★ 50 ★

416 52 22
                                    


"Jangan sedih, cukup kemarin aja"

Entah untuk apa tiba-tiba Lucas mendatangi rumah Yansa. Tanpa memberi kabar juga sebelumnya. Dan sekarang mereka berdua tengah duduk bersama di sofa dengan televisi yang menyala, serta tatapan Yansa yang terlihat kosong.

"Steve itu beneran Soobin ya?" tanya Yansa masih tak percaya.

"Lo udah liat sendiri kemarin"

"Gue kangen Steve" suara Yansa memelan namun masih terdengar.

"Maksudnya Soobin?"

"Bukan kangen sebagai Soobin, tapi Steve"

"Emang Steve kangen sama lo juga?"



Plak



Lucas mendapat pukulan di tangannya setelah mengatakan kalimat itu tanpa beban.

"Diem lo"

Jika dilihat-lihat lagi, mata Yansa masih sembab akibat kemarin meskipun hari ini ia sudah berhenti menangisi kejadian itu.

"Dengerin" ucap Lucas tiba-tiba.

Tatapannya bertemu dengan Yansa, lalu ia melanjutkan. "Lo sekarang milik gue, gue juga milik lo—"

"Stt..." baru saja Yansa ingin membantah, namun Lucas menempelkan jari telunjuk pada bibir Yansa terlebih dahulu. "Dengerin"

"Kita udah sepakat tentang ini kan? Gue yang bener, jadi lo harus jadi milik gue lagi"

"Gue tarik omongan gue waktu itu" ucap Yansa karena menyesal telah menyetujui rencana licik Lucas.

"Ga bisa. Lo harus nepatin kata-kata lo"

"Gue gamau"

"Lo ga bisa ngelak, gue ada bukti obrolan kita waktu itu"

Lucas mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya, memencet aplikasi perekam suara lalu menyalakan dengan volume yang cukup tinggi.



"Gimana kalo kita buat taruhan buat buktiin siapa sebenarnya Steve itu"

"Maksud lo?"

"Kalo ternyata lo bener, gue bakal ngejauh dan ga bakal ganggu lo sama dia lagi. Tapi kalo gue yang bener, lo harus jadi milik gue"



Jeda beberapa saat sebelum kemudian kembali terdengar suara Yansa.



"Oke. Gue setuju"

Rekaman suara selesai, Lucas mengantongi ponselnya pada saku jaket dan kembali pada Yansa.

"Masih mau nyangkal lagi?"

"Lo sengaja ya?" tanya Yansa dengan tatapan tak sukanya.

"Iya, buat jaga-jaga kalo lo tiba-tiba amnesia kayak gini"

"Gue ga amnesia, sialan"




🌱





"Kangen"

Entah sudah berapa kali Soobin melontarkan kata seperti itu, hingga Yeonjun yang ada di sampingnya merasa bosan.

"Udahlah, Bin. Baru juga kemarin ketemu kan?"

"Kalo kemarin gue ga ketemuan sama dia, apa gue masih bisa deket sama dia?"

Bukannya menjawab, namun Yeonjun malah balik bertanya. "Jadi ini semua salah siapa?"

"Kalo gue bilang ini salah lo, masuk akal apa engga?"

Dijodohin: CSB [End] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora