✔Tsamaaniyatun wa 'iysruuna

35 15 49
                                    

Langit jingga kini tengah menjadi saksi atas kesedihan serta kerapuhannya. Tak ada lagi orang yang bisa mengerti tentang lukanya, serta tak ada lagi orang yang akan menjadi sandarannya.

Perkataan Zahra seolah membekas di ingatannya. Apakah dia harus percaya kepada Tuhan? Semakin mengenal Zahra membuat Jayden semakin merasa kagum akan sosoknya. Gadis yang ketika berbicara selalu berusaha menjaga pandangannya. Kesantunannya itu membuat Jayden semakin terperosok akan pesona Zahra.

Semakin mengenalmu membuatku semakin menyukaimu, tapi apakah lelaki sepertiku ini pantas bersanding denganmu? 

Mengingat akan masa lalunya membuat Jayden terkekeh seketika. Bagaimana mungkin dia bisa berpikir bahwa Zahra akan menjadi miliknya? Bahkan bayangan dirinya saja seolah enggan untuk mengikuti langkah kakinya. Semua orang yang berarti dalam hidupnya, perlahan pergi meninggalkannya, sendirian.

Gadis seperti Zahra hanya pantas untuk laki-laki yang baik, ya, pasti Zahra berjodoh dengan laki-laki yang baik.

Maaf Ra, aku tidak bisa dengerin ucapan kamu, tugasku disini hanya untuk membalaskan semua dendamku kepada Mirza. Mirza adalah penyebab orang-orang terdekatku pergi meninggalkanku sendiri dan dia harus merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasain selama ini, monolognya.

Mungkin ada banyak hal yang sudah datang hanya untuk mengingatkan, namun ketika mata dan hati seseorang sudah tertutup oleh amarah dan rasa dendam, nasehat itu hanya akan menjadi sebuah angin lalu.

***

"Ra, tadi kamu keren banget loh," ucap El sembari mengacungkan kedua jempolnya.

"Kalo soal ini, aku baru setuju sama El, daebak!" seru Yola.

Zahra hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan teman-temannya. Ada kebahagiaan serta kesedihan yang nampak di wajah manisnya.

"Kamu kok kayak gak seneng gitu sih Ra?" tanya Yola yang sadar akan perubahan raut ekspresi Zahra.

"Enggak apa-apa kok Yol, Emm ... Aku mau pamit pulang dulu ya," ucapnya sembari tersenyum canggung dan berlalu pergi meninggalkan Yola serta El yang menatapnya dengan heran.

"Zahra kenapa?" tanya El sembari melihat punggung Zahra yang kian menjauh.

"Entah, kenapa dia cepat sekali berubah," ucap Yola sembari menghela napas lelah.

***

B

erjalan dengan gontai memasuki rumahnya, berbeda halnya dengan Aisyah yang sedari tadi tersenyum senang di ruang keluarga.

Mendudukan pantatnya dengan kasar serta helaan napas kasar yang keluar dari mulutnya, membuat Aisyah menoleh ke arahnya sembari mengernyitkan dahinya.

"Kamu kenapa?" tanyanya.

"Capek," jawabnya cuek, menyenderkan kepalanya di sofa sembari memejamkan matanya.

"Capek kenapa?"

"Tadi aku ikut qiroatil Qur'an, tapi ... orang yang ngeyakinin aku supaya ikutan acara tersebut malah tidak hadir," ungkap Zahra sendu.

Apakah orang yang kamu maksud itu  Mirza? - batin Aisyah.

Meski sedih melihat wajah Zahra yang mendadak murung, tapi tidak bisa ia pungkiri kalau dari lubuk hatinya ada sedikit perasaan bahagia, bahagia karena Mirza mulai menjauhi Zahra. Dirinya kembali teringat akan pertemuannya tadi dengan Mirza.

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Where stories live. Discover now