22 | Atensi.

26 7 49
                                    

"Oh, God! Four boys berjalan barengan!"

"Aldrich! I'm in love with you!"

"Ashton! Gimme your smile!"

"Aaa! Luke kedipin gue!"

"Zayn! You're always perfect!"

Dan banyak teriakan dari para wanita. Hollie kini berjalan menelusuri lorong kampus mengekori empat ksatria band, siapa lagi kalau bukan Luke, Ashton, Zayn, dan Aldrich. Dari keempatnya, Zayn yang paling banyak diteriaki diikuti Aldrich lalu Ashton dan Luke.

Luke bukan paling jelek, tapi badan kecil membuatnya tersaingi oleh tiga rekannya. Itupun di mata para kaum hawa karena nyatanya mereka saling berhubungan baik, tidak ada persaingan dalam ketampanan.

Mereka mengakui dirinya sendiri sebagai versi terbaik, tidak ada kata iri atau minder di kamus mereka.

"Gini ya rasanya jadi pusat atensi! Seru dan menegangkan!" ujar Chloe, ia memeluk pengan Hollie dengan sangat erat.

Jika para lelaki mendapat teriakan dari para kaum hawa, maka Hollie dengan temannya hanya bisa mendengar dan tersenyum pahit. Pesona mereka memang biasa, masih ada para wanita yang lebih cantik dan modis seperti mereka.

Ya, mereka. Red Velvet. Voice, Blue, Holiday, dan Grape selalu mengungguli di bidang kecantikan. Semua kaum hawa di kampus memuja mereka.

Tidak ada Liam di sini, ia kini bersama empat rekan di sebuah acara talkshow untuk memperkenalkan album baru. Ia tahu dari Liam yang pamit dan memintanya untuk memperhatikan Ela selama ia tidak ada.

"Ela, kau butuh sesuatu?" tanya Hollie, Ela menggeleng. "Kalau ada apa-apa, jangan malu untuk bicara denganku!"

"Tentu! Makasih, Hollie!" ujar Ela. "Maaf buat kemarin...."

"Tidak apa-apa! Kau sudah melakukannya dengan sangat baik!" ujar Hollie.

"Kemarin, kau kemarin setelah latihan ngapain saja? Aku khawatir kau mendadak pergi sebelum waktunya."

Hollie menghembuskan napas panjang, ia kembali mengingat niatnya bertemu Louis. Jika dibayangkan berjalan lancar dan ia telah berbaikan dengan Eleanor, maka salah besar. Ia langsung pulang dan tidur hingga dini hari, ia bahkan melewatkan dua jadwal shalat dengan tidak sengaja.

Ia belum berani bertemu Louis. Wajah kaku dan nada bicara sangat kental dengan aksen khas Doncaster, membayangkannya saja ia tidak mampu.

"Aku tidur, Ela. Makasih sudah cemas, tapi aku baik-baik saja...."

Chloe dan Ela tersentak, begitu pula Hollie yang terhempas dengan kasar. Keduanya berhenti begitu sadar Hollie terbaring di atas lantai dengan posisi tengkurap.

Ada suara tawa begitu menggema, mereka tidak lain empat wanita yang baru disebut. Tatapan tajam dan senyum licik terlihat jelas.

Chloe berteriak geram, ia kesal melihat empat lelaki dengan kenarsisannya hingga tidak sadar temannya jauh tertinggal.

"Kalian tidak akan menang, the compass!" ujar Voice, ia tertawa anggun. Ia berjalan berlawanan arah diikuti tiga temannya, Blue berhenti sejenak menunggu temannya yang tidak sadar lalu mengulurkan tangan pada Hollie.

"Maaf! Teman-temanku tidak bermaksud tidak sopan pada kalian," cicit Blue, ia meringkuk ketakutan melihat kegarangan Chloe.

"Sudah sana! Pergi lo!" gertak Chloe, Blue buru-buru menyusul temannya.

"Mereka kenapa, sih? Padahal cantik, tapi buruk banget sikapnya!" gerutu Chloe.

"Entahlah, yang penting kita bawa Hollie ke kelas sebelum dosen datang mendahului kita," balas Ela, mereka menggotong Hollie dan berjalan ke kelas dengan jarak cukup jauh.

Daddy's Sugar [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu