BAB 1

37 0 0
                                    

MATAHARI mulai memojokkan gadis yang masih tertidur pulas di ranjang bersprai biru muda bergambar itu. Namun, kehadiran cahaya tidak mengusik tidurnya yang begitu pulas.

"De bangun!" Seseorang meneror pintu kamarnya diketuk berkali-kali agar pemiliknya terbangun.

"Astagfirullah ... Kak Fikoh hitung sampai tiga" ucapnya sembari mengancam.

"Satu ... Dua ... Ti-" belum sempat Fikoh menghitung sampai tiga gadis itu cepat membuka pintu.

Seraya mengucek mata yang dipenuhi kotoran gadis itu menguap tanpa rasa bersalah.

"Ish bau tauuu" protes Fikoh selaku kakaknya.

"Ada apa sih kak?" Tanya nya sama sekali tidak merasa bersalah.

"Ada apa ada apa ... Kamu nih bener bener ya. Perempuan baru bangun jam segini, ini udah jam berapa Kalya! Kalo mama pulang pasti abis kamu dimarahin" omel Fikoh merasa amat kesal dengan adiknya.

"Udah biasa aku dimarahin sama mama. Lagian kak ini hari libur seharusnya kakak bangunin aku nanti pas azan Dzuhur"

Fikoh geleng-geleng kepala mendengarnya. "Semenjak ayah meninggal kamu tuh jadi amburadul begini sih. Tadi kamu solat subuh apa enggak?" Cecar sang kakak.

"Kalya solat kok, tapi tidur lagi hehehe"

"Udah sekarang kamu mandi, nanti mama pulang kamu belum beres beres rumah alamat kamu tinggal nama" ucapnya menakuti.

Sebelum hendak melangkahkan kaki ke kamar mandi kalya mengutarakan sesuatu. "Kak?" Pertanyaannya berubah serius.

"Hm" jawab kakaknya singkat.

"Aku kangen ayah"

JLEB !

Perkataan kalya membuat kakaknya diam.

Akhir-akhir ini kalya berubah total dari segi sikapnya yang dulunya anggun, santun, murah senyum kini berubah menjadi cuek, jutek dan tatapannya kosong seperti memendam perasaan sedih berlebihan.

"Kamu mandi nanti kita sarapan sama-sama" ucap kakaknya tak menanggapi apa yang barusan terlontar dari bibir kalya.

Setetes air matanya jatuh. Ia rindu sosok ayahnya yang meninggal pekan lalu.

Usai mandi kalya langsung nimbrung di meja makan. Sudah ada mama nya juga disana sedang menatap nya intens.

"Apa-apaan kamu!" Sontak Fikoh dan Kalya menatap mama nya bersamaan.

"Siapa suruh duduk di situ ... Saya gak mau ya sarapan bareng kamu"

"Kenapa? Huh! Kenapa mama seperti ini sama Kalya" intonasinya mulai tinggi. "Dulu mama baik banget sama Kalya sebelum ayah meninggal"

PRANG!

Satu piring hempas ke lantai membuat Fikoh dan Kalya terperanjat.

"Ma udah. Apa salahnya sih kalo Kalya sarapan sama kita"

"Sekarang sudah saatnya saya mengatakan sebenarnya. Saya sudah muak dengan dia" tunjuk mama pada Kalya.

"Ada apa sih mah sebenarnya, aku bingung sama sikap mama" lagi lagi Fikoh yang bersuara.

"Dia ... Dia bukan anak kandung mama! Anak kandung mama hanya kamu Fikoh, dia cuma anak pungut. Anak pemberian dari teman Ayah"

Deg! Tiba-tiba suasana mencekam. Kalya masih diam seribu bahasa.

BRAK!

Kalya menggebrak meja makan seraya menatap mama nya tajam.

"Katakan sekali lagi"

Di Bawah Kolong Langit (ON GOING)Where stories live. Discover now