BAB 6

21 1 0
                                    

MEREKA sudah selesai makan malam. Kini saatnya lontaran setiap pertanyaan siap Kalya jawab. Mahendra orang pertama yang memulai obrolan serius mengenai pernikahan Banyu dan Kalya.

"Nak Kalya, mas kawinnya mau apa? Apartemen, rumah, mobil, berlian atau mau apa?"

Kalya tertegun sejenak. Maskawin yang Mahendra sebutkan sangat mewah. Ia tidak mau meminta itu semua. Ia hanya menginginkan pernikahannya lancar sampai hari H.

"Apa saja yang keluarga bapak kasih saya akan menerima"

Mahendra tersenyum.

"Bu. Ibu tidak salah memilih calon istri untuk Banyu."

Kali ini Hasna yang tersenyum lebar.

"Banyu, kamu mau memberikan maskawin apa untuk Kalya?" Mahendra bertanya pada Banyu. Banyu sedikit melirik Kalya.

"Apartemen pah" jawab Banyu asal.

Kalya sedikit terkejut. Lalu berkata. "Mohon maaf. Apa itu tidak terlalu berlebihan pak?"

"Pekerjaan Banyu banyak menghasilkan uang. Dia bekerja sebagai manajer pemasaran di perusahaan saya. Jadi kamu tidak perlu khawatir mengenai itu. Banyu bisa memberikannya untukmu."

Tak tahan karena Mahendra selalu menyanjungkan Banyu, Ammar bangkit dari duduknya.

"Mau kemana kamu?" Tanya Mahendra.

"Kamar" jawab Ammar singkat.

"Adikmu sedikit lagi akan melangsungkan pernikahan. Bisakah kamu menyimak sebentar." Ucap Mahendra.

"Banyu yang akan menikah kok Ammar yang repot" kata Ammar namun pandangannya tidak menatap ayahnya melainkan menatap kearah lain.

"Banyu itu adikmu Ammar, bisakah kamu sedikit memberikan perhatian padanya."

"Banyu, Banyu, Banyu terus. Bisakah papa memberikan sedikit perhatian pada Ammar? Bisakah papa sedikit memikirkan keberadaan Ammar. Papa selalu membela Banyu. Bahkan di depan perempuan tidak jelas itu" tunjuk Ammar pada Kalya.

"Ammar! Bicara yang sopan!" Hasna membentak Ammar.

"Sekarang Oma memihak Banyu. Baiklah, Ammar tidak akan mencampuri urusan kalian lagi." Ammar pergi dari ruang makan lantas menuju kamarnya.

Hasna terlihat menahan amarah.

"Yasudah kita lanjutkan diskusi mengenai pernikahan kalian kembali." Ujar Hasna.

"Tapi mas Ammar" ucap Banyu mengelak.

"Tidak apa-apa biarlah itu urusan Oma nanti"

Mahendra mengontrol raut wajahnya. Lagi-lagi Ammar membuatnya begitu jengkel.

"Kapan pernikahan kalian akan dilangsungkan. Papa menyerahkan semuanya padamu Banyu dan Kalya."

Banyu terdiam. Tangannya menggenggam sendok erat. Banyu juga sedang menahan amarah. Ammar masih saja Ammar yang dulu, kemarin, dan sekarang.

"Banyu?" Tanya Mahendra lagi karena Banyu belum menjawab. Keringat di dahinya bercucuran. Wajahnya merah padam. Terlihat air mata yang sudah terkumpul.

"Besok" Hanya satu kata namun mampu menggemparkan ketiga orang yang berada disitu. Hasna hampir tersedak oleh minuman. Mahendra terperangah tak percaya. Sedangkan Kalya menatap Banyu dengan mulut menganga dan tatapan tak percaya.

"Banyu. Apa tidak terlalu cepat, nanti dikira kamu sudah menghamili Kalya" Mahendra berucap seperti itu saking terkejutnya.

Banyu menggeleng. "Banyu ingin segera menikah. Besok"

Di Bawah Kolong Langit (ON GOING)Where stories live. Discover now