BAB 2

30 1 0
                                    

SEJUJURNYA Kalya tak rela melepas jam tangan pemberian dari ayahnya itu. Ia masih menyayangkan jam tangan itu berpindah tangan darinya. Padahal, ayahnya pernah berpesan padanya "Kalya sayang jaga baik-baik jam tangan ini ya. Ayah memberikannya untuk kamu, agar kamu selalu meningkat waktu. Apalagi sholat lima waktu" Kalya mengangguk pertanda setuju waktu itu. Ia menyesal telah melanggar janji sang Ayah. Rasanya ia ingin kembali ke tempat tadi menemui sang ibu paruh baya itu. Sayang seribu sayang dia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa ibu tadi benar-benar sudah pergi entah kemana. Harapannya suatu saat nanti jam tangan pemberian dari Ayahnya dapat kembali ke pelukannya, entah itu mustahil terwujud atau tidak. Kalya pernah mendengar ceramah seorang ustadz bahwa berdoa ketika hujan turun akan mustajab. Oleh karena itu ia berdoa ketika hujan turun di bagian pusat kota seperti sekarang ini.

Merasa harus melakukan sebuah kewajiban Kalya segera berlari kecil mencari masjid terdekat. Dengan harapan ia dapat berdoa dan meminta ampun atas kelalaian yang sudah ia perbuat di dunia. Berdoa sebanyak-banyaknya meminta jalan keluar, meminta petunjuk dari-Nya. Meminta dikuatkan hati agar selalu teguh pada agama-Nya walau keadaan bagaimanapun.

Muadzin mengumandangkan azan dengan sangat merdu, membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasakan sensasi getaran cinta dari sang maha kuasa. Hanyut dalam susasana kedamaian. Merasa tentram dan betah berdiam lama di masjid.

Ketika azan sudah selesai di kumandangkan, Kalya bergegas mengambil wudhu dengan mengantri karena masjid adalah tempat ibadah untuk umum. Jadi, siapapun dan kapapun umat beragama muslim diperkenankan masuk kedalam untuk beribadah.

Beberapa menit kemudian, sholat berjamaah telah usai. Tak lupa setelahnya ia melangitkan beberapa penggal permohonan. Setelahnya, ia merapikan mukena diletakan di gantung seperti semula.

Kalya keluar dari masjid lalu duduk di teras untuk mengikat tali sepatu. Belum sempat mengikat tali sepatu sebelah kiri seseorang pria menghampirinya.

"Permisi mbak?" Ucap sang pria yang memakai aksesoris topi dan kacamata hitam bertengger nyaman tersebut.

"Ya mas ada yang bisa saya bantu?" Ucap Kalya ramah.

Pria tersebut sedikit menurunkan kacamatanya hingga ke hidung.
"Saya sedang mencari seseorang, mbak pernah melihat wanita ini?" Pria itu memberikan Kalya foto berukuran 3R. Sosok wanita paruh baya yang terlihat cantik mengenakan gamis batik. Kalya seperti mengenali wanita paruh baya tersebut tapi Kalya lupa dimana ia pernah bertemu sosok wanita itu.

Mungkin Kalya hanya melihat wajah mirip wanita itu dengan wanita yang pernah ia lihat sebelumnya. "Mohon maaf mas. Saya tidak tidak pernah melihatnya"

"Oh begitu, yasudah terimakasih banyak mbak saya permisi dulu"

Ayunan langkah pria itu terhenti ketika Kalya memanggilnya.

"Ada apa ya mbak?" Tanya pria tersebut sambil berbalik badan menghadap Kalya kembali.

"Mohon maaf sebelumnya. Mas muslim?"

Pria tersebut mengangguk membenarkan pertanyaan Kalya.

"Mohon maaf saya bertanya kembali. Mas sudah sholat Dzuhur?"

Kali ini pria itu menggeleng.

"Saya bukan ikut campur dengan urusan pribadi mas. Tapi saya sedikit menyarankan lebih baik mas sholat Dzuhur dulu, berdoa meminta petunjuk. Siapa tahu sehabis sholat dan berdoa orang yang mas cari bisa ketemu"

Pria itu diam sejenak. Lalu berjalan lebih mendekat kearah Kalya.

"Boleh saya coba sarannya. Terimakasih"  Kalya tersenyum seraya mengangguk. Ia masih memperhatikan kemana arah langkah pria tersebut. Pria itu membuka sepatunya dan berjalan ke tempat wudhu.

Di Bawah Kolong Langit (ON GOING)Where stories live. Discover now