BAB 3

28 0 0
                                    

KETIKA beberapa orang hendak memboyong Kalya ke kantor polisi, perempuan yang sudah seperti nenek-nenek menghentikan gerombolan itu. Nenek itu bangkit dari kursi panjang, entah apa yang sedang ia lakukan di taman ditengah teriknya sinar matahari Jakarta di siang hari.

"Tunggu dulu" nenek itu berjalan mendekat mereka. "Tolong jangan bawa gadis ini ke kantor polisi" titahnya yang membuat semua orang bingung.

"Ada apa memangnya Bu? Ibu saudaranya? Atau komplotannya?" Terka ibu pemilik dompet tersebut.

"Komplotan?" Nenek tersebut tertawa sumbang. Lalu ia mengeluarkan dan menunjukkan seperti id card. Entah mengapa ketika nenek itu mengeluarkan id card semua orang yang berada disitu melongo tak percaya. "Saya Oma Hasna" katanya memperkenalkan diri.

"Ibu dari keluarga Mahendra?" Tanya pria berbaju coklat yang rambutnya sudah memutih itu.

"Saya ibunya Mahendra" semua orang yang berada disitu menatap Hasna dengan tatapan takjub kecuali Kalya yang merasa bingung ditengah tengah perbincangan mereka. Memangnya siapa keluarga Mahendra itu, Kalya tak tahu.

"Kenapa ibu menghentikan kami dan membela gadis ini?" Lagi-lagi pria berbaju coklat yang bertanya.

"Gadis ini tak bersalah sama sekali" kata Hasna sangat yakin membela Kalya.

"Ada buktinya?" Kali ini si ibu pemilik dompet yang bertanya.

Hasna memberikan handphone kepada pria bergigi ompong itu karena memang dia yang lebih dekat dengannya. Handphone itu jangan ditanyakan lagi seberapa mahal karena dibelakangnya terdapat buah apel yang di gigit. Kentara sekali memang perempuan tua tersebut sangat kaya dan di segani karena ketenaran anaknya.

"Bagaimana? Saya benar bukan gadis itu tak bersalah"

Untungnya Hasna merekam kejadian yang sebenarnya terjadi sehingga video tersebut dapat menyelamatkan Kalya dari tuduhan yang sama sekali tidak benar itu. Inilah kekuatan sebuah doa. Bagaimana Allah sangat menyayangi hamba yang selalu mengingatnya.

Kalya menangis bahagia disaat terdesak seperti ini Allah masih mendengar penggalan doanya. Ia tak hentinya mengucapkan syukur dalam hati.

"Silahkan bapak dan ibu lepaskan gadis ini dan bisa membubarkan diri"

"Tapi uang saya sudah hilang, dia harus ganti rugi" ibu yang punya dompet itu masih tidak ikhlas karena uangnya hilang diambil dua preman tadi.

"Berapa uang yang ada di dompet ibu?" Tanya Hasna.

"Dua ratus lima puluh lima ribu" katanya menyebutkan digit angka.

Hasna mengeluarkan dompet yang ditengah-tengahnya terdapat lambang VL. "Lima juta cukup?" Ucap Hasna.

Terlihat ibu itu kegirangan. "Sangat cukup Oma Hasna, terimakasih" akhirnya semua orang disitu membubarkan diri kecuali Hasna dan Kalya.

"Kamu tidak apa-apa nak?" Tanya Hasna pada Kalya.

Kalya menggeleng pertanda ia tidak mengalami seperti luka serius namun luka batin yang ia alami.

"Terimakasih nek atas bantuannya, kalo nggak ada nenek gak tahu nasib saya akan seperti apa" ucap Kalya tulus berterimakasih.

"Panggil Oma Hasna"

"Iya, terimakasih Oma Hasna"

Hasna tersenyum lembut. "Kamu mau kemana memangnya?"

Kalya menggeleng karena ia bingung harus menjawab apa.

"Nama kamu?" Kalya seperti anak kecil yang di interogasi ketika hilang dari induknya.

Di Bawah Kolong Langit (ON GOING)Where stories live. Discover now