53. Rumah Untuk Prilly

Mulai dari awal
                                    

* * *

"Lo dicariin Bani," ujar Rassya sambil memutar bola matanya malas. Lagi dan lagi, bahkan setiap harinya, ia harus menyaksikan pemandangan dua insan bagai surat dan perangko yang menempel terus-menerus.

Ali menahan pergelangan tangan Prilly, "Arbani?"

Prilly mengangguk, "Nanti aku jelasin."

Ali menggeleng, "Aku ikut nemenin kamu."

"Enggak usah, aku cuma bentar doang kok," ujar Prilly menolak.

"Pokoknya aku temenin. Aku gak suka milikku direbut sama orang lain," wajah Prilly memerah karena keposesifan Ali.

"Ck, drama telenovela juga kalah sama cinta kalian dua. Buruan gih," cibir Rassya sambil melotot kesal.

Kemudian, Ali dan Prilly menemui Bani di depan gerbang sekolah. Melihat Bani yang melambaikan tangannya ke arah Prilly dengan girang membuat Ali menahan kekesalan di dada.

Caper banget sama cewek orang!

"Halo, Princess!" Sapa Bani dengan senyuman manis.

"Kenapa lo nyariin gue?" Tanya Prilly sambil berdecak.

"Cuma kangen, masa gak boleh sih?" Goda Bani membuat Ali melotot.

"Ya, gak boleh lah." Balas Ali sarkas.

"Dih, emangnya lo siapa?" Cibir Bani tidak terima.

"Gue siapa? Yang jelas gue lebih berhak kangenin dia daripada lo," balas Ali tidak mau kalah.

"Princess, lihat tuh masa aku dijahatin sama Ali," adu Bani sambil menarik lengan seragam Prilly.

Ali yang melihat hal itu tidak tinggal diam, ia mendorong bahu Bani sambil berdesis pelan, "Jauhin tangan busuk lo dari cewek gue!"

Bani yang mendengar hal itu melotot tidak percaya, "Cewek lo bilang?"

Prilly mengangguk, "Iya, gue sama Ali emang pacaran. Kenapa? Sirik lo? Cari pacar gih."

"Ih, Princess kok gitu sih. Gue aduin Bang Kevin lo!" Ancam Bani.

Prilly memeletkan lidahnya, "Aduin gih. Aduin sama bokap sekalian. Gue gak takut!"

Bani mengacak rambut Prilly pelan, "Ternyata Princessnya gue udah dewasa. Selama itu buat lo bahagia, gue ikutan bahagia, Pril."

Ali hanya menatap datar interaksi dua orang di hadapannya, ia masih tidak mengerti hubungan rumit apa yang dimiliki oleh Prilly dan Bani. Bahkan Prilly terlihat biasa saja saat Bani menyentuhnya dan memanggilnya dengan sebutan Princess.

"Li," panggil Bani. Ali hanya berdeham enggan membalas panggilan Bani.

"Gue titip adek kesayangan gue ya? Jagain dia dan jangan pernah sakitin dia. Karena dia Princess kesayangan gue, bokap, dan Bang Kevin." Ujar Bani yang membuat Ali membelalak.

Seingat Ali, Prilly tidak memiliki kakak laki-laki yang jarak umurnya berdekatan. Lalu, apa ini? Bani datang dan mengaku sebagai abang Prilly.

"Gue tau lo pasti bingung sama hubungan gue dan Prilly. Entar biar dijelasin aja sama Prillynya langsung. Gue cuma harap kalian bisa saling membahagiakan, karena hanya dengan melihat Prilly bahagia, rasa bersalah gue bisa sedikit berkurang." Kata Bani sambil menepuk bahu Ali.

Ali mengangguk kaku, "Tanpa perlu lo ingatin pun, gue akan membahagiakan Prilly."

Setelah itu, Bani berlalu begitu saja. Ali menatap Prilly seolah meminta penjelasan. Prilly tertawa kecil, kemudian ia menjelaskan secara rinci hubungan rumit keluarganya. Sampai keadaan di mana, ayah Prilly menikah dengan janda beranak satu. Dan anaknya ya, Arbani Latuconsina.

* * *

Dering pertama saja, Ali langsung mengangkat panggilan Prilly. Ia sudah berjanji tidak akan membiarkan gadisnya menunggu. Ia juga berjanji tidak akan melewatkan hal sekecil apapun yang terjadi di dalam hidup Prilly.

Sekarang, mereka sedang duduk di atas pasir tepi pantai. Prilly menyenderkan kepalanya di bahu Ali, tangannya memeluk tubuh Ali dari samping. Tangan bebas Ali membelai surai Prilly dengan pelan.

"Ali, aku lagi sedih," ujar Prilly dengan jujur.

Ali melihat ke arah langit, "Kenapa enggak nangis?" Kemudian, ia menoleh ke arah Prilly.

"Nangis?" Beo Prilly.

Ali mengangguk ringan, "Beberapa hal di dunia ini selalu bertindak di luar kendali kita. Kita enggak bisa membuat semua hal berjalan sesuai sama ekspetasi kita."

"Pril," panggil Ali pelan. Prilly berdeham membalas panggilan Ali.

"Jadi manusia kuat itu, bagus." Puji Ali.

"Tapi, kamu gak harus berpura-pura kuat sepanjang hari," imbuh Ali dengan nada lembut.

"Kamu bisa nangis sekarang, jangan ditahan," perintah Ali sambil mengganti posisinya. Ia mendekap Prilly dari depan.

"Kalau malu, kamu bisa sembunyiin wajah kamu di bahuku," lanjut Ali. Kemudian, ia menyadari bajunya basah.

"Mungkin dunia yang kejam ini sedang berlaku gak adil sama kamu. Maaf, karena aku gak punya kuasa lebih untuk membuatnya selalu bersikap baik sama kamu." Bisik Ali sendu.

"Tapi, untuk bertahan di dunia kejam ini. Kamu masih punya aku, Pril. Aku bisa bersikap baik sama kamu, sampai kamu melupakan semua ketidak-adilan yang kamu alami hari ini," Ali mengeratkan pelukannya kepada Prilly.

Isakan kesedihan lolos dari bibir Prilly, ia bahkan mencengkram baju Ali. Berusaha melampiaskan rasa sesak di dadanya. Diam-diam Prilly bersyukur karena Tuhan telah menghadirkan Ali di dalam hidupnya yang penuh dengan ketidak-adilan ini.

Setelah beberapa saat, Prilly mengendurkan pelukannya. Tetapi, Ali tidak membiarkan hal itu terjadi. Ia tetap memeluk Prilly dengan erat. Ia ingin menyampaikan kepada Prilly bahwa ia ada disini dan menemaninya melalui perilakunya.

"Gimana? Udah membaik?" Tanya Ali berbisik.

Prilly berbisik dengan suara seraknya, "Makasih, Li."

"Makasih? Untuk?" Tanya Ali bingung.

"Untuk segalanya." Balas Prilly.

Ali melepaskan pelukan mereka, ia mengangkat dagu Prilly. Jempolnya mengusap sisa air mata di pipi Prilly. Ia mengulas senyuman manis, "Semuanya akan baik-baik aja."

"Pril, aku mungkin gak bisa ngasih kamu semesta dan seluruh isinya. Tapi aku bisa ngasih kamu rumah. Rumah tempat kamu berpulang dengan nyaman. Rumah yang bisa buat kamu melupakan sejenak betapa kejamnya dunia ini," ujar Ali dengan lembut.

"Jadi, jangan pernah bingung ya? Karena cinta selalu tau, kemana tempatnya untuk berpulang." Pesan Ali.

Prilly mengangguk dengan berderai air mata, "Aku beruntung punya kamu, Li."

"Salah. Karena kita sama-sama beruntung memiliki satu sama lain," koreksi Ali sambil mencium dahi Prilly dengan lama.

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang