✔Waahidun wa tsalaatsuuna

40 15 45
                                    

Pagi baru saja menyongsong, tapi Zahra sudah bersiap-siap dengan tas besar yang berada di belakang punggungnya. Di meja makan sudah tertata rapi berbagai macam masakan yang dibuatkan Umi, khusus untuknya, karena ini merupakan pertama kali dirinya mengikuti kegiatan bersama teman-temannya di luar kampus.

"Sini Zahra, duduk dulu, kita makan sama-sama!" seru Umi membawa Zahra untuk duduk.

"Zahra bawa bekal ngak?" tanya Umi.

"Tidak perlu Umi, nanti sebelum kumpul di kampus, Zahra mampir ke minimarket dulu buat beli jajanan ringan," jawab Zahra sembari tersenyum.

"Yaudah kalo kamu gak mau bawa bekal, tapi sekarang kamu harus makan yang banyak ya? Biar tenaganya full," kata Umi sembari terkekeh.

"Jadi pergi Ra?" tanya Aisyah membuat Umi dan Zahra menoleh ke arahnya.

"Iya kak," ucap Zahra sembari menganggukan kepalanya.

"Emang dibolehin sama Abi?" tanya Aisyah membuat pergerakan tangan Zahra untuk mengambil nasi terhenti di udara. Umi yang menyadari bahwa Zahra yang sedikit tegang mencoba untuk menenangkannya.

"Aisyah!" tegur Umi.

"Umi kemarin sudah menjelaskan ke Abi," sambung Umi.

"Tapi kan Abi kemarin bilang tidak setuju Umi, bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada Zahra!" seru Aisyah.

"Kamu ini, gak boleh ngomong yang jelek tentang adik kamu. Omongan adalah doa, jadi jangan ngomong sembarangan lagi," tegur Umi sekali lagi.

"Bukan begitu Umi, tapi kita kalo mau pergi seharusnya kan harus mendapatkan restu dulu dari orang tua?"

"Kami sudah merestui, Aisyah," jelas Umi membuat Aisyah menghela napas panjang.

"Yang merestui kan hanya Umi bukan Abi!" jelasnya membuat Zahra semakin menundukan kepalanya.

"Abi sudah merestuinya," ucap Abi yang baru saja datang. Umi tersenyum senang mendengarnya.

"Beneran Abi?" tanya Zahra dengan mata yang berbinar.

"Iya," jawab Abi membuat senyum mengembang di bibir manis Zahra.

"Terima kasih Abi," ungkap Zahra sembari mendekat ke arah Abi dan memeluknya.

"Tapi ingat ya, kamu harus jaga diri kamu. Apalagi di sana nanti laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan seperti di pondok pesantren." Inilah yang membuat Aisyah tidak menyetujui Zahra untuk mengikuti kegiatan seperti ini. Aisyah hanya takut bagaimana jika karena kegiatan ini Zahra dan Mirza semakin dekat? Melihat bagaimana kedekatan mereka dahulu. Aisyah tau betul alasan utama Zahra mengikuti kegiatan ini, tidak ada alasan lain hingga Zahra mau menentang ucapan Abi dan dirinya kecuali satu orang, Mirza.

"Iya Abi, Zahra tau batasan seorang perempuan seperti apa."

"Abi percaya sama kamu Nak, jangan rusak kepercayaan Abi," jelas Abi yang diangguki Zahra.

Zahra pun melanjutkan makan dengan perasaan yang lebih lega dan bahagia. Seusai makan dirinya pun berpamitan untuk berangkat menuju kampus.

***

Sesampainya di kampus, Zahra disambut hangat oleh Yola.

"Zahra! Akhirnya kamu datang juga, aku pikir kamu bakal berubah pikiran."

"Alhamdulillah, Abi dan Umi udah izinin aku ikut, walau sempat Abi seperti hendak menolak," terang Zahra.

"Ra, kamu ternyata beneran ikut," ucap El, berjalan mendekat. Zahra hanya mengangguk sebagai jawaban.

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora