Glova menggeleng. "Nggak mau Bik. Aku mau sama Mami, Papi di sini."

"Ikhlasin Nyonya sama Tuan istirahat dengan tenang di sana Non. Nggak baik Non Glova seperti ini terus."

Memilih untuk bangkit dari posisi duduknya, Glova berniat akan beranjak pergi dari makam. Dirinya juga memberikan sebuah isyarat seolah meminta agar asisten rumah tangga tersebut tidak mengikutinya.

"Aku mau sendirian dulu, Bik."

"Hati-hati, Non. Nanti pulang ke rumah, ya, Non. Bibi tunggu di rumah!" Wanita itu berseru, membiarkan anak gadis majikannya pergi ke arah yang berlawanan dari arah rumah. "Ya Allah, lindungi Non Glova. Dia anak yang baik."

Glova melangkah dengan tidak bertenaga, di bawah guyuran air hujan ia mampu menutupi air matanya. "Glova nggak mungkin bisa sendirian ada di dunia ini, Mi, Pi."

Langkah Glova kini terhenti di sebuah jembatan. Kala melirik ke bawah, tampak jelas air sungai mengalir dengan deras. "Pengen nyusul Mami, Papi." Glova mulai mengangkat sebelah kakinya. Dirinya berpikiran untuk loncat saja dari atas jembatan. Merasa putus asa? Ya! Itulah yang membebani benaknya sekarang.

"WOI! LO GILA HAH?!" Suara teriak itu bersamaan dengan cengkraman kuat di bahu Glova, berhasil menarik tubuh gadis itu menjauh dari badan jembatan. "MAU NGAPAIN LO TADI?! MATI? IYA? LO MAU MATI?!"

Seketika bola mata Glova yang memerah, menatap kesal seorang cowok berjaket geng motor baru saja menyelamatkan nyawanya. "IYA, GUE MAU MATI. SEKARANG MINGGIR!"

"Mati sama gue. Sana lompat, gue bakal susul lo ke Neraka."

Tubuh mungil Glova terpaku, tangannya gemetar hebat seraya berpegangan pada lengan kekar cowok asing ini.

"Lo harus tenang! Nggak semua masalah harus lo selesain dengan cara mengakhiri hidup." Nafas cowok itu ikutan berburu oksigen, cengkeraman kuat tangannya masih belum terlepas dari bahu Glova.

"Lo itu siapa, hah?! Kita nggak kenal. Jangan ikut campur urusan gue!" kesal Glova.

"Gue Altop."

Tatapan netra Glova tetap tajam. Dirinya menghempas kasar tangan Altop menjauh dari bahunya. Beberapa detik dalam keheningan, Glova memutuskan untuk meninggalkan cowok asing itu yang masih menatap punggungnya dari belakang.

"WOI! CEWEK SINTING. NGGAK SOPAN LO! UDAH DI TOLONGIN JUGA. BILANG MAKASIH DULU PALING NGGAK!"

Meski mendengarnya, Glova tidak menghiraukan teriakan Altop. Biarlah! Dia akan menemui cowok itu nanti. Iya, dalam sejarah untuk pertama kalinya hati Glova menemukan seseorang. Altop, nama pahlawan kesiangan di hidup Glova yang selalu gadis itu ingat.

"Sampai nanti, Altop."

***

-SCAVENGER-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-SCAVENGER-

-SCAVENGER-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

• CERITA INI JUST FIKSI YANG AKU BUAT! TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN FAKTA BAIK NAMA TOKOH, GENG, DLL.

Selalu kasih aku emoji (🦋) yang banyak!

SPAM NEXT 1K FOR NEXT PART DI SINI ➡

Target seperti biasanya. 1,7K vote & 1,5K komen for next part. Tidak akan next sebelum target terpenuhi.

Harap follow akun instagram rp & akun instagram wattpad aku biar gak ketinggalan informasi penting.

Harap follow akun instagram rp & akun instagram wattpad aku biar gak ketinggalan informasi penting

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ALTOPWhere stories live. Discover now