31 | Paparazzi.

20 4 42
                                    

Setelah lari berkeliling kompleks, Louis menepati janjinya. Sedangkan Zayn memilih pulang membawa istrinya, Hollie tersenyum jahil karena dapat memprediksikan apa yang akan mereka lakukan selama beberapa waktu ke depan. Bayang bayi sudah di depan mata, ia tidak sabar mendengar kabar positif dari wanita yang baru saja diketemukan.

"Boo, aku tidak sabar menjadi tante!" celetuk Hollie random, tangannya terus memilah gaun yang dapat menarik perhatiannya dan cocok di tubuh mungil Chamomile.

"Kau ini! Mereka saja baru bertemu kemarin malam dan menikah dini hari, bagaimana bisa hamil?" balas Louis, ia berdecak kagum melihat gaun yang dipegang Hollie. Bentuk maid sangat pas di tubuh jenjang Hollie.

"Kau ingin memiliki keponakan?"

"Tentu saja! Aku belum pernah mendapatkannya -- Ugh! Aku lupa! Om Dewan dan pacar sudah memberiku Jaksa yang sangat lucu. Om Gelato juga memberiku Yogurt yang sangat manis. Aku sudah punya dua!"

"Jaksa dan Yogurt? Benar itu namanya?"

Hollie tertawa keras, ia menepuk bahu Louis dan menenggelamkan wajah beberapa kali di bahu.

"Iya, Boo. Kalau Om Dewan, ia ingin anaknya bisa membela orang yang membutuhkan pertolongan seperti tugas seorang jaksa. Kalau Om Gelato, ia memberi nama Yoguruto Oktaviara Katawijaya karena biar nyambung gitu. Lucu dan aneh, kan? Mana beda sendiri lagi, harunya kan berawalan G!"

"Apa keponakanmu dan sepupumu juga memiliki nama unik seperti itu?"

"Benar! Dan banyak! Kau tidak akan bisa menghapal seperti membuat candi borobudur. Aku saja tidak bisa menghapal semuanya, jika ada pertemuan maka aku membaca riwayat keluarga agar tahu dan dapat menyambung dengan mereka." 

"Benarkah? Sepertinya aku harus membuat list nama keluargamu, Hollie!"

Hollie mengangguk antusias, ia mengulum bibir berusaha untuk kembali elegan dan anggun sesuai pakaian yang dikenakan. Mididress putih dengan pantofel cream, mantel kulitnya sengaja dilepas dan ditaruh di tempat penitipan barang.

"Adik-adikmu bereaksi apa saat kau memberitahu Brinna sedang mengandung anakmu?"

"Mereka bahagia. Mereka lebih sibuk mempersiapkan persiapan dibanding aku dan Brinna."

"Um, Hollie! Kau ambil ini saja! Sangat cocok untukmu!" lanjutnya, ia memanggil pelayan dan meminta membungkus. Ia kaget melihat Hollie kembali memilah gaun.

"Ini untuk istri Zayn! Aku harus memberikannya satu gaun yang sangat bagus!" ujar Hollie menyadari, Louis mengangguk paham. "Mereka sangat serasi bukan? Aku pastikan mereka akan memberiku keponakan dalam waktu singkat!"

"Kau berpikiran seperti itu karena membayangkan kegiatan mereka di rumah, kan? Jujur saja!" ledek Louis, ia mencubit pipi Hollie yang semburat.

"Kau ini! Benar sih! Sepanjang malam aku sudah terganggu dengan desahan mereka dan siang ini mereka sudah tidak tahan untuk melakukannya lagi," gerutu Hollie. "Mereka lupa kalau kamarku berada tepat di samping kamar tamu?"

"Sepertinya mereka sengaja untuk memanasimu, Hollie," balas Louis.

"Untuk apa? Aku saja tidak punya siapapun," balas Hollie, wajahnya kusut.

"Kalau ada, memangnya kau bersedia melakukannya sepanjang malam? Mendesah dan berteriak bukanlah bakatmu, Hollie!" ledek Louis, Hollie membanting gaun di etalase. Ia menarik Louis dan menyergap bibir yang setengah terbuka dengan lahap.

Louis membalas dengan ikut melilitkan lidah, kedua matanya terpejam erat. Tangannya menarik kepala agar kecupan lebih dalam. Tubuhnya bergemuruh hebat, wajahnya sangat panas namun ia abaikan. Tanggapan membuatnya gugup, ia tidak menyangka Louis akan menyambut dengan lihai.

Daddy's Sugar [END]Where stories live. Discover now