☔. harus move on!

24 11 0
                                    

Dibawah pohon rindang, terlihat sesosok gadis yang sedang berkutat dengan bukunya. Sesekali ia nampak berpikir keras sembari menggaruk kepalanya. Hal itu membuat pemuda yang memandanginya dari kejauhan tersenyum kecil, lantas mendekatinya dengan langkah pelan.

Ia menepuk pundak gadis tersebut, dan sontak saja membuat sang gadis itu terperanjat. Dengan ragu-ragu gadis itu menoleh kebelakang, kemudian ia bernafas lega. "Ngagetin gue mulu lu, Sa." Ujarnya dengan mendengus kecil.

Sedangkan pemuda itu dengan watados nya hanya tersenyum manis. "Ngapain?" Tanyanya, setelah itu ia berpindah duduk disamping tempat Lana yang masih kosong.

"Belajar." Jawab Lana singkat.

"tumben jawabnya bener, biasanya ngawur." Gumam Aksa heran.

"Hah?" Celetuk Lana yang sedari tadi tidak terlalu mendengarkan karena sibuk dengan soal dibuku nya.

Aksa terkekeh, "gak papa." Lantas ia hendak mengusak surai milik Lana, namun sayangnya dengan cepat Lana menghindar.

"Bukan mahram." Tutur Lana seraya mengangkat tangannya seakan memberi jarak, sedangkan Aksa hanya tersenyum miris.

Selang beberapa menit berlalu, Aksa kemudian bersuara lagi. "btw lo udah balikin gelangnya ke Mars?" Tanyanya memecah keheningan.

Pertanyaan itu sontak membuat mata Lana membulat sempurna, ia benar-benar lupa! Dengan segera gadis itu membereskan seluruh barang-barangnya masuk ke dalam tas.

Sebelum hendak pergi ia menyempatkan diri berterimakasih pada Aksa karena telah mengingatkannya, "makasih udah ngingetin gue, Sa! Gue pergi dulu!" Pamitnya.

Aksa hanya melongo ditempat, 'loh ternyata belum toh?' batinnya melihat punggung Lana yang perlahan menjauh.



























☔☔☔



























Gadis itu tersenyum miring. Bukankah ini terlalu mudah? Ia pikir Mars tidak akan kesini lagi setelah Lana mengetahui tempat persembunyiannya. Namun nyatanya pemuda itu ada disini, seolah kasihan pada Lana yang beberapa waktu yang lalu kesulitan mencarinya.

Ah, sepertinya tidak. Mana mungkin seorang Mars Jayden mau mengasihaninya. Ingat ya, Mars itu sama sekali tidak punya hati nurani!

Kelihatannya sih Mars tidak akan pindah sampai kapanpun, apalagi alasannya kalau bukan langit yang membentang luas diatas sana. Hanya disini satu-satunya tempat paling nyaman bagi si maniak pemandangan langit, Mars.

"Oi." Sapa Lana seraya berjalan mendekat.

Mars segera menoleh kebelakang dengan sebelah alis yang terangkat. Saat netra mereka berdua berjumpa, seketika wajahnya berubah masam. "Ck, ngapain lo kesini? Hari ini gak ada jadwal lo ngajarin gua."

Lana merotasi kan matanya jengah, sebegitu tidak sukanya kah Mars bertemu dengan dirinya?

Tak ingin membuang-buang waktu, Lana langsung merogoh tasnya untuk mengambil gelangnya. Untungnya Lana selalu membawa gelang itu kemana-mana. Setelah berhasil menemukannya, ia melemparkan gelang itu asal kearah Mars.

Mars yang melihat hal tersebut langsung melotot, tentu saja pemuda itu kelabakan. Sayangnya tangan Mars kurang cekatan dan menyebabkan gelang itu jatuh kebawah.

"Masa segitu doang gak bisa nangkep." Cibir Lana yang membuat Mars sedikit naik pitam.

Mars kemudian memungut gelang tersebut lantas memandanginya lekat. "lo nemu ini dimana?" Tanyanya penasaran. Mars bahkan tidak sadar bahwa gelang yang selalu bertengger dipergelangan tangannya menghilang.

"Gak sengaja nemu dibawah pohon deket halte bus." Jawab Lana santai.

Mars tidak bereaksi apapun, ia hanya terdiam.

Lana yang melihat hal tersebut tentunya tau, Mars pasti teringat kenangan cinta monyet nya ketika masih duduk di bangku SMP kelas delapan. Sejujurnya Lana penasaran, bagaimana kabar hubungan mereka berdua. Namun, memikirkan bahwa selama ini ia tak pernah melihat batang hidung mantan Mars tersebut, dapat disimpulkan bahwa mereka mungkin telah putus dari lama.

"Gamon ya, pak?" Goda Lana dengan wajah tengil, namun ekspresinya terlihat agak dipaksakan.

Mars lagi-lagi berdecak, "udah lo pergi aja sana." Usir nya sambil mengibaskan tangannya pelan.

'wah, tidak tahu malu sekali makhluk ini.' monolog Lana dalam hati, kalau ia ucapkan langsung bisa-bisa ia mati terkena sinar laser dari tatapan tajam seorang Mars. Hahaha, bercanda.

"Minimal bilang makasih kek." Lana menggerutu sembari membenarkan resleting tasnya kembali.

Bertepatan dengan itu, Mars ternyata telah tersadar dari lamunannya. Walaupun terlihat tidak peduli, sebenarnya Mars mendengar gerutu an Lana. 

Lana segera membuang jauh-jauh harapannya itu, lantas kakinya hendak melangkah menuju tangga.

"Makasih..." ucap Mars pelan yang untungnya suaranya masih dapat dijangkau oleh pendengaran Lana.

Baru beberapa langkah terlewati, kaki Lana seketika terasa membeku. Ia melotot tidak percaya, jantungnya bahkan berdetak lebih cepat dari pada biasanya.

Keduanya kemudian sama-sama terdiam. Lana yang masih tercengang bukan main, sedangkan Mars yang sibuk menahan malu setengah mati.

Tapi tak berapa lama Lana langsung berlari menuju arah tangga dan menuruni tangga dengan tergesa. Tidak, Lana tidak bisa terus begini. Ini tidak baik untuk kesehatan jantungnya, pokoknya dia harus segera move on!


























****

























Dalam senyap, sayup-sayup terdengar suara langkah kaki mengikuti dari belakang. Gadis itu mencoba tetap tenang walaupun dalam pikirannya kacau balau penuh pikiran negatif.

Ia segera meraih ponselnya dari dalam saku, lantas melirik jam. Dalam hati gadis itu mengumpat, belum larut malam, tapi mengapa tak ada satu orangpun yang berlalu lalang?

Gadis itu terus mencoba menghubungi kedua temannya, akan tetapi pesannya hanya terlihat centang satu. Kemana perginya teman-temannya itu? Tumben sekali.

Tak kehabisan akal, ia meng scroll kontak-kontak teman lainnya. Seketika netra nya tertuju pada kontak milik Mars, ia baru ingat bahwa kediaman Mars berdekatan dengan tempat les nya.

Lana bernafas lega saat pesannya langsung centang dua, yang artinya telah dibaca oleh Mars.

Mars Jayden

Jay, lu lagi ada dimana?
20:38 ✓✓

Dkt warung sate, knp
20:39

lu bisa tunggu gue didepan
rumahnya Bu Tuti, gak?
20:39✓✓

H? knp? buat ap?
20:40

udah gak usah banyak tanya,
tunggu ajaa😥😥
20:40✓✓

Ok
20:40

Lana lagi-lagi bernafas lega, untung saja Mars mau-mau saja. Kalau tidak bisa repot ia dibuatnya. Namun kelegaannya langsung sirna begitu saja saat sosok yang mengikutinya dibelakang mulai lebih dekat dengannya, otomatis Lana mempercepat langkahnya.

'haduh, stalker sialan!'



























—to be continued.

















shade umbrella [END]Where stories live. Discover now