★ 56 ★

383 52 6
                                    

"Ini udah terlalu jauh."

"Aku tau," balas dia dengan suara pelan.

"Kamu ga mikirin perasaannya?"

"Tapi aku juga sakit."

"Jangan egois. Aku tau, kamu bukan orang jahat yang bales dendam pake cara ini."

"...."

"Aku ga bisa ngelanjutin lagi."

"Kak...." ucapnya lirih.

"Aku yang bilang ke dia, atau kamu sendiri yang bilang?"

"Aku takut."

"Belum terlambat. Masih ada waktu tiga hari. Jangan ambil keputusan yang salah." Ia tersenyum lalu meninggalkan laki-laki itu sendirian.














"Lo beneran mau nikah?" tanya Hueningkai yang duduk sambil menikmati cemilan di rumah Soobin.

"Sama Arin?" lanjut Beomgyu.

Soobin memandangnya sekilas. Hanya hembusan nafas yang terdengar, sama sekali tak ada jawaban.

Ia bahkan masih bingung dengan semua ini. Takdir benar-benar rumit.

"Bin, kalo soal Yuqi itu gimana?" Kali ini Yeonjun yang bertanya.

"Tentang apa?"

"Bukannya lo pernah deket sama dia?"

"Deket dari mananya?!"

"Kan lo pernah pergi bareng sama dia. Ke kafe, mall, terus—"

"Lo ngikutin gue?!" potong Soobin tak terima.

Yeonjun menyangkal. "Kurang kerjaan banget gue sampe ngikutin. Gue cuma ga sengaja liat lo sama Yuqi berdua doang."

"Lo masih deket sama Yuqi?" sahut Taehyun yang dari tadi menyimak, tanpa beralih dari game di ponselnya.

"Dibilangin ga pernah deket. Gue terakhir liat dia aja pas dia diusir sama satpam di kantor gue."

"Diusir? Kok bisa?" Beomgyu menyahut.

"Dia selalu ganggu gue. Padahal gue udah lunasin hutang perusahaan ke ayahnya, yang berarti gue ga harus nurutin kemauan dia lagi. Tapi Yuqi tetep dateng terus, akhirnya gue panggil satpam. Sejak itu juga gue ga pernah ketemu dia lagi," jelas Soobin.

"Kalo Heejin?" tanya Hueningkai.

"Gue gamau tau lagi soal itu."

"Wah, cewek lo banyak ya, Bin." ujar Yeonjun menggelengkan kepalanya.

"Ngaca dulu sana," jawab Soobin melempar bantal pada Yeonjun.

"Tiap hari gue ngaca."

"Udahlah, lo semua sama aja kecuali gue," sahut Taehyun tiba-tiba.












"Ayo makan."

Yansa menggeleng pelan, tak merespon Lucas yang berulang kali menyuruhnya makan. Hari sudah siang dan ia belum menyentuh makanan sedikit pun.

Sudah beberapa hari ini Yansa kehilangan mood untuk melakukan sesuatu. Semua berawal sejak Soobin datang dan memberi kertas undangan.

"Jangan buat gue sedih. Gue udah coba ngehibur lo."

Ada rasa bersalah pada Lucas. Bahkan Lucas mengetahui jika Yansa masih ada perasaan pada Soobin.

"Sedikit aja gapapa, buat isi perutnya. Jangan siksa diri sendiri kayak gini, gue ga suka."

Dijodohin: CSB [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang