☔. pesawat kertas dan lana

24 5 0
                                    

"Kalian berdua ngapain disini?"

Keduanya sontak menoleh ke asal suara. Matanya melotot kaget, bertanya-tanya 'bagaimana bisa orang ini ada disini?' begitu kira-kira isi hati mereka.

"M-mars? Lo ngapain disini?" Tanya Monica dengan ekspresi terkejut yang masih belum luntur.

Mars berdecak kesal. "Gua duluan yang nanya, kenapa malah lo balik nanya?"

Alika dan Monica saling melirik satu sama lain. Sama-sama bingung dengan suasana canggung yang meliputi mereka.

Mars nampak menghela napas panjang, kemudian iya membuat ekspresi wajah serius. "oke, karena kebetulan kalian berdua bestie nya Auris. Gua mau tanya, Auris dimana?"

"Hah? Auris? Maksud lo.... Arlana?!" Kali ini Alika yang menanggapi.

Mars mengangguk mantap, wajahnya seolah-olah sangat menunggu jawaban memuaskan dari mereka. Tetapi sayangnya mereka berdua pun sama-sama tak tahu, entah kemana Arlana berada mereka juga sedang mencarinya.

"Kita-kita juga gak tau, iya kan, Ka?" Alika segera mengangguk cepat. Hal itu mengundang decakan kesal dari mulut Mars.

Cukup lama waktu berlalu dengan keheningan melanda. Namun tiba-tiba Alika menepuk dahinya seolah telah melupakan sesuatu. "WANJIRR, KENAPA GUE GAK KEPIKIRAN DARI TADI BUAT NGECHAT LANA?!" Seketika Mars dan Monica dibuat keheranan juga dengan kebodohan mereka bertiga.

Tak butuh waktu lama, Alika segera mengotak-atik ponselnya untuk menemukan kontak Lana. Monica dan Mars yang melihat gelagat Alika, segera mendekatkan diri.

















☔☔☔






















Kriett...

Pintu itu terbuka, lantas masuklah seorang gadis yang sedang dalam keadaan lemah dan lunglai itu kedalam. Sesampainya disamping kasur, ia segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Gadis itu adalah Lana, ia menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Hari yang sangat melelahkan, tetapi syukurlah Lana dapat melewatinya dengan sebaik mungkin.

Tidak seperti biasanya, hari ini Lana tidak menyempatkan diri untuk sekedar memberi ucapan 'sampai jumpa besok' kepada teman-temannya. Ia sedang merasa enggan berurusan dengan manusia, bahkan dengan temannya sendiri.

Lana terus-terusan melamun hingga tak terasa lima menit telah berlalu. Ketika kesadarannya sudah kembali, Lana mengedarkan pandangannya ke penjuru sudut kamar. Ada satu hal yang begitu menarik perhatiannya, kotak kardus bekas yang terbengkalai disudut kamar.

Ah, kotak itu. Sudah lama sekali Lana tidak mengurusinya, haruskah ia buang saja kotak itu sekarang? Kotak itu sudah tak ada gunanya lagi, kenangan indahnya telah sirna tak lagi tersisa. Untuk apa ia masih menyimpan kenangan yang hanya membuatnya sakit hati?

Lana beringsut turun dari kasur untuk menghampiri kardus tersebut, lantas ia berjongkok dan mengobrak-abrik seluruh isi kardus. Sebelum semua barang ini ia buang, Lana ingin satu kali saja melihat-lihat nya kembali. Hanya sebentar saja, sungguh.

Barang yang pertama Lana ambil adalah barang yang berada dipaling atas tumpukan barang-barang lainnya, pesawat kertas. Jika sebelumnya Lana mengambil pesawat kertas tersebut dengan begitu hati-hati, kini Lana malah menyobek pesawat kertas tersebut hingga tak terbentuk setelah membacanya sekilas, lantas membuangnya sembarangan.

shade umbrella [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang