✔Itsnaani wa tsalaatsuuna

28 15 32
                                    

Terik matahari siang ini, tak begitu menyelengat, udara yang sejuk dan suasana yang asri membuat Zahra memejamkan mata dan menghirup napas dalam untuk menikmati ciptaan Tuhan yang indah. Alam semesta yang indah ini adalah bukti ciptaan Allah  dan petunjuk bagi manusia bahwa Allah itu ada.

Sembari menunggu pendaftaran, mereka berkumpul terlebih dahulu di tempat parkir. Menghabiskan waktu untuk makan siang serta salat zhuhur berjamaah. Setelah usai salat zhuhur mereka berkumpul kembali untuk memulai mendaki.

"Kita bagi kelompok ya, kalian bisa menentukan sendiri teman untuk tidur setenda." Mendengar hal tersebut sontak membuat Zahra tersenyum lega, beruntung dia bisa memilih teman sendiri, yang pasti dia bisa bernafas lega karena tidak harus satu kelompok dengan Tiara ataupun kedua temannya, Eva dan Sherly. Yola pun langsung saja berjalan menghampiri Zahra.

"Kita sekelompok kan?" tanyanya dengan senyum merekah.

"Iya, Galuh kamu mau kan sekelompok sama kita juga?" tanya Zahra yang menengok ke arah Galuh, yang dibalas anggukan singkat.

"Emm ... siapa lagi ya?" tanya Zahra seolah sedang berpikir.

"Kita bisa gabung kan?" tanya Ika dan juga Suci yang sudah berada tepat dihadapan Zahra. Zahra hanya menganggukan kepala sembari tersenyum sebagai tanda persetujuan.

"Boleh," jawab Yola.

"Baik teman-teman kita sudah membeli tiket, jadi kita akan mulai untuk mendaki, kurang lebih perjalanan dari sini ke tempat camping membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Kita akan membagi tiga kelompok pendaki," jelas Mirza.

"Saya akan membagi kelompok kalian. Masing-masing memiliki enam anggota dan salah satu dari kelompok kalian akan kurang satu anggota, yang akan saya sebut berarti kelompok pertama yang beranggotakan, Dimas, Rizal, Reza, Evanessa, Sherly, Tiara, kalian akan dipimpin oleh Vino," jelas Pak Dwi membuat Tiara lagi-lagi berdecak kesal karena tidak bisa satu kelompok dengan Mirza.

"Untuk kelompok kedua, Adzriel, Gilang, Bagas, Yola, Zahra, dan Galuh, kalian akan dipimpin oleh Mirza." Mendengar namanya disebut satu kelompok dengan Zahra membuat El tersenyum senang meski ada sedikit perasaan tak rela mereka harus dipimpin oleh Mirza.

"Dan untuk kelompok terakhir, Reza, Suci, Eky, Oryzha, Ika, kalian dipimpin oleh Narendra."

"Untuk kelompok pertama saya persilakan kalian berjalan terlebih dahulu," kata Pak Ir.

"Mari, saya akan berjalan di depan kalian," sela pak Dwi berjalan mendahului mereka.

"Selanjutnya kelompok dua silakan berjalan di belakang Vino."

"Dan kelompok yang terkahir silakan berjalan di belakang Mirza."

Mereka pun berjalan dengan perlahan melewati anak-anak tangga. Perjalanan menuju puncak gunung akan melewati jalanan tanah serta lorong-lorong bebatuan yang sempit. Menariknya di sini juga terdapat replika fosil dan jejak prasejarah yang dapat memberikan gambaran mengenai bentuk dan ukurannya. Mereka seakan dibawa kembali menjelajahi zaman prasejarah.

Saat sedang menaiki undakan, mereka hanya menggunakan tali untuk berpegangan agar tidak terjatuh serta mempermudah jalan mereka. Namun sayang saat menaiki undakan pegangan serta kaki Zahra yang sedikit licin membuatnya sedikit terhuyung kebelakang, beruntung ada seseorang yang segera menahan tubuhnya, sehingga dia tidak sampai terjatuh. Entah mengapa debaran jantung Zahra mendadak tak normal, oh ayolah, itu hanya karena reaksi terkejut, Zahra!

Andaikan ada music romantis atau malah lebih tepatnya ada lagu bollywood, mungkin adegan ini akan terlihat seperti .... Tersadar, refleks Zahra berjengkit kaget berusaha menjauh dan memperbaiki posisinya. Tapi tunggu, tangan yang menopangnya terasa besar sepertinya ini bukanlah tangan perempuan melainkan laki-laki.

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Where stories live. Discover now