✔Itsnaa'asyara

75 23 79
                                    

Perkelahian Mirza dengan 3 orang yang mengejarnya, membuat Zahra harus terjebak bersama dengan Mirza. Beruntung tadi ada warga yang mau membantu dan menghentikan perkelahian tersebut. Meski kini wajah Mirza nampak terlihat lebam-lebam bahkan hidungnya sampai mengeluarkan darah, itu lebih baik, dari pada keadaan orang-orang yang sudah dihajar babak belur oleh Mirza.

Zahra yang melihat perkelahian tersebut pun nampak kaget, sampai membuat Zahra harus menahan napasnya sesaat, ketika melihat keadaan orang-orang yang sudah nampak babak belur dihajar oleh Mirza, apalagi ketika melihat Mirza yang bisa berubah menjadi sebringas itu saat sedang berkelahi.

Setelah perkelahian tersebut, Mirza mengajak Zahra untuk mampir terlebih dahulu ke sebuah tempat makan. Tak lupa juga Mirza mengobati luka-lukanya sendiri.
Sebenarnya Zahra ingin sekali membantu Mirza, namun lagi-lagi Zahra merasa bimbang untuk menawarkan diri membantu mengobati luka Mirza. Karena tak tega melihat Mirza yang mengobati lukanya sendiri, akhirnya Zahra memberanikan diri untuk menawarkan bantuan kepada Mirza.

"Kak Mirza, butuh bantuan Zahra?" tanya Zahra kepada Mirza

"Trimakasih, biar ana sendiri saja." setelah mengatakan hal tersebut suasana pun kembali hening, sampai seorang pramusaji datang, mengantarkan pesanan mereka.

Mereka berdua pun makan dengan keadaan yang cukup hening. Jujur saja rasanya Zahra ingin lari dalam keadaan canggung seperti saat ini. Beruntung, setelah makan Mirza kembali membuka suaranya,

"Ra, habis ini kita sholat Ashar dulu ya?"

"Boleh Kak," jawab Zahra.

"Kira-kira kamu ada acara tidak hari ini? Maaf ya, seharusnya, kamu sudah sampai rumah sedari tadi, tapi gara-gara aku, kamu masih berada di sini," ucap Mirza merasa tak enak hati.

"Tidak apa-apa kak, Zahra mengerti. Hari ini kebetulan juga, Zahra tidak ada kegiatan Kak."

"Mau temani aku, ke suatu tempat?"

***

Langit biru kian memudar, terganti oleh jingga yang menyelimuti semesta, mentari yang sebelumnya menggantung indah di jumantara, akhirnya jatuh ke ufuk barat.

Sedari tadi kedua orang tersebut duduk di tepi danau, sembari menikmati senja yang hadir memanjakan mata.

Suasana yang hening dan keadaan yang terasa sangat canggung, menyelimuti mereka berdua, Zahra yang masih sibuk dengan pikirannya mengenai sosok Mirza, sedangkan Mirza berpikir bahwa kini terdapat sosok yang mengetahui sisi buruknya seorang Mirza, apakah rahasia yang sudah Mirza tutup rapat akan segera terbongkar?

Mirza tau betul bahwasannya selama ini Allah sudah membantunya untuk menutupi rahasianya, tapi jika sekarang Allah ingin membuka rahasianya secara perlahan-lahan dihadapan seorang perempuan, apa yang bisa dilakukan oleh Mirza, selain berpasrah diri?

Setelah lama berdiam diri dengan pikiran masing-masing, mereka berdua malah tak sengaja memanggil, secara bersamaan.

"Kak ...."

"Ra ...."

Tentu saja hal tersebut, membuat keduanya kembali diliputi rasa canggung.

"Kak Mirza duluan saja."

"Kamu duluan saja," ucap mereka lagi-lagi bebarengan.

Jujur saja hal tersebut membuat jantung Zahra terpompa cepat. Sedangkan Mirza, terkekeh kecil.

"Kamu duluan aja Ra, mau ngomong apa?"

"Kak Mirza, sudah gapapa?" tanya Zahra sedikit ragu.

"Gapapa Ra, bagiku ini hal yang tidak menyakitkan sama sekali. Maaf ya, sudah melibatkanmu dalam masalahku," jelas Mirza membuat Zahra semakin penasaran dengan sosok Mirza yang sebenarnya.

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang