☔. lagi-lagi tentang dia

47 15 14
                                    

Akhirnya Lana terbebas juga dari situasi seperti tadi. Bukannya apa, disaat bersamaan ia merasa bingung dan canggung apalagi mahasiswa tadi bisa dibilang hanyalah orang asing. Namun tak berjalan lama, akhirnya mahasiswa itu memperkenalkan dirinya juga. Namanya Danantya Fajar atau akrab disapa Danan.

Seraya mengayuh sepedanya perlahan menelusuri hiruk-pikuk jalanan kota, pikiran Lana terus dipenuhi dengan bayangan kisah Mas Danan. Berkat itu juga Arlana mempunyai rencana licik dengan adiknya nanti, ia akan mengajak adiknya bersekongkol meledek kakak sulungnya. Memang yang sering mendapat olokan pasti adalah Arsen, bagaimana tidak, mbaknya orangnya tertutup soal masalah percintaan. Mungkin saja mbaknya sudah tahu-menahu sifat kedua adiknya seperti apa. 

Berawal dari Mas Danan yang tak sengaja keceplosan memanggil Lana dengan sebutan 'adik ipar', tentu saja hal itu membuat Lana curiga dan menginterogasi nya hingga tuntas. Ia bercerita tentang masa pdkt an nya yang tak pernah berjalan mulus, sampai sekarangpun hubungan mereka masih dilandasi ketidakjelasan yang tak pasti.

Lana menggelengkan kepalanya tak mengerti setelahnya. Dasar, padahal sama-sama sudah dewasa, tinggal saling mengutarakan perasaan yang sebenarnya kan apa susahnya. Yah, tapi Lana mana tahu masalah percintaan. Setiap hari hanya ia habiskan berpacaran dengan buku-buku nya, mana sempat memikirkan hal seperti itu.










****










Gadis bersurai legam itu termenung dalam diam ditempat duduknya. Netra nya terfokus kearah luar jendela yang mana berpemandangan pohon beringin besar yang didekatnya terdapat sebuah kolam berisi bergerombol ikan koi. Tempat itu mulai agak semu dalam penglihatan Lana, perlahan bayangan memori kejadian tiga tahun yang lalu mulai terulang.

Pemuda itu mengacak rambutnya frustasi, "Kacau, lo beneran suka sama gua?" gadis didepannya mengerlingkan matanya gelisah lantas mengangguk ragu. Hal itu membuat sang pemuda menghela nafasnya lelah.

"Jay..." Baru saja tangannya hendak menggapai, namun segera pemuda itu tepis tangan sang gadis.

"Ck, b*ngsat emang. Jadi bener lo yang nyebarin?"

Sesaat gadis itu tertegun, agak terkejut dengan nada sinis yang diberikan pemuda itu. Sesegera mungkin gadis itu mengelak, "soal gue yang suka sama lu itu emang bener Jay, tapi gue gak pernah sekalipun nyebarin gosip kayak gitu!" Sang gadis menggigit bibirnya kuatir tatkala mendapati respon pemuda yang tak mengenakkan.

Selang beberapa menit berlalu, pemuda itu berdecih lantas tanpa sepatah kata pun hendak pergi dari sana. Tentu saja hal itu terus digagalkan oleh sang gadis, gadis itu terus berjalan dengan tempo cepat demi mengejar langkah sang pemuda.

"Jay, gue berani sumpah kalau yang nyebarin itu bukan gue!" Teriaknya dengan lantang.

Hingga ia tercekat kala netra keduanya beradu tatap, ada kilatan marah tertahan dari dalam sana. Sang pemuda meraih kerah kemejanya hingga tak terasa ia telah melayang ke udara, "gimana bisa gua gak curiga sama lo? Gimana, hah?! Karena lo satu-satunya orang yang tau tentang semua rahasia gua dan keluarga gua!" Ungkap pemuda itu penuh penekanan lantas menurunkan sang gadis dengan kasar sehingga membuatnya sedikit terhuyung.

Selanjutnya gadis itu hanya bisa mematung, manik pekatnya menatap kosong ke tanah di bawahnya. Rasa-rasanya ada yang tidak benar, bahkan ia sama sekali tidak tahu-menahu tentang gosip itu, pun ia selalu menjaga rahasia Jay sebaik mungkin. Lantas mengapa bisa terjadi demikian?




"Na?" Panggil teman Lana untuk kesekian kalinya, membuat sang empunya sedikit tersentak kaget.

"Lu kenapa sih? Lupa minum obat ya?" Ujar temannya mencibir tingkah laku Lana yang terlihat aneh.

shade umbrella [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang