai ingin muntah karena setiap menu dibubuhi susu.

"Oma terimakasih banyak atas perhatiannya. Tapi Kalya bisa sendiri jadi Oma gak perlu repot-repot antar ke kamar" kata Kalya mengulas senyum.

"Yasudah kalau begitu kamu jangan lupa makan ya"

"Iya Oma, sekali lagi terimakasih"

"Oh iya, jangan mengurung diri terus di kamar, nggak baik. Nanti siang ada tamu jadi kita harus siap-siap, kamu bisa kan bantu Maya masak?"

"Kalya mau cuci baju mas Banyu dulu, setelah selesai nanti Kalya nyusul ke dapur"

"Loh ... Loh. Kamu ini udah dibilangin nyuci baju udah tugasnya Inah, kamu jangan capek-capek" kata Hasna mengomeli namun dengan kasih sayang.

"Ngga Oma, lagian cuci baju aja kok gak capek"

"Kamu ini keras kepala"

Kalya tertawa kecil. Hasna walaupun cerewet tapi jiwanya sangat penyayang, Kalya tahu itu.

"Oh iya Oma, siapa tamu yang mau datang?" Tanya Kalya penasaran.

"Putri kecil Ammar"

Kalya menyernyit bingung.

"Ammar kan sudah pernah menikah. Dia sudah dikaruniai anak perempuan yang berusia 5 tahun, Andini namanya. Ibunya sudah meninggal lama" terang Hasna menjawab rasa penasaran Kalya.

Kalya membulatkan mulut layaknya huruf o "Tapi kok gak tinggal disini ya Oma?" Tanya Kalya lagi.

"Sebenarnya tinggal disini, cuma lagi nginep aja sama neneknya, keluarga dari mamanya" Hasna kembali menjelaskan.

"Ooh, jujur aku seneng banget Oma. Rumah jadi rame kalau ada anak kecil" ucap Kalya sangat antusias.

"Mangkanya kamu cepet-cepet punya anak biar Andini ada teman mainnya"

Nahkan ujung-ujungnya sampai pada topik itu. Sejauh apapun topik yang dibahas, topik hangat tentang anak pasti seru untuk diangkat, seru menurut mereka bukan seru menurut Kalya.

"Oma tinggal dulu ya, kamu makan terus langsung ke ruang tamu"

"Iya Oma"

Sebelum ke ruang tamu menyusul Hasna, Kalya bergerak cepat mencuci baju Banyu yang sudah menumpuk sampai dua keranjang. Ia tak sabar rasanya ingin cepat-cepat menemui gadis cilik yang berusia lima tahun itu.

Tangannya terhenti seketika. Melihat ada yang aneh di kemeja Banyu yang berwarna biru langit. Ada bercak merah seperti bekas lipstik menempel dibagian bahu. Kalya terus memperhatikan sambil mengusap dibagian bekas lipstik itu. Kemudian ia mendekatkan kemeja itu ke hidung menghirup aroma minyak wangi, namun serobok minyak wangi perempuanlah yang masih bisa terendus. Ya, itu benar-benar minyak wangi perempuan, wanginya sangat menyengat dan agak feminim.

Apa mas Banyu main perempuan di belakangku?

Jauh-jauh ia mengenyahkan segala pemikiran negatif tentang suaminya itu.

Gak baik berprasangka buruk kal.

"Kalya?" Teriak Hasna di ruang tamu.

"Iyaa omaa"

"Andini sudah datang"

"Iyaaa omaa sebentar"

Buru-buru ia masukan baju-baju Banyu ke dalam mesin cuci lalu segera bergegas bergabung di ruang tamu.

Gadis cilik itu langsung berhambur ke pelukan Kalya ketika Kalya baru sampai di ruang tamu. Oh layaknya pemandangan ibu dan anak yang baru disatukan setelah bertahun-tahun dipisahkan.

"Andini?" Tanya Kalya pada gadis yang memakai bandana minions itu.

"Ya kamu benar, kamu cantik" gadis itu menoel hidung mancung Kalya gemas.

"Kamu juga cantik sayanggg" Kalya pun tak mau kalah ia menoel pipi gembul Andini.

"Dia kesini diantar siapa Oma?"

Kalya mendudukan bocah itu di pangkuannya.

"Tadi sama kakeknya, tapi kakeknya gak bisa mampir lama-lama. Katanya ada urusan."

Kalya mengangguk paham.

"Bolehkah aku memanggil kamu bunda?"

Hati Kalya rasanya seperti di iris. Bocah berumur 5 tahun tapi sudah ditinggalkan oleh ibunya. Kalya jadi mengingat mamanya, Kalya masih bersyukur walaupun ia anak pungut tapi ia masih bisa merasakan keberadaan mamanya sampai ia  dewasa.

Kalya mengeluarkan air mata. Tak tahu rasanya, hatinya seperti disayat-sayat saat ini.

"Boleh dong, siapa sih yang gak mau dipanggil bunda sama princess kecil cantik ini" kata Kalya mencium pipi kanan bocah itu seraya menghapus air mata. Tak tahan juga, Hasna ikut terbawa suasana, ia pun menangis.

"Princess mulai hari ini kamu bunda yang urus yah sayangg"

Bocah itu mengangguk antusias.

"Bunda bisa bantu kerjain PR aku kan? Soalnya eyang disana gak bisa bantu aku gambar kura-kura" Kalya dan Hasna tertawa, lagi-lagi Kalya mencium pipinya.

"Bisa, kamu mau bunda gambarin apa? Kuda, jerapah, kelinci, angsa?"

"Bunda jago banget sih. Papa juga sama kayak eyang, gak bisa gambarin aku binatang. Papa hanya bisa gambarin aku bintang. Aku udah bosen" lagi-lagi Hasna dan Kalya tertawa kali ini suaranya lebih kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Bawah Kolong Langit (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang