✔Arba'atun wa tsalaatsuuna

38 14 24
                                    

"Aku cinta sama kamu."

Pernyataan cinta yang diungkapkan oleh El membuat Zahra mematung di tempatnya.
Sedangkan Mirza seakan merasakan hatinya dihantam sebuah batu besar, terasa sakit dan sesak, entah mengapa rasanya sedih, seolah separuh jiwanya ikut menghilang. Dia tidak sanggup mendengar kata yang akan dilontarkan oleh Zahra tapi dia juga ingin mengetahui jawaban pernyataan cinta tersebut.

Apa sekarang aku merasakan takut kehilangan Senja? Tapi mengapa? Apa aku sudah mulai menyukainya? Tapi sejak kapan? - batin Mirza.

Cinta memang tak bisa dijelaskan, kapan dan dimana datangnya, kadang kita sendiri tidak dapat menyadari kehadirannya. Tapi, jika saat kita akan kehilangan seseorang yang kita cinta barulah kita sadar bahwa orang itu sangat berharga dan berarti dalam hidup kita.

Zahra sendiri bingung harus menjawab ungkapan perasaan El seperti apa. Jika dia menolak dia akan mempermalukan El, tapi jika dia menerimanya, hal tersebut juga akan menjadi ladang dosa untuknya. Kini dia telah dilanda perasaan gamang. Bibirnya terasa kelu hanya untuk menjawab ya atau tidak.

Seakan pertemanan dan keimanan Zahra kini sedang di uji oleh Tuhan. Manakah yang akan Zahra pilih?

"Aku benar-benar mencintai kamu Zahra, aku tahu kamu mungkin terkejut dengan ungkapan cintaku secara tiba-tiba ini. Tapi aku tidak ingin menundanya lagi. Aku juga tidak ingin berpacaran karena itu dilarang agama, tapi bisakah kamu berkomitmen denganku? Aku berjanji akan menikahimu," jelas El membuat Zahra menelan ludahnya gugup.

"Mari kita bicara di tempat lain." Akhirnya kata itulah yang keluar dari mulut Zahra untuk tidak mempermalukan El.

"Kamu bisa bicara di sini. Bukankah ini keinginanmu tadi?"

"El aku mohon, jangan mempermalukan diri kamu sendiri!" tegas Zahra membuat El terkekeh seketika.

"Aku sedang mengungkapkan cinta, bukan mempermalukan diriku! Lagi pula aku tidak sedang mengajakmu berpacaran tapi berkomitmen, islam melarang pacaran, tapi kita bisa berkomitmen dalam hubungan ini."

"Mau berpacaran ataupun berkomitmen sekalipun, semua itu sudah termasuk dosa El, intinya sama saja kita sedang melakukan zina mata, zina hati, zina pikiran, maupun zina perbuatan. Naudzubillah," ungkap Zahra sembari menghela napas kasar. Harus seperti apa lagi dia menjelaskan kepada El yang kini telah diselimuti oleh hawa nafsu.

"Kamu berbicara seperti ini karena lelaki yang kamu cintai bukanlah aku, tapi Mirza kan?" Perkataan tersebut jelas membuat mata Zahra membola. Seolah kini Zahra merasa disudutkan atas pertanyaan yang seperti sebuah pernyataan itu.

"Jangan bawa nama orang lain diantara ungkapan cintamu itu!" tegas Zahra dengan suara yang sedikit bergetar.

"Jangan jadi orang munafik Zahra, aku tahu betul bahwa kamu menolakku karena kamu mencintai Mirza kan?" cerca Adzriel membuat Zahra meneteskan air matanya.

"Selama ini aku sudah menganggap kamu sebagai teman baik, tapi sekarang ... aku tidak habis pikir dengan apa yang baru saja kamu katakan El!"

"Apa aku salah dengan mengatakan kalau aku mencintai kamu?"

"Apa yang kamu pikirkan El? Dimana rasa malumu selama ini? Kenapa kamu mengungkapkan perasaanmu ini di depan orang banyak? Aku bukan wanita bodoh yang tidak menyadari perasaanmu selama ini. Tapi aku lebih memilih untuk diam, karena aku serahkan urusan jodoh ini di tangan Tuhan. Namun, sekarang, kamu malah mengungkapkan perasaanmu itu? Ada apa dengan dirimu El? Dimana El yang ku kenal selalu menjunjung tinggi nilai agama? Kenapa hanya karena cinta kamu seolah terbutakan oleh dunia," kata Zahra sembari menghembuskan napas beratnya.

"Bukankah caramu ini menunjukan bahwa tanpa sadar kamu telah memberikan sebuah harapan palsu kepada seorang wanita? Jika memang kamu berniat serius denganku, kamu tidak akan pernah mengungkapkan perasaanmu padaku, bahkan sampai mengucapkan kata-kata manis tentang janji akan menikahiku, jika kamu memang seserius itu, pasti kamu sudah menemui waliku. Karena beliaulah yang berhak atas diriku," sambungnya kemudian berlalu meninggalkan El yang mematung di tempatnya. Amarah dan cemburu telah menguasai dirinya menghancurkan pertemanan serta cintanya.

Sejatinya memang tidak pernah ada yang namanya pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Salah satunya pasti akan merasakan yang namanya jatuh cinta.

"Apa kamu gak malu bicara seperti itu dihadapan Dosen?" ucap Yola sembari tersenyum sinis. El hanya mendongakan kepalanya menatap sekitar, benar kini dirinya benar-benar merasakan malu. Malu dengan apa yang telah diperbuatnya. Seharusnya dia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Tiara. Seharusnya dia mendengarkan Zahra dan tidak bertindak yang berakhir merugikan dirinya bahkan sampai merusak pertemanannya.

Nasi sudah menjadi bubur, apa yang telah terjadi sudah tidak dapat diulang kembali. Mungkin El harus memperbaiki ini semua. Seharusnya dia sadar, bahwa sedari awal Tiara hanya ingin menghancurkan Zahra.

"Jika alasan kamu berubah hanya karena Zahra, aku mohon El, jangan lanjutkan perubahanmu! Jangan karena seseorang kamu berubah menjadi lebih baik, tapi berubahlah menjadi lebih baik karena Allah dan karena diri kamu sendiri! Setelah ini aku harap kamu sadar atas kesalahan yang udah kamu perbuat dan aku mohon jangan dekati Zahra kembali jika kamu datang hanya untuk menyakitinya!" Perkataan yang begitu menusuk hati El itu diucapkan secara lugas oleh Yola. Setelah mengatakan hal tersebutpun Yola pergi menyusul Zahra untuk sekedar menghiburnya.

Dari kejauhan Tiara tersenyum senang menikmati adegan barusan, ibarat sebuah tontonan bioskop dia duduk sembari menyesap susu yang hangat, melihat ke arah perdebatan yang terjadi sembari tersenyum puas.

"Tontonan yang bagus," puji Eva sembari terkekeh.

"Gimana kamu bisa buat El lepas kendali seperti itu?" tanya Sherly kepada Tiara yang seketika terkekeh mendengar perkataan  Sherly.

"Ibarat sebuah boom yang bisa meledak kapan saja, aku tahu El selama ini telah menahan semua rasa yang dia punya. Bahkan, sampai rela memperbaiki diri demi mendapatkan simpati Zahra. Siapa yang tidak bisa melihat tatapan El yang selalu berbinar dan memuja Zahra? Saat boom itu sudah siap meledak aku hanya sedikit saja menyalakan api kecil untuk menyulutnya, agar bisa segera meledak dan boom, kalian bisa lihat sendiri akhirnya," ucap Tiara pongah.

Tak taukah mereka bahwa sebenarnya apa yang telah diperbuat oleh Tiara merupakan sifat penghasut (adu domba) yang mana kala bisa merusak pertemanan seseorang.

Padahal dalam islam perbuatan tersebut jelas dilarang. Bahkan dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah Muhammad SAW memberikan penjelasan mengenai orang paling buruk. Salah satunya adalah penghasut.

Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang yang paling buruk di antara kalian. Yaitu orang-orang yang kerjanya mengadu domba (menghasut), yang gemar mencerai-beraikan orang-orang yang saling mengasihi/bersahabat, dan yang suka mencari kekurangan pada manusia yang tidak berdosa.

Rasulullah pernah bersabda, "Pelaku adu domba tidak akan masuk surga."

Semoga kita semua terhindar dari sifat yang satu ini ya teman-teman.

"Maafkan saya pak atas perbuatan saya yang telah merusak acara ini," ucap El menunduk hormat kepada dosen, kemudian berlalu meninggalkan api unggun.

Mirza sendiri bingung apa yang akan dia lakukan? Dia tidak bisa menghakimi El yang memang tidak bisa menahan perasaannya. Tapi perkataan El seolah jadi hantu yang terus saja bergentayangan di pikirannya.

Jangan jadi orang munafik Zahra, aku tahu betul bahwa kamu menolakku karena kamu mencintai Mirza kan?

karena kamu mencintai Mirza kan?

karena kamu mencintai Mirza kan?

Apa Zahra mencintainya?

****

TERIMA KASIH SUDAH MAU MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CERITA SAYA, MOHON DOA DAN DUKUNGANNYA KARNA CERITA INI MASUK DALAM COMPETITION HICOM YANG DIADAKAN OLEH @Highfuturebooks
#hicom #highfuturebooks
JANGAN LUPA BUAT TINGGALKAN JEJAKNYA 👣

KARNA ITU SANGAT BERARTI BUAT SAYA.
VOTE + KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA 💕

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Where stories live. Discover now