24. Kisah di Masa Lalu

Mulai dari awal
                                    

"Bocil gak usah banyak nanya!"

Menyadari ketakutan di wajah Riri, Gala menghela napas pelan. Tangan cowok itu terulur untuk mengusap-usap puncak kepala Riri.

"Di sini aja. Gue ada urusan bentar. Ntar gue beliin lo es krim."

"Berapa?"

"Dua."

Senyum Riri mengembang lebar mendengar jumlah es krim yang Gala sebutkan. "Oke," angguk Riri semangat.

Tatapan lembut Gala seketika kembali datar saat menatap ke arah Ilham. "Jagain cewek gue. Awas lo ajarin yang enggak-enggak!" Peringat Gala.

Ilham mengangguk. "Iye, Bos. Gak bakal gue ajarin yang enggak-enggak. Gue ajarin yang iya-iy---auhhhh!"

"Gue gak becanda!" Bentak Gala setelah memberi Ilham pukulan kecil di bagian punggungnya.

"IYA BOS GUE YANG BERCANDA HEHE."

Selepas kepergian Gala dari markas Drax, Ilham duduk di kursi yang tadi Gala tempati.

"Ilham kenapa senyum-senyum?" Tanya Riri keheranan.

"Gue punya video tiktok bagus, mau liat gak?" Tawar Ilham. Ilham menggerakkan kedua alisnya, berusaha menggoda Riri agar gadis itu tertarik dengan tawarannya.

Riri menggeleng, menolak. "Gak deh, nanti Gala marah."

"Ya elah, Ri. Gak ada Gala. Nih liat bagus, kan?"

Ilham menyodorkan ponselnya ke hadapan Riri. Membuat gadis itu mau tak mau akhirnya melihat video yang Ilham putar di ponsel. Beberapa detik kemudian Riri cecikikan kegirangan.

"Om! Om! Culik aku dong!" Nyari Riri menirukan lagu di video yang Ilham putar.

Ilham mengangguk puas. "Nah, bagus, Ri. Ntar nyanyiin lagu itu di depan Gala, ya. Dia tuh suka banget sama lagu ini. Cuma gengsi aja buat ngaku."

*****

"Untung kamu cepat ke sini, Gal. Jadi bisa langsung saya obati. Kalau enggak, luka di kepala kamu ini bisa infeksi serius," ucap seorang dokter wanita setelah mengobati luka di bagian belakang kepala Gala.

"Bagian belakang kepala kamu berdarah. Langsung obatin. Itu bisa menimbulkan infeksi yang serius."

Mendengar penuturan sang dokter, Gala jadi teringat dengan ucapan wanita yang tadi menolong Riri. Entah kenapa, Gala merasa sangat penasaran dengan wajah wanita yang tadi tertutup rapat oleh masker hitam itu. Gala merasa aneh saat menatap matanya. Seperti...

"Kamu masih sering berantem?"

Gala membuyarkan lamunannya lalu spontan menggeleng untuk menjawab pertanyaan sang dokter.

Jawaban Gala yang terlalu ambigu itu membuat dahi dokter yang duduk di hadapan Gala, mengernyit tak paham.

"Gak pernah?"

"Gak sering," koreksi Gala dengan wajah santai.

Dokter bernama Liana itu menggeleng heran. Ia sudah cukup mengenal Gala, karena dulu, Liana pernah menjadi dokter pribadi keluarga Abraham. Jadi, Liana cukup tahu bagaimana seluk beluk kehidupan Gala.

"Kamu tahun ini lulus SMA, kan? Kurang-kurangi hal-hal kaya gitu. Fokus ke masa depan kamu. Buat ayah kamu bangga."

Gala mengangguk. "Iya."

"Ini obat yang harus kamu tebus. Nanti kalo lukanya masih nyeri dan ngeluarin darah. Datang ke sini lagi, ya."

Gala menerima selembar kertas berisi resep obat yang harus ia tebus. "Makasih, Dok. Saya permisi."

BUCINABLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang