✔waahidun wa khamsuuna

72 12 12
                                    

Mirza kali ini tidak dapat lagi menahan amarah, seperti yang telah dia pelajari semasa di pondok. Kali ini Zahra dalam bahaya, dan Mirza tidak akan membiarkan terjadi hal buruk kepada Zahra. Cukup Bella yang pergi meninggalkannya, jangan lagi ....

Mirza pun bergegas menyuruh Vino untuk memesan tiket pesawat dengan jadwal keberangkatan terdekat, agar bisa lebih cepat sampai di kota kelahirannya tersebut. Mirza juga telah menggerakan pasukan gang Ganja Bati yang dipimpin oleh Satria, seorang yang telah menggantikan posisi Mirza, selama Mirza mengalami depresi hingga saat ini.

Mereka semua mencoba untuk melacak dan mencari tahu keberadaan Zahra, yang menurut mereka, dia adalah sosok wanita yang pastinya sangat istimewa, karena telah berhasil membuat ketua mereka kembali.

"Kamu sudah kabarin Aisyah?" tanya Mirza kepada Narendra.

"Sudah, dia sempat kaget, tapi kemudian dia bilang akan segera menyusul kita bersama Abi."

"Aku tahu Abi dan Aisyah pasti punya banyak sekali pertanyaan untukku, tapi ... entahlah, rasanya berat jika harus memberitahukan semua tentang masa laluku yang sudah aku tutup rapat ini," ujar Mirza dengan kekehannya.

"Itu sudah menjadi takdir. Entah harus bersyukur atau tidak, yang pasti sekarang aku merasa bahagia dan sedih secara bersamaan. Bersyukur karena kamu akhirnya bisa melawan traumamu untuk kembali ke Jakarta serta kembali pada gang Ganja Bati. Dan sedih karena Zahra dalam bahaya," kata Narendra.

"Aku sudah menduga, bahwa seorang Zahra, bisa membuat seorang Mirza benar-benar terlepas dari belenggu masa lalunya," sahut Vino.

"Berapa lama lagi waktu take off?"

"Setengah jam lagi." Ucapan Vino tersebut membuat Mirza menjadi gusar. Belum lagi perjalanannya, yang harus menempuh waktu selama kurang lebih satu jam lamanya. Bagaimana keadaan Zahra selama itu? Apa si brengsek itu telah melakukan sesuatu kepada Zahra? Membayangkan saja membuat dada Mirza naik turun, menahan amarah. Tapi tidak ada hal yang bisa dia lakukan juga.

Ya Tuhan, hamba mohon lindungi dan selamatkan Zahra. Aku tidak bisa membayangkan, jika terjadi sesuatu kepadanya. Jika terjadi sesuatu kepada Senja aku tidak yakin jika Langit akan tetap terlihat indah. Aku mohon, kali ini jangan lagi buat kepercayaanku padamu hancur.

Waktu terasa berjalan begitu lama, setiap detik Mirza merasa semakin gusar. Penampilan yang bisanya terlihat begitu rapi, kini terlihat begitu berantakan, khas seorang gang Ganja Bati.

Sesampainya di jakarta, Mirza tak langsung pulang ke rumah orang tuanya, barang untuk sekedar istirahat. Dia langsung saja menuju basecamp gang Ganja Bati dan langsung memimpin anak buahnya untuk secepatnya menemukan Zahra.

"Lebih baik kalian tidur dulu deh Bos, biar gue yang tanganin. Kalian baru sampai, pastinya kalian merasa capek," ujar Satria yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Mirza. Satria menelan ludahnya kasar, setelah sekian lama dia tidak bertemu dengan Mirza, kini aura Mirza benar-benar bisa membuat orang merasa mati kutu.

"Gue kesini bukan untuk tidur!" tegas Mirza dengan penuh penekanan, bahkan dia sudah mengubah kata aku-kamu menjadi lo-gue, seperti saat dia tinggal di jakarta dahulu.

"Kamu tenang dulu Mir," kata Narendra sembari memegang pundak Mirza, seolah tengah mentransfer energi positifnya agar Mirza bisa merasa lebih tenang.

"Nyawa Zahra dalam bahaya, dan gue gak bisa diam saja!"

"Kalau kamu marah-marah gini, semua ini gak bakalan bisa selesai!" jelas Vino sembari menghela napas panjang.

Suara dering ponsel, berasil menghentikan perdebatan mereka. Satria pun izin untuk menjawabnya. Tak lama kemudian, Satria kembali dengan muka yang terlihat lebih cerah.

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang