30. Amira Marah-marah

77 19 2
                                    




Irwan memasuki rumahnya dengan wajah yang sendu. Setelah itu Irwan menuju dapurnya yang di mana ada Fira sedang memasak. Irwan langsung memeluk Fira dari belakang, dan menaruh wajahnya di pundak Fira.

Fira hanya terdiam dengan tingkah Irwan yang tiba-tiba seperti itu.
"Sayang maafin aku ya," lirih Irwan.

Fira pun mematikan kompor lalu dirinya menatap suaminya itu.
"Iya, gak papa...." Lirih Fira sambil menepiskan tangan Irwan yang ada di pundaknya. Fira beralih duduk di kursi, lalu memotong-motong sayuran.

"Aku juga minta maaf ya," lirih Fira sambil menatap Irwan sekilas yang ada di sampingnya. Irwan pun mengangguk lalu mencium rambut Fira dengan lembut.

"Aku akan membantu kamu melupakan dia, dan juga aku akan bersabar," kata Irwan, lalu Fira tersenyum kecil menatap suaminya.

"Makasih ya," ucapnya sambil mengelus pipi Irwan.

_____

Dua Minggu kemudian, Amira dan juga Fira sedang berjalan-jalan di sekitaran kantor Irwan. Amira dan Fira pergi ke sebuah cafe terdekat daru kantor Irwan, Fira dan Amira sengaja menunggu Irwan di atas rooftop cafe itu untuk makan bersama.

"Hai, kalian nungguin Irwan ya?" Tanya Maily lalu ikut duduk di kursi yang di mana tempat Fira dan Amira duduk.

"Ngapain lo bisa ada di sini?" Tukas Amira sambil menatap sinis ke arah Maily.

"Kenapa gue ada di sini? Ya karena sepupu gue kerja di kantor yang sama dengan Irwan, jadi gue jemput dia-lah dan juga sambil liatin Irwan sih, kenapa gak suka?" Tanya Maily sambil melirik Fira sekilas.

"Lo itu kelewatan yah!" Amira berdiri dari tempat duduknya dan tangannya siap mencakar wajah Maily, tetapi di tahan oleh Irwan yang baru saja datang.

"Kalian itu apa-apaan sih, malu dilihat orang Mir," tegur Irwan dengan nada lembut ke Amira.

Maily pun pergi dari meja itu dan meninggalkan rooftop cafe. Irwan duduk dan mereka baru memesan makanan untuk makan bersama.

"Ada apa sih?" Tanya Irwan lagi seakan bingung kenapa Amira bisa ingin bertengkar dengan Maily.

"Bukan urusan lo Wan, ini urusan gue sama dia!" Tukas Amira dengan nada ketus.

Irwan pun geleng-geleng kepala melihat tingkah Amira, gadis itu hanya berbalut gamis bagaikan perempuan, tapi sikapnya bagaikan preman pasar, Amira terlatih bela diri sejak ia SMP, dan juga waktu SMP dia sering dibilang tomboy oleh teman sekelasnya. 

Irwan pun beralih menatap istrinya yang hanya diam.
"Hey kenapa diam aja, kamu sakit?" Tanya Irwan sambil mengelus kepala Fira.

"Kamu cakit?" Menye Amira sambil memainkan handphone miliknya.

Irwan berdecak sebal setelah mendapat alibi dari Amira. Fira pun menggelengkan kepalanya, "Aku gak papa," sahut Fira.

"Awas lo Wan," ketus Amira tanpa tahu sebab dimana salah Irwan.

"Apa sih, ada apa?" Tanya Irwan sambil menatap Amira dan Fira bergantian.

"Ya awas aja, liat aja nanti kalau sampai terjadi," gerutu Amira, yang membuat Irwan hanya mengerutkan keningnya, Irwan pun tidak menggubris perkataan Amira lagi, ia hanya memegangi tangan istrinya sambil mengaduk kopi.

"Dia emang gak papa, tapi hatinya panas," ketus Amira lagi membuat Irwan dan Fira tersentak kaget.

"Lo kenapa ngomong sendiri?" Tanya Irwan bingung saat melihat wajah Amira sangat terlihat kesal.

FIRA (Revisi)Место, где живут истории. Откройте их для себя