BAB 4

24 0 0
                                    

MAKAN malam di rumah keluarga Mahendra diselimuti keheningan. Ya begitulah, keluarga serba ada namun tak memungkiri kehangatan di dalamnya. Percuma menyandang gelar keluarga kaya raya tapi tidak terlihat kasih sayang satu sama lain. Tidak ada kata happy family selama penghuninya menjalankan kesibukan masing-masing dan melakukan semua hal serba individu. Hanya ketika makan keluarga saja keluarga tersebut bisa saling bersitatap.

"Banyu, tolong gantikan papa untuk meeting dengan perusahaan Galang besok jam 8 pagi"

Seketika suara bantingan sendok mengisi ruang makan. Ammar yang melakukannya, ia membanting asal sendok dan garpu.

"Ammar apa apaan kamu!" Bentak sang ayah.

"Ammar tidak nafsu makan pa" Katanya seraya bangkit dari kursi makan.

Mahendra menatap tajam sang putra sulung "Duduk kembali atau jabatan kamu papa turunkan!"

Banyu yang sedari tadi diam kini menjadi sasaran tatapan tak kalah tajam milik Ammar.

"Sudah Mahendra tidak usah memarahi Ammar seperti itu." Kata Hasna membela Ammar di depan Mahendra dan Banyu.

"Bu tolong ajarkan Ammar caranya sopan santun" ucap Mahendra lembut pada ibunya.

"Ammar nurut sama Oma. Tolong duduk kembali" Hasna mencoba membujuk. Lalu Ammar menuruti Oma yang sangat ia sayangi itu.

Ammar tidak berselera makan. Sambil melamun, makanan di piringnya hanya diaduk-aduk tak jelas.

"Mas Ammar. Makana---" ucapan Banyu terjeda.

"Diam! Saya tidak ingin kamu berbicara di depan saya, anak haram!" Ammar berbicara terang-terangan.

"AMMAR!" Bentak sang ayah. "Pergi dari hadapan papa sekarang!"

"Bagus. Itu yang sedari tadi saya inginkan" Ammar bangkit meninggalkan mereka bertiga.

Mahendra menghembuskan nafas panjang. Kedua anak laki-lakinya selalu bersitegang ketika bertemu.

Kali ini Banyu yang bangkit dari duduknya "Pa, Oma. Banyu izin ke kamar"

Sekarang tinggal Mahendra dan Hasna di meja makan. Hening menyelimuti mereka berdua.

"Mahendra sepertinya kita perlu mencarikan perempuan yang bisa meredam emosi mereka" ucap Hasna yang berbicara terlebih dahulu.

"Maksud ibu?" Mahendra tidak mengerti ucapan yang Hasna katakan. Karena akhir-akhir ini pikirannya bercabang, memikirkan banyak hal.

"Ibu ingin mencarikan mereka berdua istri"

Mahendra sedikit terkejut "Ibu yakin? Saya tahu mereka tipikal pria yang tidak suka diatur dan dipaksa Bu"

"Tapi sampai kapan mereka melajang terus menerus. Ibu ingin melihat mereka akur dan bahagia"

"Tanpa istri pun mereka bisa akur Bu. Nanti, ada saatnya. Saya tidak bisa memaksakan mereka untuk bisa secepatnya mendapatkan istri. Karena mencari istri tidak gampang seperti membalikan telapak tangan."

"Ibu tidak yakin mereka akan cepat akur Mahendra"

Mahendra tersenyum "Memangnya ibu sudah ada calon untuk mereka berdua?"

"Ibu sudah menemukan calonnya. Tapi baru satu"

Mahendra malah tertawa.

"Kenapa ketawa? Ada yang aneh?" Tanya Hasna.

"Kalo calonnya cuma satu, ibu malah memperkeruh suasana, mereka tidak akan akur sampai tua. Ibu harus cari dua calon perempuan" kata Mahendra masih tertawa.

Di Bawah Kolong Langit (ON GOING)Kde žijí příběhy. Začni objevovat