55. Akhir Dari Segalanya?

Start from the beginning
                                    

"Lo tau Ali ada dimana?" Tanya Prilly ragu-ragu.

"Ali ya? Hm, gue gak tau sih," jawaban Bimo terdengar ragu. Tetapi ah, mungkin itu hanya perasaan Prilly saja.

Prilly mendesah kecewa, "Ya udah, thanks ya. Gue tutup ya teleponnya?"

Bimo menahan pergerakan Prilly, "Entar malam dinner yok."

"Hah?" Sebenarnya, Prilly mendengar jelas ajakan Bimo. Hanya ia spontan saja dan tidak mengerti.

"Bukan berdua doang elah, sama yang lain juga oi." Yang lain yang dimaksud Bimo pasti Rassya dan kawan-kawan.

Sebenarnya, Prilly ingin menghabiskan hari spesialnya bersama dengan Ali saja. Namun, laki-laki itu bagai hilang ditelan bumi dan tidak bisa dihubungi.

"Hm, entar lo shareloc deh," setelah itu Prilly memutuskan panggilan sepihak. Ia merebahkan dirinya di kasur sambil mendesah tidak nyaman, pikirannya benar-benar kacau saat ini.

* * *

Prilly L

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Prilly L.
(Send a picture)
Aliiiiii
P
P
Kamu dimana huh?!
Pacar kamu ultah lohhh!!!
Aliiii
Itu aku udah beliin bunga buat kamu!!
Buruan jemput akuuu
Aku mau dinner sama bimo dkk nih
Ayok ikutan ihhh

Prilly melempar ponselnya asal, bahkan sudah pukul enam sore, Ali masih tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Dengan segala keresahan dan kekesalan di dada, ia bangkit dan mengganti baju. Bagaimana pun juga, ia sudah berjanji kepada Bimo dan kawan-kawan.

Sesampainya di kafe, Prilly mengulas senyuman manis. Semua sahabatnya berkumpul disana. Indah, Rassya, Fathar, Dino, Maxime, Bimo, ada Gritte dan Ghina juga! Jangan lupakan Arman dan Bani yang juga ikut memeriahkan acara.

"Lo ngapain bawa-bawa bunga, Pril?" Tanya Dino heran.

"Bunga buat Ali," balas Prilly dengan santai. 

Siapapun disana tertawa geli, "Lo yang ultah, yang dikasih bunga malah Ali."

"Terus, Alinya mana?" Tanya Rassya. Prilly mengendikkan bahunya acuh, "Tau tuh orang, ngilang sejak kemarin."

"Udah, daripada musingin dia. Mending kita party," lanjut Dino sambil menari tidak jelas di tempatnya.

"Party pala lo peang, lo gak lihat disini tuh rame? Malu dodol," cibir Maxime sambil menepuk kepala Dino.

Mereka menghabiskan waktu sambil bertukar cerita, hal itu membuat Prilly melupakan sejenak kekhawatirannya terhadap Ali. Entahlah, mungkin Ali sedang ada urusan mendesak.

"Pril," panggil Indah. Prilly yang sedang mengunyah makanan hanya bisa menjawab lewat lirikan matanya.

Bimo yang berdiri di belakang Prilly, menutup mata Prilly dengan kain hitam. Prilly yang tidak siap, terkejut bukan main. Ia bahkan mengira dirinya hampir diculik.

Stay (Away)Where stories live. Discover now