BAB 5

17 0 0
                                    

BANYU sedang duduk di kursi. Itu bukan sembarang kursi. Banyu menduduki kursi manajer pemasaran di perusahaan ayahnya. Ya, masih menjadi manajer. Sementara kursi presiden direktur masih di pegang oleh Mahendra selaku ayahnya. Maka dari itu Ammar yang menduduki kursi manajer personalia merasa kalau Banyu berobsesi menduduki kursi presiden direktur. Padahal tak ada niatan sama sekali untuk Banyu bisa menggantikan posisi ayahnya.

Mahendra sudah berumur. Mungkin beberapa tahun lagi akan pensiun dari jabatan presiden direktur. Ia belum menujuk siapa yang akan menggantikan posisinya kedepan. Maka dari itu Ammar selalu menuduhnya mencari perhatian sang ayah. Jika ayahnya tidak bisa mengikuti rapat, Banyu yang ditunjuk bukan Ammar. Itu yang membuat Ammar memiliki rasa iri dengki terhadap adiknya. Selalu berprasangka buruk terhadap Banyu. Otaknya selalu dipenuhi pikiran negatif jika berhubungan dengan Banyu.

Banyu telah menjelaskan pada Ammar berkali-kali. Bahkan berusaha bersumpah atas segalanya bahwa memang ia tidak berkeinginan untuk naik jabatan menggantikan ayahnya. Namun hati yang sudah dikerubungi noda hitamlah yang membuat Ammar  jadi gelap mata sehingga hatinya tertutup. Apapun kebaikan yang telah Banyu lakukan terhadap Ammar, ia hanya menganggap Banyu hanya caper (cari perhatian saja).

Banyu memijit keningnya kasar. Ia terlalu pusing memikirkan bagaimana caranya agar Ammar bisa percaya padanya.

Sebuah deringan singkat berbunyi. Deringan tersebut berasal dari ponsel Banyu. Ada pesan masuk dari Hasna.

"Banyu tolong pulang sekarang juga" begitu isi pesannya.

Banyu kembali memijit keningnya. Masalah dengan Ammar belum selesai ditambah masalah perjodohan yang masih gencar dilakukan Omanya itu.

Sudah dua Minggu berlalu. Namun Hasna belum mengenalkan calon yang ia pilih. Hasna belum menemukan keberadaan gadis yang ia inginkan. Ia mengerahkan anak buah untuk mencari keberadaan Kalya. Ya, Kalya. Gadis yang baru sekali ia temui itu akan dijodohkan dengan Banyu  cucu keduanya. Entah mengapa Hasna yakin Kalya adalah gadis yang tepat untuk disandingkan dengan Banyu. Hasna harap Kalya bisa menyatukan keluarga Mahendra yang terpecah belah.

Banyu membalas pesan Hasna.
"Ada apa Oma?"

"Cepat pulang Oma mau bicara"

"Tapi Banyu masih banyak kerjaan"

"Tidak apa-apa jika di tinggal sebentar. Nanti Oma bilang ke papamu"

"Oke. Banyu pulang"

Banyu berjalan ke ruang sekertarisnya. Meminta Bulan untuk menghandle pekerjaannya sementara. Banyu membuka pintu, Bulan sedang berkutat pada pekerjaannya.

"Bulan" Panggil Banyu seketika Bulan menoleh cepat.

"Ya ada apa pak?" Bulan menghentikan kegiatannya ia langsung berdiri.

"Tolong handle pekerjaan saya sebentar. Jika ada tamu tolong suruh tunggu saya datang kembali"

"Bapak mau kemana memangnya?" Tanya Bulan karena tidak biasanya Banyu meninggalkan kantor kalau bukan kepentingan pekerjaan.

"Saya mau pulang, sebentar saja"

"Baik pak" Bulan mematuhi perintah Banyu. Namun dalam pikirannya bertanya-tanya, mau ngapain atasannya pulang? Baru kali ini Banyu begitu, tidak seperti biasanya.

***

"Oma Banyu pulang" setengah jam Banyu bisa sampai rumah itupun karena jalanan Jakarta sedikit lenggang jika jam kerja.

Di Bawah Kolong Langit (ON GOING)Onde histórias criam vida. Descubra agora