☔. tragedi martabak ghaib

48 14 9
                                    

"Sen, item-item apaan tuh?" Tunjuk teman Arsen waktu tak sengaja melihat kresek hitam yang nampak mencurigakan.

Arsen yang baru saja hendak mengunci kembali pagar sontak mengikuti arah telunjuk temannya yang terarah ke sebuah kresek hitam yang menggantung dipagar yang letaknya satu meter darinya. Dengan was-was ia menggapai kresek tersebut lantas memandanginya dengan heran, temannya sendiri pun sama, sama-sama heran.

Mereka berdua saling pandang sejenak, lantas kembali menatap kresek itu, begitu seterusnya. Sampai hingga teman Arsen, Daffa angkat bicara. "Sen, jujur sama gua. Lo nyari masalah sama siapa lagi?"

Arsen menggaruk kepalanya bingung. "Enggak ada. 'kan baru kemaren kita nyelesein masalah gua sama bang Ethan."

Daffa seperti tidak percaya dengan ucapan Arsen. "Masak? Terakhir kali gua nanya kayak begini lo bilang gak ada, tapi ternyata di depan rumah gua dikirim kresek beginian yang isinya bangkai tikus." Ujar Daffa diakhiri dengan dengusan kesal.

"Ya maaf, gua kira masalahnya udah kelar soalnya si kakel songong itu cuma iya-iya aja."

"Maaf-maaf, gara-gara lo rumah gua jadi bau!"

"Alahh kita kan bespren, jadi harus saling membantu."

"Bespren ta*ik!"

Tanpa mereka sadari ada keberadaan Lana yang barusan pulang dari les nya. Ia tersenyum miring ketika mendapati Arsen dan Daffa nampak sedang adu mulut didepan gerbang rumahnya, tiba-tiba terlintas ide jahil di kepalanya.

Gadis itu berjalan dengan langkah pelan agar sama sekali tidak menimbulkan suara.

Suara obrolan Arsen dan Daffa yang awalnya samar-samar kini perlahan mulai terdengar jelas. "Tapi kalau misal ini isinya bangkai, pasti dari tadi kita udah nyium bau busuk. Tapi kok gua malah nyium bau coklat keju ya, Daf?"

Daffa mulai mengendus-endus kresek tersebut untuk memastikan apa yang dikatakan oleh Arsen. "Eh bener ugha, apa jangan-jangan ini isinya makanan?"

Tanpa kedua anak itu ketahui, Lana telah berada dibelakang mereka dan tengah berusaha menutupi wajahnya menggunakan rambut panjangnya. Selesai sudah urusan wajahnya, ia langsung memegang salah satu pundak Arsen dan Daffa.

Keduanya terlonjak kaget. Ya coba kalian pikir saja, maghrib-maghrib begini tiba-tiba ada yang menepuk bahu tanpa terdengar suara langkah kaki, apa tidak parno mereka berdua.

Daffa yang mempunyai keberanian sedikit lebih banyak dari Arsen mulai menolehkan kepalanya. Dengan sigap ia mengambil alih kresek hitam yang dibawa Arsen dan langsung melemparnya ke muka Lana.

Duagh!

Lana terjatuh dengan posisi duduk dan hal itu membuat pantatnya terasa sakit, ditambah lagi kresek itu tepat mengenai hidung Lana, lemparan Daffa lumayan keras juga. Dengan susah payah gadis itu berdiri dari posisi duduknya sambil mengusap pantatnya agar rasa sakitnya menghilang. Hadeh salah sasaran rupanya dia, seharusnya Lana menjahili Arsen saat tidak ada temannya, 'kan malah dia sendiri yang apes.

Daffa segera menyadari kaki Lana yang menapak ditanah, manusia toh. "Manusia, Sen. Gak usah takut." Bisik nya pada Arsen.

Arsen menoleh, dan ternyata benar seperti yang dikatakan oleh Daffa. Walaupun wajah Lana hanya terlihat sangat sedikit, namun Lana merupakan saudaranya yang sudah bertahun-tahun hidup bersamanya, tentu saja Arsen langsung tahu kalau gadis itu ialah kakaknya sendiri. "Mbak Rissa?"

Lana menyibak rambutnya dan dengan wajah tanpa dosa ia tersenyum manis. "Harusnya tadi sekalian lo tendang aja, Daf." Celetuk Arsen.

Mendengar hal itu Lana sontak melotot pada Arsen. "Heh!"

shade umbrella [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang