09 | Polosnya Keterlaluan.

57 5 71
                                    

⚠️WARNING : BULLYING CONTENT⚠️
ADA BEBERAPA KATA DAN TINDAKAN YANG KURANG BERKENAN.
AMBIL BAIKNYA DAN BUANG BURUKNYA :)
DAN BERSIAPLAH UNTUK TERTAWA BERSAMA

X, MASA DEPAN TUAN TOMMO.

⚫⚫⚫

Seminggu berlalu tanpa Louis. Sejak tragedi di pesta ulang tahun Liam, ia mencoba untuk menghindari Louis dengan berangkat ke kampus dengan jam yang tidak beraturan dan pulang jika mendapat info dari Liam kalau Louis telah meninggalkan kampus dengan wajah sendu.

Selama itu Harry berusaha membuatnya bercerita, tetapi ia menolak. Ia tidak berani -- lebih tepatnya khawatir curhatan akan berdampak pada Louis. Louis pun sepertinya tidak cerita karena Harry tidak menjauhi Louis, mereka juga terus saja mengadakan pertemuan di pagi hari seakan tidak ada masalah yang terjadi.

Meski Ashton mengganti peran Louis, Hollie merasa harinya hampa. Pembicaraan, semua candaannya, cara tertawanya, semua sangat berbeda. Setiap detiknya ia terbayang wajah dan cara bicara Louis yang terbilang unik.

Ia sudah melakukan semua usaha untuk mengalihkan perhatiannya dengan berkonsultasi nama band dengan Liam dan Niall, belajar meracik menu dari ibunya, bermain PES dengan Christ dan Ashton, dan kegiatan lainnya.

Semula ia kira berhasil mengalihkan perhatiannya, tetapi nyatanya tidak karena di malam hari bayangan Louis lebih terasa nyata dan membuatnya semakin sedih.

Sungguh mengenaskan, bukan?

"Hollie! Hai!"

Hollie mengalihkan pandangan dari poster yang ia tempel dari awal kuliah, sebuah pelukan menyergap cepat bahkan sebelum dirinya membalas sapaan. Ujung bibirnya yang sempat turun kini terangkat tinggi. Ia membalas pelukan dari wanita yang sudah resmi jadi sahabat selama 48 jam, di belakangnya ada Liam yang sibuk berbicara dengan gawai.

"Gimana? Gimana? Kalian udah baikan? Louis sudah temui kamu, kan? Dia bilang apa?" serbu Ela, wajahnya sangat cemas.

"Belum, Ela. Kami belum bertemu," balas Hollie.

"Kenapa? Perlu bantuan Liam?" tawar Ela, Hollie menggeleng beberapa kali.

"Tidak perlu! Aku yakin ia sedang sibuk dan tidak ingin diganggu."

"Kau yakin? Aku bisa bujuk Louis untuk minta kalian bertemu." Kini Liam ikut bicara.

"Kami akan baik-baik saja, kalian tidak perlu cemas!" ujar Hollie mencoba meyakinkan.

"Lalu perasaanmu bagaimana? Kau sudah merasa baik?"

"Sangat buruk!"

Hollie tertawa hambar, ia mengelus rambut hitam legam beberapa kali. Tangan sebelahnya yang bebas sibuk tutup dan kunci loker, ia menepi saat sadar ada sosok yang terus berdiri di dekatnya dengan tatapan risih.

"Luke? Loker lo nomor 70? Gue baru tahu!" ujar Hollie, ia setengah tercengang melihat cowok satu tim yang sibuk membuka pintu loker tepat di sebelah kanannya. "Hei, Luke! Jangan pura-pura tidak dengar!"

Luke menoleh, salah satu ujung bibirnya tertarik. Tangan sudah menggenggam ukulele kuning dan beberapa buku tebal.

"Sejak kapan lo sadar? Lo saja sibuk lihat pacar lo!" balas Luke, wajah Hollie memerah. Ia tertawa hambar sambil memegang perut.

"Sok tahu banget lo! Memangnya lo tahu pacar gue siapa?"

"Louis?"

Hollie tersedak air liur sendiri, ia terbatuk sambil menepuk dada. Liam di sampingnya inisiatif memijit bahu hingga batuknya mereda. Luke tertawa kencang, ia menepuk pahanya sendiri beberapa kali.

Daddy's Sugar [END]Where stories live. Discover now