★ 35 ★

1.1K 114 38
                                    

Setelah kejadian itu, Lucas membawa Yansa pergi dengan mobilnya. Tapi tiba-tiba Lucas memberhentikan mobil di pinggir jalan yang memang sepi

Lucas menatap Yansa. Lalu menghembuskan nafas berat, tangannya meraih pundak Yansa yang bergetar

"Jangan ditahan. Lo boleh nangis, luapin semuanya"

"G-ga... Gue gapapa"

"Bener?" tanya Lucas lagi

"Iya" jawab Yansa

"Bohong"

"Lucas..."

"Apa?"

"Gue gapapa"

"Bohong"

"Lucas!"

"Bohong!"

"Lucas!!"

"....."

"Gue pergi"


Cklik

Lucas mengunci pintu mobil

"Buka, Lucas"

"Ga"

"Bukain!"

"Apa?"

"Pintunya!"

"Ga"

"Lucas!!"

"Gak"

"Lucas, bukain!"

"Enggak ya enggak!"

Hening setelahnya, Yansa yang diam di tempat, Lucas juga hanya diam memandangi sepinya jalanan. Hingga suara isakan terdengar jelas di telinga Lucas, ia menengok melihat Yansa yang menutupi wajahnya dengan tangan. Tangannya terulur mengusap lembut kepala Yansa

"Nangis aja"

Detik berikutnya, Yansa melepaskan tangis yang daritadi ditahannya. Bahkan sampai sesenggukan. Meluapkan semua rasa kesal dan kecewa dalam dirinya. Terlalu berat jika terus menahan.

Yansa tak memperdulikan jika Lucas akan mengatainya cengeng atau apalah itu. Ia tak peduli. Pertahanannya runtuh, ia menangis lagi dan lagi.

Lucas mendekat, memberi pelukan agar Yansa bisa tenang, walau sedikit susah karna di dalam mobil. Tapi ia mencobanya.
Lucas mengelus kepala Yansa, belum pernah ia melihat Yansa menangis dengan begitu pilu. Apakah sesakit itu? Pikir Lucas.

"G-gue capek, Cas... Gue capek sama semua ini. Kenapa harus gue yang ngalamin? Kenapa sakitnya masih kerasa? Kenapa gue ga bisa ngelupain semuanya?"

"Jangan tanya kenapa... Karna ini semua udah terjadi. Apapun yang mau lo lakuin, itu semua ga bakal ngerubah keadaan"

"Gue pengen berakhir, gue gamau terus-terusan gini. Gue sampe kepikiran bunuh—"

"Stop!!" Lucas memotong ucapan Yansa. Lucas juga melepas pelukannya. "Lo gila?! Hah? Dari mana lo dapet pemikiran gila kaya gitu! Jangan macem-macem. Gue gak suka!"

"T-tapi..."

"Lo gak kasian sama orang tua lo? Keluarga? Lo tega ninggalin mereka semua?  Apa lo gak pernah mikirin gimana perasaan mereka kalo lo ga ada?"

"Lucas..."

"Gue tanya, kenapa sama tangan lo? Biar apa disayat kaya gitu?"

"....."

"Biar keren? Biar bagus? Gak sama sekali! Gak guna tau ga. Percuma. Yang ada malah sakit kan? Lo punya tangan bukan buat disakitin!"

"Ma—maaf"

Dijodohin: CSB [End] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora