✔Tsalaatsatun wa tsalaatsuuna

29 17 35
                                    

Langit sudah terlihat mengelap, kini mereka semua terlihat sedang berkumpul di depan api unggun untuk mencari sebuah kehangatan, menciptakan momen yang tidak akan pernah mereka lupakan.

Bernyanyi di bawah langit malam yang bertabur bintang, gelak canda tawa, serta senyum kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bernyanyi di bawah langit malam yang bertabur bintang, gelak canda tawa, serta senyum kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka.

"Kamu suka kan sama Zahra?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja berada di samping El.

"Apa urusanmu?" balasnya cuek, El tahu betul orang yang berada di sampingnya ini adalah orang yang telah membuat Zahra terluka.

"Aku cuma mau bilang jangan pernah jadi lelaki yang munafik, kalau cinta ya ungkapin dan buktikan."

"Jodoh udah ada yang ngatur! Jadi aku nggak perlu khawatir dan ngungkapin perasaanku! Dan kamu jangan pernah ikut campur urusanku dengan Zahra!" seru El penuh penekanan membuat lawan bicaranya terkekeh seketika.

"Apa kamu yakin nggak bakal ungkapin perasaan kamu kepada Zahra? Bukanya ini momen yang pas ya, buat kamu nyatain cinta?"

"Udah deh Tir, aku gak mungkin ungkapin perasaanku di sini!" seru El membuat Tiara menghela napas kasar. Mungkin dia harus melakukan cara lain agar El terpancing.

"Bukannya apa-apa, tapi masa kamu gak bisa lihat semakin hari, semakin ke sini Mirza dan Zahra terlihat semakin dekat. Apa kamu nggak cemburu?" tanya Tiara mencoba untuk menghasut El.

"Tanpa aku jawab, kamu sudah tau jawabannya. Cuma aku nggak bisa kalau nyatain cinta ke Zahra. Aku udah serahkan semuanya kepada Allah, karena jodoh sudah di tentukan."

"Aku tau bahwa jodoh itu sudah di atur, tapi kalau kamu nggak mau ungkapin perasaan kamu yang ada km kalah cepat. Jodoh itu juga harus di cari, kalau udah ketemu itu di kejar, bukan malah didiamkan. Kodratnya seorang lelaki adalah mengejar. Jadi saran aku ungkapin aja dulu, gak usah pacaran, tapi berkomitmen saja udah cukup, asal kamu serius mau nikah sama dia pasti Zahra juga akan mempertimbangkan." Mendengar hal tersebut membuat El terdiam, dia mulai mencoba berpikir apa yang barusan Tiara katakan padanya. Tiara tersenyum senang karena sepertinya El mulai masuk dalam perangkapnya.

"Mirza aja udah bergerak lebih cepat dari kamu, apa kamu gak bisa lihat bagaimana kedekatan Zahra dan juga Mirza sekarang? Apa kamu mau tetap seperti ini terus?" tanya Tiara sembari melihat dimana Zahra dan juga Mirza yang sedang asik bernyanyi bersama teman-teman lainnya. El pun ikut menatap ke arah pandang Tiara, mungkin El bisa menyembunyikan rasa cintanya kepada Zahra tapi tidak dengan gejolak rasa cemburu yang sangat terlihat jelas di wajahnya, membuat Tiara tersenyum miring.

"Belum apa-apa aja kamu udah cemburu, bagaimana kalau Zahra benar-benar berhubungan dengan Mirza? Apa kamu bisa benar-benar merelakannya?"

"Sebagai teman aku cuman mau ngasih tahu, cinta itu dikejar bukan di diamkan. Bagaimana Zahra bisa tahu perasaan kamu kalau selama ini kamu hanya diam. Aku berpesan supaya kamu tidak sedih sih, saat Zahra lebih memilih Mirza," sambung Tiara kemudian menepuk pundak El dan berlalu pergi meninggalkan El yang terdiam dengan pikirannya.

apa aku harus ungkapin perasaan ini?

Berkomitmen tanpa berpacaran? Bukankah Zahra tidak ingin berpacaran, tapi kalau berkomitmen?

Berpikir tentang apa yang diucapkan oleh Tiara membuat El tersenyum senang, benar Zahra tidak ingin berpacaran bukan berarti dia tidak ingin berkomitmen kan? Tanpa El sadari kini dirinya telah terjebak dengan apa yang di ucapkan oleh Tiara. Cinta memang bisa membuat orang menjadi buta akan kebenaran.

El pun berjalan mendekat ke arah Zahra, ikut bernyanyi serta tersenyum penuh arti di sampingnya.

"Senja suara kamu memang benar-benar indah ya," bisik Mirza membuat Zahra tersipu malu.

"Suara Prince juga tak kalah indah," kata Zahra membuat Mirza tersenyum lembut ke arahnya.

Tanpa mereka sadari Adzriel yang berada di sampingnya mendengar semua apa yang di ucapkan Mirza dan Zahra. Senja? Prince? Sebenarnya apa hubungan mereka berdua? Kenapa mereka mempunyai panggilan khusus?  Kabut cemburu seolah telah melingkupi mata hati Adzriel. Dia bertekad ingin segera mengungkapkan isi hatinya kepada Zahra.

Ucapan Tiara serta perasaan yang dia punya seolah telah memenuhi pikirannya. Meski berulang kali Adzriel menguatkan hatinya untuk tidak berbuat gegabah dan lebih ikhlas menerima takdir yang telah ditetapkan oleh Allah, tapi yang namanya manusia pasti memiliki hawa nafsu, karena kini Adzriel telah dikuasai oleh hawa nafsu cinta yang teramat dahsyat. Dia takut Jika harus kehilangan Zahra. Selama ini dirinya sudah berusaha keras memperbaiki diri agar bisa pantas bersanding dengan Zahra. Setidaknya usahanya itu tidak akan berakhir sia-sia jika dia mengungkapkan cinta, begitulah pikirnya.

Bukankah cinta itu adalah anugrah dari Tuhan? Lalu apa salah jika aku mengungkapkan cinta itu?

Cinta memang sebuah anugerah namun juga bisa menjadi musibah jika kita tidak benar-benar memahami hakikatnya. Banyak manusia yang tersesat akibat cinta yang salah. Memang benar bahwa cinta yang terpendam dan tak terungkap terutama kepada lawan jenis merupakan perasaan yang menyiksa, tapi itu lebih baik dari pada kita harus mengungkapkan cinta yang tidak disertai dengan kesungguhan dengan mendatangi rumah wali untuk meminangnya.

Karena tindakannya yang gegabah untuk mengungkapkan cinta, maka cinta itu tidak akan lagi semurni cinta dalam diam dan cinta karena Allah. Karena pada saat cinta itu diungkapkan maka cinta itu akan ikut ternodai. Kecuali cinta itu dikatakan kepada sang pemilik cinta. Pada dasarnya banyak wanita yang ingin sebuah bukti bukan hanya sebuah ungkapan janji semata.

"Zahra," panggil El membuat Zahra serta Mirza menengok ke arahnya.

"Iya, ada apa El?"

"Bisa aku berbicara sama kamu?" tanya El ragu-ragu. Sedangkan Mirza tanpa sadar mengernyitkan keningnya bingung. Kalau mau bicara kan tinggal ngomong aja, kenapa harus bertanya? Bukan kah sekarang, dia juga sedang berbicara?

"Bisa, mau bicara apa?"

"Bukan di sini." Mengerti apa yang dimaksud oleh El, dengan segera Mirza menjawab ucapan El.

"Kamu bisa bicara di sini, tidak baik berduaan dengan yang bukan mahram," jelas Mirza membuat El menaikan sebelah alisnya. Sedangkan kini mereka telah menjadi pusat perhatian orang-orang-orang berada di sana.

"Bukankah tadi kamu juga berduaan dengan Zahra? Bahkan kalian sudah memiliki sebuah panggilan khusus," ucap El sembari terkekeh. Seperti disiram dengan air es Mirza pun menghela napas panjang, Mirza sadar bahwa dirinya juga telah berbuat salah. Zahra yang mengetahui situasi yang kurang kondusif pun mencoba untuk melerai perdebatan yang nantinya akan menjadi bahan gosip.

"Kamu tinggal bicara aja El, tidak perlu harus pergi dari sini kan? Apalagi ini udah malam dan kita juga sedang berada di alam bebas," ucap Zahra yang disalah artikan oleh El. Cemburu serta amarah itu menjadi bercampur adu, hingga tidak bisa membuatnya bisa berpikir dengan benar.

Bukan tanpa alasan Mirza melarang Zahra pergi, selain karena tanggung jawab yang diberikan oleh Aisyah tidak bisa ia pungkiri bahwa dirinya merasakan cemburu jika Zahra berdekatan dengan laki-laki lain. Cemburu? Bahkan dirinya tidak yakin apakah itu bisa dikatakan dengan cemburu.
Namun, lamunannya buyar saat dia mendengar ungkapan cinta El kepada Zahra,

"Aku cinta sama kamu."

****

Mana nih tim El dan Zahra?

TERIMA KASIH SUDAH MAU MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CERITA SAYA, MOHON DOA DAN DUKUNGANNYA KARNA CERITA INI MASUK DALAM COMPETITION HICOM YANG DIADAKAN OLEH @Highfuturebooks
#hicom #highfuturebooks
JANGAN LUPA BUAT TINGGALKAN JEJAKNYA 👣

KARNA ITU SANGAT BERARTI BUAT SAYA.
VOTE + KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA 💕

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Where stories live. Discover now