Jeslyn berdiam kaku mendengar perkataan Evelyn, ia yang merasa suasana yang tidak nyaman langsung tersenyum kecil sambil memukul lengan Evelyn, "Euy, jangan nething terus lah. Lu pasti bisa"

Evelyn menghembuskan nafas berat, "Mau foto bareng? di ingat-ingat kita gak pernah foto bareng yaa"

"Ayok!" Jeslyn langsung mencari angel yang bagus dan meletakkan kameranya.

Beberapa foto sudah terpotret dengan sempurna, Jeslyn pastinya akan mengabadikannya kedalam album agar tersimpan dengan rapi.

"Ini lihat, kok lo merem gitu Jess"

"Hey itu gaya sekarang, itu lo lihat lo juga manyun-manyun gitu"

Evelyn tertawa, "Gaya biar gak kaku"

"Andai aja ya gue bisa foto bareng sama keluarga gue, kaya foto lo sama keluarga lo yang ada diruang tamu itu pasti lucu."

"Lihat lo udah foto bareng gue, nanti gue cetak trus pajang di sebelah foto keluarga gue"

Evelyn tertawa mendengar pernyataan yang dilontarkan Jeslyn, "Gak usah segitunya kali"

"Harus, your spesial"

"Kaya martabak dong"

Flashback off

Jeslyn menggigit bibirnya kala kepingan memorie itu muncul dikepalanya, "Gue bakal kabulin permintaan lo ve" ucapnya dan bergegas pergi

••••

Oralando menatap layar monitor itu dengan intens, setelah Calvin pergi ia menitipkan Evelyn ke Orlando dan disinilah Orlando berada ruangan bersuhu tinggi dengan alat bantu yang banyak.

"Lo bener-bener ga bisa kasih buku kedua buat kisah kita ya ve?" tanya Orlando

"Padahal gue jahat banget di buku kesatu kita loh"

Tubuh Orlando bergetar matanya kian memanas hingga lelehan air mata jatuh di pelupuk matanya, "Maafin gue, gue gak bisa buat kenangan yang bagus buat lo. Gue cuman angan-angan yang jahat ve"

"Gue ga sanggup ve lo kek gini terus, bangun ve pukul gue! Lo gak boleh pergi begitu saja ve lo juga harus balas dendam sama kelakuan gue yang jahat sama lo, biar kita adil"

Tanpa sepengetahuan Orlando, Jeslyn tengah berdiri di sudut pintu dan mendengarkan semua ucapan Orlando, bahkan air matanya mengalir dengan deras.

"Kenapa takdir pertemukan kita ve kalau pada akhirnya kisah kita seperti ini?"

"Karena itu skenario Tuhan dan lo ga bakal bisa merubahnya" ucap Jeslyn menghampiri Orlando sambil mengusap air mata di pipinya.

Jeslyn menepuk pundak Orlando, "Dulu Evelyn pernah bilang sesuatu sama gue" ucapnya sambil menatap lekat wajah Evelyn.

Orlando menyerngit, "Apa? gue mau kabulin nya, bahkan kalau permintaannya bangun seribu candi"

"Yang bener aja lo, permintaannya mudah banget, dan itu sangat sangat mudah"

••••

Jeslyn merapikan rambut pasangan Evelyn, sambil sedikit memoleskan lip cream di bibir Evelyn.

"Jadi permintaan anak saya adalah foto bersama keluarganya?" tanya Calvin

Jeslyn mengangguk mengiyakan pertanyaan Calvin.

"Sebuah keinginan yang mudah, tapi saya baru bisa mewujudkannya ketika dirinya koma" Calvin menundukkan wajahnya lesu

"Mas, udah" ucap Hani

Orlando sudah siap dengan kamera milik Jeslyn, sedangkan Jeslyn mengarahkan beberapa pose yang bagus.

Jeslyn tersenyum melihat beberapa foto yang Orlando dapatkan, walaupun Evelyn koma pancaran auranya masih ada bahkan difoto Evelyn terlihat seperti tersenyum kecil, apa ini hanya pandangannya saja?

"Terimakasih nak Jeslyn sudah menyampaikan keinginan putri saya" ucap Hani berterimakasih.

Jeslyn mengangguk sambil tersenyum kecil, netra matanya menatap Calvin yang tengah menggenggam tangan Evelyn.

Hingga bunyi monitor langsung mendinginkan suasana yang tadinya biasa saja, layar monitor itu bergaris lurus.

Dokter Andi langsung mengecek kondisi Evelyn dengan cepat ia langsung naik ke ranjang Evelyn dan memompa jantung, "Tolong kembali Ve" lirihnya disela-sela pompaannya.Namun, Tuhan ternyata lebih mengabulkan doa-doa Evelyn dahulu.

Dokter Andi menatap sedih sambil menggelengkan kepalanya, "Pasien Evelyn Sharma Hirata telah meninggal pukul 04.56 WIB, maaf saya sudah berusaha semaksimal mungkin"

Jeslyn dan Hani langsung terunglai lemas kebawah mendengar perkataan dokter Andi sedangkan Calvin langsung merengkuh tubuh Evelyn kedalam pelukannya.

"SELAMATKAN ADIK SAYA! SAYA BAYAR BERAPAPUN TAPI SAYA MOHON SELAMATKAN ADIK SAYA" Daniel bersimpuh didepan dokter Andi dengan air mata yang terus mengalir

Para perawat berusaha membangunkan Daniel.

"Maaf saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasien tapi Tuhan lebih sayang Evelyn" ucap dokter Andi, ia berusaha tegar didepan keluarga Evelyn dan kedua sepupunya.

Daniel menggeleng ia terus memohon kepada dokter Andi untuk menghidupkan adiknya kembali, sedangkan dokter Andi hanya menepuk pelan pundak Daniel, "Saya turut berbelasungkawan" dan berjalan keluar tapi netranya menangkap Orlando yang tengah berdiri kaku sambil menatap Evelyn.

Dokter Andi memeluk tubuh Orlando, "Relekan dia Orlando" bisiknya

"Ini salah gue bang andai--" dokter Andi langsung memotong ucapan Orlando, "Bukan salah kamu ndo, ini takdir"

Orlando muak dengan takdir, kenapa takdir Evelyn sebegitu pahitnya.

Calvin mengecup kening Evelyn berulang kali, "Terbanglah Evelyn seperti dandelions, maafkan papa tidak bisa menjaga bunga dandelions papa yang terlepas terbawa angin takdir. Selamat mencari kebahagiaanmu nak"

"Bolehkah saya mengucapkan kata perpisahan kepada Evelyn om?" tanya Orlando

Calvin mengangguk dan memberikan ruang untuk Orlando berbicara untuk terakhir kalinya kepada Evelyn

Orlando menggenggam erat tangan Evelyn, "Jelek banget aku kalau nangis gini, kamu pasti bakal ketawa kalo lihat gue yang ga ada gentle-gentle nya"

"Ve kamu kaya snow white, apa aku harus menciummu dahulu agar kamu bisa bangun kembali? Hahaha" Orlando tertawa kecil sambil membelai lembut pipi Evelyn

"Aku mencintaimu setiap hari tapi sekarang aku akan merindukanmu setiap hari." ucap Orlando sambil mencium kedua tangan Evelyn




the end












Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now