14. Masa yang Berbeda

Mulai dari awal
                                    

"Kayanya emang gitu." Galen menjawab pertanyaannya sendiri karena Liana terus saja diam. "Ada masalah apa? Kantor apa rumah?"

"Bukan dua-duanya, sih."

"Terus?"

Liana menyandarkan kepalanya di dada Galen. Kepala gadis itu terus bergerak disana sampai akhirnya ia menemukan posisi ternyaman. Kini kedua tangannya ia lipat didepan dadanya. "Aku mau berbagi sama kamu, tapi kamu jangan salah paham dulu sama aku." Liana melirik Galen yang tidak merubah posisinya. Pria itu hanya merubah posisi tangannya yang lain menjadi mengusap rambut Liana.

"Hem."

"Jawaban kamu enggak meyakinkan." Liana memutus tatapan mereka.

"Iya, iya. Udah, kan?"

"Ada satu cowok." Liana tiba-tiba langsung menatap Galen. "Jangan di potong dulu!" pintanya karena tahu jika Galen akan langsung memotong ucapannya. Dan ternyata benar, pria itu sudah membuka mulutnya sedikit hendak berbicara.

Galen hanya bisa menghela nafas. Pria itu sedang tidak ingin beradu mulut dengan Liana, jadi ia memilih untuk menuruti Liana saja.

"Dia udah kaya abang aku, aku juga udah kaya adiknya dia. Setelah lama aku gak tau kabarnya, hari ini aku justru denger kalo dia udah gak ada. Itu kabar buruk yang gak pernah aku harepin dateng tiba-tiba kaya gini."

"Bukannya kabar buruk emang selalu dateng secara tiba-tiba?"

"Iya, tapi kenapa harus tentang kematian?" tanya Liana. "Selain kabar itu, aku juga dapet kabar kalo dia selama ini ternyata udah nikah bahkan udah punya anak. Kamu tau, Gal sebagai orang yang dulu deket sama aku tapi aku tau ini semua setelat ini itu rasanya gak enak."

Galen memberikan kecupan-kecupan penenang di rambut Liana. "Kamu cuma butuh rela aja untuk sekarang. Waktu gak bisa di kembaliin lagi."

Liana mengangguk sambil melirik kearah Galen lagi. "Makasih udah mau dengerin aku."

Galen memeluk Liana erat. "Kamu udah makan malam belum?"

"Belum sempet, tadi abis dari kantor langsung kesini."

"Mau makan di luar apa disini aja? Tapi kalo disini pesen aja, ya aku lagi males masak."

"Aku aja yang masak gimana?"

"Aku tau kamu juga capek, jadi aku gak akan biarin kamu masak."

"Kalo gitu pesen aja deh, Gal. Aku males keluar."

"Oke."

Liana tidak pernah tahu, sekarang siapa yang paling tersakiti dengan hubungan mereka ini.

Liana?

Galen?

Atau keduanya?

Akhir seperti apa yang menanti mereka?

Apapun itu, semoga semuanya baik-baik saja.

_-_-_-_-_

Galen menghentikan mobilnya didepan rumah Liana. Saat pria itu menatap kearah Liana, ternyata perempuan itu sudah memejamkan kedua matanya. Galen tidak sadar jika Liana tertidur dalam perjalanan pulang ke rumah perempuan itu.

Galen tersenyum sambil melepaskan sabuk pengamannya. Pria itu mencondongkan tubuhnya sampai ia berhasil melihat wajah lelap Liana ditengah-tengah cahaya redup mobilnya. "Hari ini capek banget, ya?" lirih Galen dengan sebelah tangan mengusap pipi Liana.

Galen berniat memasukan mobilnya lebih dulu ke pekarangan rumah Liana sebelum ja menggendong Liana masuk kedalam rumah. Galen tidak tega jika harus membangunkan Liana, jadi ia memutuskan untuk menggendong Liana saja.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang