☔. akhir sang payung teduh

29 4 0
                                    

Kini semuanya telah usai, semua masalah rumit telah Lana selesaikan dengan baik. Meskipun masih ada satu hal yang mengganjal, yaitu soal Keisha. Namun sekarang Lana sudah tidak ingin untuk memikirkannya lagi, yang terjadi biarlah terjadi. Mungkin memang Keisha tidak ditakdirkan untuk berhubungan baik dengannya lagi.

Sekarang Lana dan lainnya telah naik ke kelas 12, otomatis mereka sudah disibukkan dengan persiapan ujian, kelulusan, kuliah, wacana masa depan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tak ada kesempatan sekalipun untuk berleha-leha. Lana hanya terus belajar, belajar, dan belajar sepanjang hari.

Namun, orang-orang selalu mengatakan bahwa Lana itu berlebihan. Seharusnya ia belajar tidak perlu sampai sebegitu nya sampai terkadang lupa waktu, seperti saat ini.

Jam telah menunjulkan pukul 16:46 WIB dan Lana masih betah duduk di bangku perpustakaan dengan tangan dan pikiran yang sibuk berkutat dengan buku matematika. Ia samasekali tidak merasa terganggu, bahkan dengan suara hujan diluar sana. Sampai saat seorang pemuda memanggil dan menghampirinya.

"Hey, lo gak pulang? Bentar lagi sekolahan ditutup."

Lana sontak berhenti menulis dan menoleh ke samping. Kemudian diliriknya jam dinding yang terpasang ditembok. Seketika dia tersadar, "oh! Iya. makasih udah ngingetin, Jay." Ucapnya seraya tersenyum kikuk.

Lana bangun untuk membereskan segala buku dan alat tulisnya masuk kedalam tas, lantas berjalan menyusuri lorong berdua saja dengan suasana hening yang menyelimuti.

Jujur saja, meskipun kejadian tersebut sudah lumayan lama telah berlalu. Rasanya masih terasa aneh dan canggung untuk kembali bercakap-cakap dengan menyenangkan seperti dulu.

Sampai saat satu pertanyaan gila tiba-tiba terlintas dari dalam benak Jay. Dan entah mendapat keberanian dari mana, Jay mengungkapkan pertanyaan yang selama ini terus menghantuinya sepanjang waktu.

"Ris, lo... sekarang masih suka sama gua?"

Lana terdiam. Dan hal itu membuat Jay merasa tegang setengah mati, bahkan detak jantungnya berdegup lebih kencang dibanding biasanya. Sekarang ini dia seperti tengah berada diambang antara hidup dan mati. Karena jawaban Lana nantinya akan menjadi langkah Jay selanjutnya akan bagaimana. 

Meskipun Jay dulu sempat mengatakan bahwa dia menyukai Keisha, bahkan hingga berpacaran dengannya. Saat itu Jay tidak sungguh-sungguh merasakan apa yang dinamakan cinta. Itu hanya ketertarikan sesaat yang mudah sekali sirna begitu saja. Namun sekarang akhirnya Jay mengetahuinya, ternyata selama ini dia menyukai Lana, tanpa dia ketahui.

Lana menggeleng lantas tersenyum kecut. "Sayangnya udah enggak, Jay. Perasaan suka gue udah dari lama pudar, dan sekarang gue rasa perasaan itu udah bener-bener sirna. Toh lagipula, gue gak ada waktu buat mikirin masalah cinta-cintaan. Gue cuma mau fokus dulu buat persiapan ujian nanti."

Jay mengangguk seolah menyetujui perkataan Lana. Untunglah dia tidak terlihat seperti akan protes kepadanya. Lagipula ini kan sudah sangat terlambat untuk menanyakan hal tersebut, jadi wajar saja jika Lana menolak.

Meskipun tidak semua perkataan Lana adalah kebenaran, namun ia mencoba untuk ikhlas saja. Orang-orang memang mengatakan bahwa ikhlas itu bohong, namun jika belum dicoba kan siapa yang tahu bagaimana hasilnya? Nyatanya ikhlas juga perlu waktu, tidak hanya terucap dari lisan saja, tapi dari dalam hati dan pikiran.

Mungkin memang ini sudah saatnya untuk dia berhenti menjadi payung teduh bagi seseorang. Kejadian yang dulu terjadi biarlah menjadi pelajaran untuk masa depan nanti. Mulai saat ini Lana hanya akan pasrah saja dengan takdir yang telah ditentukan Tuhan.

Semenjak kejadian tersebut, Lana menjadi lebih banyak tersadar. Nyatanya tak hanya dia saja yang menjadi payung teduh bagi seseorang. Namun begitu banyak orang diluar sana yang bernasib sama seperti nya, bahkan orang tersebut juga ada yang berada disekitarnya. Lucunya lagi, orang tersebut ternyata menjadi payung teduh untuk Lana

Lana akui, dulu memang dia sangat tidak peka. Namun, sekarang dia ingin berubah, dia tidak ingin lebih banyak lagi orang yang terluka karenanya. Lana tidak yakin entah orang itu benar-benar memayungi nya dikala hujan atau tidak. Tapi, dia harap orang itu segera menemukan payungnya sendiri. Tidak, lebih baik kita sebut saja rumah. Bukan rumah untuk satu pihak saja, namun untuk kedua pihak bersama.




















THE END.














shade umbrella [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin